Thank You is Good. But I want more than That

Give Me Your Love
Please Subscribe to read the full chapter

Eum.... Thanks is good…. But…..

 

Buku-buku jemari Jongin terasa beku saat gerbang sekolahnya sudah berada dalam jangkauan penglihatannya. Setelah memarkir audy hitamnya, pemuda berkulit tan itu bergegas menggedor gerbang sekolahnya yang menjulang tinggi.

“Ahjushii,” panggil pemuda itu kalap. “Ahjushii.”

Seorang pria paruh baya mendekat ke arah Jongin dengan pandangan menusuk. Kelihatannya pria itu tidak suka jika masa istirahat nyamannya diganggu oleh Jongin.

“Ada apa?” tanya pria yang juga merupakan penjaga sekolah itu. Bukan hanya tatapan matanya yang tidak bersahabat, nada suaranya pun sama. Menyiratkan ketidaksukaan atas kehadiran Jongin.

“A-ada sesuatu yang tertinggal. Dan aku benar-benar membutuhkannya. Ijinkan aku masuk, jebal,” terang Jongin panjang lebar. Sedikit berbohong memang. Karena Jongin masih punya gengsi yang setinggi langit untuk mengakui bahwa dia tengah mencari seorang gadis yang mungkin masih terjebak di suatu tempat di sekolah.

“Kau bisa mengambilnya esok, pagi buta,” tawar si penjaga dengan suara ketusnya.

Jongin mengerang tertahan, “Kumohon, ini penting sekali. Nasibku bergantung pada barang yang ketinggalan itu.”

Setelah kegiatan tawar-menawar dan bujuk-membujuk yang cukup makan waktu, akhirnya Jongin diijinkan untuk memasuki sekolahnya. Dengan catatan tidak terlalu lama dan dia harus mencari keperluannya sendiri. Si penjaga tidak mau ikut repot mengikuti Jongin berkeliling sekolah. Mendapatkan kesempatan sebagus ini, membuat Jongin menyetujuinya dengan cepat. Lagi pula akan lebih mudah jika mencari Soojung seorang diri.

Dengan gusar, Jongin melangkahkan kaki di sepanjang koridor sekolah. Sesekali pemuda berkulit tan itu mengecek beberapa ruangan menggunakan senter yang dibawanya. Langkah Jongin terhenti begitu mencapai ruang kelasnya. Dapat Jongin lihat dari jendela kalau masih ada tas yang berada di pojok kelas. Tentu saja Jongin dapat segera menerka siapa pemiliknya –Jung Soojung –siapa lagi?

“Aiish, di mana anak itu berada,” gumam Jongin melanjutkan pencariannya.

Semua sudut dia lalui hingga mencapai gudang sekolah. Gudang itu terletak di belakang gedung olahraga. Fungsinya untuk menyimpan peralatan yang tidak terpakai. Sedang peralatan olahraganya sendiri berada di dalam gedung olahraga. Di sana terdapat ruang kecil yang berfungsi sama seperti gudang. Hanya saja lebih terawat, tidak seperti gudang di belakangnya.

Jongin melangkah ragu mendekati pintu gudang itu. Pemuda itu sudah menjelajah ke sana ke mari. Dan hanya tempat ini saja yang belum tersentuh olehnya. Jongin menarik napasnya dalam-dalam, sebelum akhirnya mengetuk pintu gudang tua itu.

 

Tok… Tok…

 

“Soojung, kau di dalam?”

 

O0O

 

Tok… Tok…

 

“Soojung, kau di dalam?”

 

Tubuh Soojung menggeliat atas respon dari pendengarannya, juga dari getaran pintu tempatnya bersandar. Kedua kelopak matanya mengerjap, tetapi tidak ada pencahayaan yang cukup yang diterima oleh pupil matanya. Sepertinya hari sudah malam, dan itu berarti sudah berjam-jam dia terkurung di sini.

 

Tok… Tok…

 

Sekali lagi Soojung mendengar suara ketukan pintu.

 

“Soojung?”

 

Berikutnya dia mendengar seseorang memanggil namanya. Tetapi, itu bukan suara Sehun. Soojung membuka mulutnya hendak menyahuti panggilan itu. Sayang, tenggorokannya terlampau kering untuk sekedar bersuara.

 

“Soojung?”

 

Soojung memutar otaknya. Dia harus tetap berupaya agar orang yang berada di luar tahu bahwa dirinya memang ada di dalam.

 

Buk.. Buk..

 

 Soojung memutuskan untuk memukul pintu gudang. Dia melakukannya berulang kali karena merasa pukulannya terlalu lemah, dan belum tentu direspon dengan baik.

 

“Kau di dalam benarkan?”

 

Soojung mengangguk pelan sebagai tanggapan. Meski dia tahu mau mengangguk atau tidak, toh orang itu tidak melihatnya. Dan diamnya Soojung tentu saja dianggap pembenaran dari pertanyaan orang yang berada di balik pintu.

 

“Aku akan mendobrak pintu ini, kau menjauhlah dari situ.”

 

Soojung beringsut menjauhi pintu. Dengan sedikit terseok-seok, Soojung akhirnya berhasil menjauh dari pintu, menunggu sang penyelamat datang.

 

Duak… Duak…

 

Setelah mendengar suara hantaman sekitar 5 kali, Soojung mulai menangkap cahaya senter yang tepat mengarah ke pupilnya. Sambil memicingkan kedua matanya, Soojung berniat melihat siapa yang tergerak untuk menolongnya.

“Soojung?” seru orang itu seraya mendekat. “Kau baik-baik saja?”

Soojung menggeleng lemah. Kemudian tanpa sadar dirinya berigsut menjauh dari sosok sang penyelamat. “Jangan dekat-dekat, Jongin. Aku bau amis,” ujar Soojung polos. Dia sadar benar bahwa noda tepung dan telur masih menempel lekat di tubuhnya. Membuat aroma amis menusuk penciuman siapapun yang berada di dekatnya.

 

Grep.

 

Soojung membelalakkan kedua bola matanya. Bukannya menjauh, Jongin justru mendekapnya erat. “Kau tahu, kau nyaris membuatku mati berdiri saking khawatirnya,” bisik pemuda itu pelan. Ada hembusan napas lega di penghujung kalimatnya. Dan itu sukses membuat kehangatan menelusup di hati Soojung.

“Mian,” balas Soojung. Suaranya terdengar amat lemah, seperti suara bisikan.

“Ayo, kita pulang.”

Soojung mengangguk setuju. Perlahan Soojung bangkit dari posisinya saat ini. Tetapi, nyeri di perutnya membuat Soojung kesusahan untuk berdiri. Dan ketika berhasil berdiri dengan tegak, yang dirasakan adalah kunang-kunang di kepalanya. Soojung merasa pening. Kedua matanya serasa berat.

“Jong…”

Jongin yang baru saja membantu Soojung untuk berdiri menoleh seketika. Dia semakin panik ketika melihat raut pucat yang ditunjukkan Soojung.

“Jung Soojung.”

 

Seiring dengan panggilan Jongin kepadanya, Soojung kolaps. Tak sadarkan diri.

 

O0O

 

Jongin segera keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri. Tubuhnya terasa lengket dan bau akibat membawa Soojung yang kotor karena noda tepung dan telur. Jongin begidik membayangkan betapa kotornya jok audy hitamnya. Kelihatannya Jongin harus menyuruh orang membersihkannya. Well, Jongin kan hanya tidak suka saja mobil kesayangannya itu kotor dan bau. Euh, itu menjijikkan.

Kedua lensa Jongin menangkap sosok yang tengah terlelap di ranjangnya. Sosok itu begitu tenang. Perlahan pemuda berkulit tan itu mendekat. Sosok yang tengah tertidur –Jung Soojung kini terlihat lebih bersih. Seragamnya sudah diganti dengan gaun tidur putih tulang milik kakak Jongin. Jongin tertegun saat menyadari

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
rizkyginting #1
Chapter 30: akhirnya kaistalnya balekan lagi
amiisiltya #2
Chapter 38: Demi apa luhan sedih bangeeeett. Kasian luhan :"""
affexions
#3
Chapter 38: wow!! that was so sad:( goodjob authornim... aku suka side-storynya walaupun agak sedih juga
ysmnfrh #4
Chapter 35: Plot twist bgt ga nyangka bakal kaya gini. Bagus ceritanya thorrr
viannafe #5
Chapter 37: Thor izin minta psswrdnya dong. Maaf jika gangguin
viannafe #6
Chapter 33: Hyeyeon kok bilang gitu deh. Kan kasian soojong dijelekin
viannafe #7
Chapter 30: Smga sehun rela ngelepaskn soojong. Kaknya jongin digelarnya nenek sihir. Keke
viannafe #8
Chapter 35: Aduh. Kasian bangat Luhan. Sehunie kok jd begini
kyuhyun12 #9
Chapter 36: Aku harap kaistal berakhir bahagia jangan sad ending please
kyuhyun12 #10
Chapter 35: Kerennn kaka ff nya