Holiday

Give Me Your Love
Please Subscribe to read the full chapter

“Kim Jongin, apa kau serius dengannya? Dengan Jung Soojung?”

 

Luhan menatap pemuda berkulit tan di hadapannya itu dengan intens. Pemuda berlensa rusa itu sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dan terus menanti jawaban dari Jongin. Jawaban Jongin nantilah yang akan menentukan mengenai sikap yang akan diambil Luhan.

Xi Luhan, pemuda itu terlalu menyayangi Jung Soojung hingga bersedia melakukan apapun demi gadis itu. Apapun termasuk menyerahkan Soojung pada Jongin jika sahabatnya itu mampu memubuat gadis kesayangannya bahagia. Munafik memang, menyerahkan gadis yang dicintai untuk orang lain, padahal kesempatan untuk memiliki cukup besar. Tetapi, Luhan memilih tidak bersikap egois. Luhan lebih memahami Soojung dari siapapun. Dia mengetahui bagaimana menderitanya gadis itu selama ini. Jadi, yang sekarang Luhan inginkan hanya satu melihat Soojung bahagia, meski bukan di sisinya.

Dan menyerahkannya pada Jongin merupakan pilihan terberat yang Luhan ambil. Luhan tentu mengenal Jongin dengan baik. Pemuda itu terkenal sebagai cassanova, tukang menyakiti hati perempuan. Belum lagi alasan awal Jongin mendekati Soojung, karena taruhannya bersama Oh Sehun –sepupunya. Membuat Luhan ragu. Tetapi, setelah mengamati yang terjadi akhir-akhir ini, mengubah langkah yang diambil Luhan karena pemuda itu menyadari suatu hal.

 

Soojung terlihat lebih baik saat bersama Jongin. Daripada saat bersama dirinya apalagi bersama Sehun.

 

Gadis itu lebih banyak tersenyum. Gadis itu juga berubah dalam bersikap. Dia terlihat lebih baik dari sebelumnya. Bukan lagi putri keluarga Jung yang manja, egois, dan penuh obsesi. Dan Luhan menduga bahwa Jongin terlibat untuk semua perubahan yang dialami Soojung. Maka dari itu, Luhan butuh penegasan di sini. Jika Jongin tidak serius, maka dirinya tidak akan menyerah. Dia akan terus berada di sisi Soojung seperti sebelumnya.

 

“Kim Jongin, aku bertanya padamu. Tidakkah kau bisa menjawabnya?” Luhan bertanya dengan tidak sabar. Pasalnya Jongin masih betah terdiam sambil menatap ujung sepatunya. Karena biar bagaimanapun pertanyaan Luhan merupakan pertanyaan yang menyangkut soal perasaannya, juga perasaan Soojung. Jadi, Jongin tentu harus hati-hati dalam menjawabnya.

 

“Kim Jong….”

 

“Aku tidak yakin,” sela Jongin sebelum Luhan kembali melayangkan pertanyaannya. Pemuda itu terlihat menarik-hembuskan napasnya dengan gusar.

 

“Aku tidak yakin dengan perasaanku, Lu,” lanjut Jongin terlihat frustasi. Pertanyaan Luhan terlalu sensitif untuk dijawab olehnya. Jongin sendiri masih mempertanyakan itu pada hati kecilnya.

“Aku….” Jongin menarik napasnya dalam-dalam sebelum melanjutkan penjelasannya. “Aku tidak tahu mengenai keseriusanku pada Soojung. Yang kutahu, aku tidak ingin melihatnya bersedih. Aku ingin terus melihatnya tersenyum. Dan lagi, aku mulai terbiasa dengan keberadaan Soojung. Aku merasa hampa jika kehilangan dia di sisiku,” akhirnya Jongin mengungkapkan apa yang hatinya rasakan selama ini.

Luhan menghemuskan napasnya sambil tersenyum. Ternyata pengamatannya tidak salah. Bukan hanya Soojung yang berubah, tetapi Jongin juga. Pemuda itu mulai berubah karena seorang Jung Soojung.

“Aku mengerti,” gumam Luhan tetap tersenyum dengan tulus. “Kim Jongin, kurasa kau mulai menyukai Soojung, Ah, mungkin mencintainya?”

 

Jongin terpaku mendengar perkataan Luhan. Mencintai Jung Soojung? Benarkah? Tapi, kenapa dia merasa tak yakin?

 

“Kau hanya perlu jujur pada dirimu, Jong. Jangan menolak perasaan berhargamu itu pada Soojung,” Luhan mencoba memberi nasehat. “Jangan sampai menyesal karena kehilangan dirinya nanti.”

 

Jongin terkesiap. Pemuda itu lantas menggeleng dengan cepat. “Aku tidak akan pernah membiarkan diriku kehilangan Soojung.”

 

Luhan kembali tersenyum. Pilihan menyerahkan Soojung pada Jongin adalah yang terbaik. Pemuda itu lantas mendekat dan menepuk bahu Jongin sekedar memberi semangat. “Maka, dari itu tunjukkan keseriusan dan ketulusanmu pada Soojung, Jong. Buat gadis itu bahagia bersamamu.”

Luhan menghela napasnya lantas berjalan menjauhi Jongin. Mulai sekarang Luhan sudah siap. Sudah benar-benar siap menyerahkan Soojung pada Jongin.

 

“Xi Luhan.”

 

Langkah Luhan terhenti karena panggilan Jongin kepadanya.

 

“Kenapa kau sepertinya terlalu mencampuri urusanku saat ini? Sebelumnya saja tidak pernah?”

 

Luhan tersenyum namun tidak berniat berbalik. “Aku hanya ingin menyadarkan dirimu sebagai sahabat, Kim Jongin,” ucap Luhan.

 

Jongin perlahan mengangkat kedua sudut bibirnya ke atas seiring sosok Luhan yang melangkah menjauhinya. “Terima kasih, Lu.”

 

Luhan tetap melangkah sambil melambaikan tangannya ke arah Jongin. Pemuda itu tetap menyunggingkan senyumannya meski hatinya menahan sakit. Tidak mudah melepaskan gadis yang dicintainya sejak lama. Tapi, Luhan yakin semua akan berakhir baik-baik saja. Selama Soojung bahagia, itu cukup baginya.

 

O0O

 

Soojung membaca buku di hadapannya sambil mendengus kesal. Dia tidak pernah kehilangan mood untuk membaca buku. Dia suka membaca. Tapi, dia tidak suka jika liburannya diganggu. Dan Soojung harus berterimakasih pada Kim Jongin karena sudah mengganggu rencana liburan sempurnanya yang akan dihabiskan Soojung untuk bersantai sepanjang hari.

 

“Soojung, yang ini bagaimana caranya?”

 

Soojung menghela napasnya sejenak untuk mengendalikan emosinya pada pemuda yang baru saja menanyakan soal penyelesaian soal fisika kepadanya. Tanpa bersuara sedikitpun Soojung menuliskan beberapa persamaan dan memberi keterangan penting. Dan gadis itu segera memberikan hasilnya pada Jongin untuk dimerngerti pemuda itu.

 

“Ahh, jadi pakai Hukum II Newton?” Jongin menganggukkan kepalanya mengerti. Pemuda itu lantas kembali berkutat dengan buku kumpulan soalnya. Melanjutkan apa yang sudah dimulai oleh Soojung.

Soojung kembali menghela napasnya. Kali ini gadis itu memilih untuk menopang dagunya sambil memperhatikan Jongin yang tengah serius belajar. Soojung sebenarnya daritadi terus bertanya dalam hati. Kenapa tiba-tiba pemuda yang satu ini bersemangat sekali untuk belajar? Bahkan sampai niat untuk mengacaukan rencana liburan Soojung dengan mengajak gadis itu menemaninya belajar di perpustakaan.

 

Kan sebentar lagi kita di tahun terakhir. Aku ingin lulus dengan nilai yang baik.

 

Baiklah, alasan Jongin yang satu itu bisa diterima. Tapi, kenapa harus mengajak Soojung?

 

Karena kau tutorku.

 

Huh, Soojung merasa menyesal pernah menawarkan dirinya pada Jongin jika seperti ini.

 

Soojung menghela napas sekali lagi lantas kembali mengamati Kim Jongin. Pemuda itu tengah memainkan pensilnya dengan kening mengerut. Kentara sekali kalau pemuda itu sedang dalam kondisi serius tingkat tinggi. Pemuda itu terlalu berkonsentrasi hingga tidak menyadari kalau Soojung mengamatinya sejak tadi. Diam-diam Soojung tersenyum. Jongin yang seperti ini terlihat berbeda. Entahlah, yang jelas Soojung merasa Jongin lebih keren saja. Soojung suka pada lelaki yang pintar, serius, dan punya semangat juang yang tinggi. Seperti yang Jongin perlihatkan saat ini. Meski kata pintar perlu ada peninjauan lebih lanjut.

 

Eh? Soojung mengerjap pelan. Kenapa dia jadi mengkatagorikan Jongin menjadi tipe lelaki yang disukainya? Sebelumnya dia tidak pernah begini. Terang saja, karena bagi Soojung Sehun-lah yang menjadi tipe idealnya. Tetapi, Soojung juga tidak pernah mengagumi Sehun hingga se-begini-nya. Selain itu, Soojung juga dekat dengan Luhan yang notabene tergolong siswa pintar di sekolahnya. Tapi, Soojung juga tidak pernah menilai Luhan seperti dirinya menilai Jongin.

 

Mungkinkah dia memang sudah mulai tertarik pada pemuda yang satu ini?

 

“Aku memang tampan. Tapi, jangan melihatku seperti itu juga.”

 

Soojung mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali. Begitu meraup kesadarannya, dia sudah mendapati Jongin tengah menatapnya sambil tersenyum jahil.

 

“Ta-tampan apanya?” Soojung mendesis dengan gugup. Entah kenapa melihat senyum Jongin tadi membuat jantungnya berdebum keras. “Kau itu terlalu percaya diri.”

 

Jongin mengedikkan bahunya acuh. “Aku memang tampan, kok. Kau saja yang tidak mau mengakuinya.”

 

Soojung memutar bola matanya malas. “Sudahlah. Kerjakan saja lagi soal-soalmu,” perintah Soojung sambil menyodorkan buku Jongin kembali.

Bukannya menerima, Jongin malah menggeleng sambil menutup bukunya. “Aku sepertinya sudah mulai bosan.”

 

Soojung berbinar senang saat mendengar perkataan Jongin. Pemuda itu sudah bosan belajar. Artinya Soojung terbebas dan bisa segera pulang untuk menikmati liburannya hari ini. Gadis itu segera saja membereskan barang-barangnya, sebelum Jongin berubah pikiran.

 

“Baiklah, Jongin,” ucap Soojung sambil menyampirkan tasnya ke bahu. “Aku duluan. Selamat menikmati sisa liburanmu.”

 

Soojung yang berniat melangkah pulang terpaksa menghentikan langkahnya. Hal ini dikarenakan oleh lengannya yang baru saja diraih Jongin.

 

“Kata siapa kau bisa pulang?”

 

Soojung mengernyit. Loh, bukannya tadi Jongin bilang sudah bosan belajar? Artinya dia sudah bebas tugas, bukan?

 

“Aku memang bosan belajar. Tapi, aku juga tidak mau kau pulang begitu saja.”

 

Soojung mengerjap beberapa kali untuk mencerna semua penjelasan Jongin. Gadis itu lantas mundur perlahan saat Jongin mulai berdiri dan mendekat ke arahnya. Dan begitu tubuh Jongin sudah amat dekat dengan tubuhnya, Soojung mulai kesulitan untuk sekedar bernapas. Lagi-lagi perlakuan Jongin membuatnya merasa aneh.

 

“Ayo, kita laksanakan kencan sesuai ekspektasimu,” ajak Jongin sambil melepas kacamata yang membingkai wajah Soojung. “Dan akan kubuat kau benar-benar hanya melihatku setelah ini,” lantut Jongin sambil melepaskan kepangan rambut Soojung. Dirapikannya surai kelam gadis itu dengan hati-hati.

 

“Nah, sudah cantik,” gumam Jongin mengagumi keelokan wajah gadis di hadapannya ini. “Siap bersenang-senang denganku, nona Jung.”

 

Pipi Soojung terasa panas saat diberi perlakuaan yang begitu manis oleh Jongin. Dan entah karena sihir seperti apa, Soojung mengangguk saja. Oh, ya ampun ada apa dengan dirinya? kenapa dengan mudahnya menerima ajakan seorang cassanova seperti Kim Jongin?

 

O0O

 

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
rizkyginting #1
Chapter 30: akhirnya kaistalnya balekan lagi
amiisiltya #2
Chapter 38: Demi apa luhan sedih bangeeeett. Kasian luhan :"""
affexions
#3
Chapter 38: wow!! that was so sad:( goodjob authornim... aku suka side-storynya walaupun agak sedih juga
ysmnfrh #4
Chapter 35: Plot twist bgt ga nyangka bakal kaya gini. Bagus ceritanya thorrr
viannafe #5
Chapter 37: Thor izin minta psswrdnya dong. Maaf jika gangguin
viannafe #6
Chapter 33: Hyeyeon kok bilang gitu deh. Kan kasian soojong dijelekin
viannafe #7
Chapter 30: Smga sehun rela ngelepaskn soojong. Kaknya jongin digelarnya nenek sihir. Keke
viannafe #8
Chapter 35: Aduh. Kasian bangat Luhan. Sehunie kok jd begini
kyuhyun12 #9
Chapter 36: Aku harap kaistal berakhir bahagia jangan sad ending please
kyuhyun12 #10
Chapter 35: Kerennn kaka ff nya