Secret Admirer

Give Me Your Love
Please Subscribe to read the full chapter

Jadi, itu dirimu, Jung Soojung?

 

Soojung terus memasang senyum cerah selama bekerja di dapurnya. Sesekali gadis itu bersenandung ringan untuk meningkatkan mood-nya yang terbilang bagus. Semua ini berkat Oh Sehun. Soojung merasa senang sekali ketika pemuda dingin yang satu itu menampakkan aura cemburu akan kedekatannya dengan salah satu sahabatnya –Kim Jongin. Jika, perkiraan Soojung tidak salah, maka ini adalah titik balik hubungannya dengan tunangannya itu. Dan kemajuan yang luar biasa jika si Oh Sehun yang sedingin es batu itu sampai cemburu.

Soojung tersenyum puas setelah melihat hasil karyanya. Karya yang indah dan dijamin enak. Dia benar-benar tidak sabar melihat Sehun memakan ini. Benar Sehun yang akan memakannya, bukan Jongin. Ingat, bukan kalau pemuda itu berniat memakan sendiri bekal pemberiannya. Nah, itulah yang membuat mood Soojung semakin meningkat, berlipat ganda malah.

 

Sejujurnya aku menyukai masakan itu. Sangat menyukainya malah.

 

Tiba-tiba saja perkataan Jongin kemarin terlintas di benak Soojung. Membuat gadis itu menatap bekal buatannya dengan pandangan kosong. Soojung jadi ingat bagaimana raut Kim Jongin saat menikmati santap siangnya –yang notabene adalah buatan Soojung. Pemuda itu tampak sangat menyukai masakannya, bahkan sering kali memuji masakan Soojung. Padahal dia belum pernah melihat si koki sama sekali.

Dan Soojung cukup tersanjung dipuji seperti itu. Dia merasa karya dan usahanya dihargai. Hal yang tidak pernah Sehun berikan padanya, tetapi diberikan oleh Jongin. Terkadang Soojung sampai pernah berpikir, coba sang tunangan mempunyai secuil sifat Jongin yang blak-blakan. Mungkin kehidupan percintaannya akan lebih menyenangkan. Tidak tersiksa setiap hari karena harus mengikuti berbagai syarat hanya untuk meraih hati sang pujaan.

“Apa aku harus membuatkannya juga?” tanya Soojung pada dirinya sendiri. “Biar bagaimanapun berkat dia juga Sehun bisa bersikap lebih baik padaku,” gumamnya pelan.

“Apa yang kau lakukan di sini, nona?”

Soojung terkesiap kaget. Dia menghela napas lega ketika mengetahui bahwa yang bertanya tadi adalah salah seorang pelayannya. Bibi Choi, biasanya Soojung memanggilnya demikian, ibu dari Jinri dan Minho. “Ahh, aku hanya sedang menyiapkan bekal untuk Sehun,” jawab Soojung dengan raut wajah yang cerah.

Bibi Choi tertegun melihat reaksi Soojung. Nona mudanya itu tersenyum manis. Senyum yang sudah lama sekali tidak ditunjukkan gadis itu. Terlebih dia tadi mengatakan jawabannya dengan kalimat yang halus dan terdengar ramah.

“Untuk tuan muda?”

Soojung mengangguk, “Benar, kemarin dia sudah mau memakan pemberianku. Dan itu membuatku senang sekali.”

Bibi Choi tersenyum. Akhirnya nona mudanya ini bisa bersikap ceria. “Syukurlah kalau begitu, saya turut senang,” ungkapnya.

Soojung kembali tersenyum. Tetapi perlahan senyumnya memudar dan berganti dengan raut serius. “Tapi, aku bingung,” ujar gadis itu. “Sehun mulai menerimaku berkat seseorang. Yah, meski tidak secara langsung. Tapi, kupikir itu berkat dirinya dan aku ingin berterima kasih,” lanjutnya.

“Apa aku perlu membuatkan satu untuknya juga untuk rasa terima kasihku?” tanya Soojung meminta pertimbangan.

“Apakah dia teman nona?”

Soojung berpikir sebentar, “Yah, dia temanku, secara teknis. Meski aku tidak mau mengakuinya.”

“Kalau begitu, nona bisa membuatkan satu untuknya. Dia pasti senang. Dan hubungan kalian akan semakin baik,” saran bibi Choi.

“Begitukah?” Soojung terlihat menimbang saran tersebut. “Baiklah, tidak rugi juga memberi satu untuk si hitam itu,” Soojung mengangkat kedua bahunya acuh.

“Terima kasih atas sarannya, bibi,” tak lupa Soojung berterima kasih. Satu hal lagi perkembangan Soojung. Mengucapkan terima kasih. Dan cukup membuat sang pelayan terkesima.

.

.

.

Di lain pihak sepasang mata juga terkesima atas perilaku Soojung saat ini. Gadis itu tidak terlihat arogan, malah terkesan ramah dan manis sekali. Gadis itu juga sering tersenyum. Tidak pernah dilihatnya Soojung yang seperti ini.

 

“Dia benar-benar nona sombong itu?”

 

“Apa yang kau lakukan di situ, oppa?”

 

Minho terperanjat. Pemuda itu mengelus dadanya. Jantungnya nyaris copot karena diberi kejutan dari sang adik.

“Bukan apa-apa,” jawab Minho berbohong. Dia tidak mau ketahuan sedang mengamati nona mudanya dan mengagumi senyum nonanya itu diam-diam. Hei, mengagumi? Kau yakin dengan istilah itu, Choi Minho?

“Sebaiknya aku segera bersiap, aku ada kuliah pagi ini,” kata Minho sambil beranjak pergi. Sebelum dia benar-benar pergi, sekali lagi dia memperhatikan Soojung yang kembali tekun memasak. Perlahan kedua sudut bibirnya terangkat. Mengamati nonanya, tidak rugi juga.

Jinri menatap sang kakak sambil memiringkan kepalanya. Aneh, kenapa kakaknya tersenyum begitu saat mengamati Soojung?

 

O0O

 

Perubahan yang cukup signifikan untuk seorang Kim Jongin. Kali ini pemuda yang satu itu benar-benar serius untuk belajar. Alasan Jongin cukup sederhana, dia hanya tidak mau mempermalukan diri di depan sang tutor –Jung Soojung.

“Kau kelihatan serius. Di luar dugaanku,” komentar Soojung saat keduanya tengah belajar di taman sekolah. Mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu istirahat dengan belajar di bawah pohon rindang yang tumbuh di taman itu. Tempat biasanya Soojung menghabiskan waktu untuk membaca. Dan tahu apa yang menjadi ini lebih spesial? Karena ini semua atas inisiatif Jongin. Sekali lagi, K-i-m J-o-n-g-i-n.

Jongin tersenyum sambil menggaruk kepalanya, “Aku hanya tidak mau terlihat bodoh di depanmu lagi,” jawabnya.

Soojung mengangguk kecil. Tidak disangka kalau pemuda itu punya sisi yang seperti ini. Punya rasa malu ketika diremehkan. Yah, sikap yang baik kalau menurut Soojung.

“Ah, iya,” Soojung baru teringat sesuatu. Dia lalu mengambil sebuah kotak bekal yang memang dibawanya. Niatnya mau diberikan pada Jongin. Tapi, dia hampir melupakannya. “Kurasa otakmu perlu asupan gizi,” kata Soojung sambil menyodorkan kotak bekal itu untuk Jongin.

Jongin mengerjapkan kedua matanya pelan. Dia sama sekali tidak pernah menyangka kalau Soojung akan memberinya bekal. “Untukku?”

Soojung mengangguk. “Kulihat kau tidak punya sumbangan makanan lagi. Jadi aku berbaik hati memberimu ini,” ujar Soojung beralasan. Jongin mengulum bibirnya untuk tidak tersenyum. Istilah sumbangan makanan itu manis sekali. Oh, ya ampun ternyata gadis dingin ini bisa juga bertingkah manis.

“Terima kasih,” kata Jongin sambil menerimanya dengan senang hati. “Sering-sering saja.”

Soojung berupaya untuk tidak ikut tersenyum. Berusaha menampilkan raut datarnya. Padahal dia cukup senang karena Jongin mau menerima pemberiannya. “Kenapa tidak dimakan?” tanya Soojung saat Jongin berniat melanjutkan bela

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
rizkyginting #1
Chapter 30: akhirnya kaistalnya balekan lagi
amiisiltya #2
Chapter 38: Demi apa luhan sedih bangeeeett. Kasian luhan :"""
affexions
#3
Chapter 38: wow!! that was so sad:( goodjob authornim... aku suka side-storynya walaupun agak sedih juga
ysmnfrh #4
Chapter 35: Plot twist bgt ga nyangka bakal kaya gini. Bagus ceritanya thorrr
viannafe #5
Chapter 37: Thor izin minta psswrdnya dong. Maaf jika gangguin
viannafe #6
Chapter 33: Hyeyeon kok bilang gitu deh. Kan kasian soojong dijelekin
viannafe #7
Chapter 30: Smga sehun rela ngelepaskn soojong. Kaknya jongin digelarnya nenek sihir. Keke
viannafe #8
Chapter 35: Aduh. Kasian bangat Luhan. Sehunie kok jd begini
kyuhyun12 #9
Chapter 36: Aku harap kaistal berakhir bahagia jangan sad ending please
kyuhyun12 #10
Chapter 35: Kerennn kaka ff nya