Checkmate

Give Me Your Love
Please Subscribe to read the full chapter

Tok…. Tok….

 

Suara ketukan pintu cukup mengganggu perenungan Soojung kali ini. Gadis itu memutuskan berdeham guna memberikan izin pada siapapun yang berada di balik pintu kamarnya. Kemudian, hadirlah sosok Jinri dengan senampan makanan untuk nona mudanya ini.

 

“Nona Jung, anda belum makan sejak kemarin. Kali ini saya harap anda mau sedikit menyentuh makanan ini. Untuk cadangan tenaga. Tuan Jung khawatir jika anda sakit,” begitulah ceramah yang diberikan Jinri kepada Soojung. Hati-hati gadis itu meletakkan nampan di meja yang tersedia di kamar Soojung.

 

“Aku akan memakannya nanti. Kau bisa pergi.”

 

Jinri menggeleng. “Tidak sebelum anda makan. Tuan Jung yang memerintahkan saya untuk memastikan anda menelan makanan yang tersedia meski hanya sesuap.”

 

Soojung mendengus kesal. Sejak kapan Choi Jinri berani kepadanya? “Hei, dengakan ini. Aku…”

 

“Kekasih anda sedang bebincang dengan tuan besar.”

 

Soojung yang hendak mengomel mengurungkan niatnya. Gadis itu mengerjap beberapa kali sebelum terperangah tak percaya ke arah Jinri. Tetapi, anggukan gadis itu cukup meyakinkan. Jadi, benar jika Jongin melakukan aksinya untuk meminta dirinya secara langsung kepada sang ayah?

 

“Aku akan ke bawah.”

 

Jinri segera menghalangi langkah Soojung. Gadis itu menggeleng. Menandakan bahwa tidak setuju dengan keinginan Soojung barusan. “Saya rasa, biarkan dia yang melakukan tugasnya, nona. Jika anda turun, maka akan lebih memperburuk suasana. Perjuangan tuan Kim akan sia-sia,” kata Jinri menerangkan sebelum serentetan omelan dilayangkan kepadanya.

Soojung membenarkan perkataan Jinri dalam hati. Benar juga, dia harus lebih bersabar. Soojung yakin jika Jongin pasti mampu meyakinkan sang ayah. Seperti saat Jongin meyakinkan perasaannya kepada Soojung. Jadi, dia akan tetap berada di kamar dan menunggu hingga keajaiban tiba. Keajaiban di mana sang kekasih berhasil kembali merebut dirinya.

 

“Hyung, kumohon jangan usir aku. Bantu aku, hyung. Kasihanilah adik iparmu ini.”

 

Yah, tetapi sepertinya yang namanya harapan terkadang tidak sesuai dengan kenyataan. Selang beberapa lama, suara Jongin terdengar. Soojung yakin sekali bahwa ayahnya sudah mengusir Jongin dan tidak membiarkan Jongin kembali meraih Soojung. Jika begini mana bisa Soojung tinggal diam?

 

“Tidak, nona. Apapun yang anda lakukan akan sia-sia.”

 

Kembali Jinri menghalangi niatan Soojung untuk membantu Jongin. Sehingga yang bisa dilakukan Soojung adalah berlari menuju ke jendela. Berharap dapat melihat sosok Jongin barang sebentar saja.

Dan benar, Jongin berada di sana. Tengah melakukan perdebatan dengan Minho. Terlihat sekali jika pemuda itu kecewa karena usahanya yang belum membuahkan hasil. Membuat Soojung tidak enak hati. Jongin sudah berjuang sejauh ini. Lalu, apa yang sudah dilakukan olehnya?

 

Deg.

 

Tiba-tiba saja Jongin mengangkat kepala. Kini tatapan keduanya terkunci. Ada pesan tersirat yang mampu Soojung baca dari tatapan Jongin. Pemuda itu seolah mengatakan, Tunggulah sebentar lagi, aku akan membebaskanmu. Kira-kira seperti itu.

Soojung mengeratkan pegangannya pada tralis yang terpasang di jendela kamarnya saat Jongin melangkah pergi. Ada rasa hampa saat Jongin meninggalkannya seperti ini. Tetapi, Soojung yakin jika tidak akan lama. Karena Jongin pasti kembali untuk memperjuangkannya, bukan?

 

“Di lihat terus juga percuma. Dia tidak kembali lagi.”

 

Soojung berbalik. Sudah tidak ada Jinri di dalam kamarnya, digantikan oleh sosok Minho. Entah mengapa melihat Minho yang tengah memasang senyum kepadanya, membuat Soojung muak. Semua karena apa yang telah Minho perbuat, mengusir sang kekasih –Kim Jongin.

“Sebaiknya kau makan dulu,” ujar Minho sembari mencuri pandang ke arah nampan yang tadi dibawa Jinri. “Atau mau kusuapi?”

 

“Mati saja kau, Choi Minho?”

 

Minho meringis sambil pura-pura bergidik ngeri. Tetapi, tak lama pemuda itu kembali mengulas senyum. Paham benar apa yang membuat nona mudanya ini kembali berkata ketus kepadanya. “Aku tahu nona marah padaku. Tetapi, yang berkuasa di sini adalah tuan Jung. Kami tidak bisa membantah untuk mengusir Kim Jongin.”

Soojung terdiam. Gadis itu memilih untuk mengalihkan pandangan dan memasang tampang kesalnya. Mau Minho membela diri seperti apa juga, bagi Soojung pemuda itu tetap bersalah. Dia sedikit menyesal pernah menganggap Minho sebagai kakaknya sendiri.

 

“Kim Jongin, kurasa dia adik ipar yang bertanggungjawab.”

 

Penuturan Minho yang tiba-tiba membuat Soojung terhenyak. Kini, gadis itu sudah mau menatap ke arah Minho kembali. “Aku mengatakan ini sebagai kakakmu, Jung Soojung. Jadi, jangan merengut lagi. Kurasa sebentar lagi dia pasti berhasil untuk membuat tuan Jung menyerahkanmu padanya. Kau hanya perlu mempercayai kekasihmu.”

 

“Oppa.”

 

Minho terkekeh mendengar panggilan Soojung kepadanya. Pemuda itu lantas mendekat dan menepuk puncak kepala Soojung dengan lembut. “Karena itu kau harus makan yang banyak. Jangan membuat Jongin khawatir. Kau harus mengumpulkan banyak tenaga untuk mendukung Jongin.”

 

Soojung mengangguk setuju. Segera saja dia mendekati meja di mana makanannya diletakkan. Mulai menyantap makanan yang disiapkan untuknya dengan penuh suka cita. Dia harus makan banyak agar memiliki tenaga untuk mendukung Jongin.

 

Minho menghela napas lega. Setidaknya misi untuk membuat Soojung menyantap makanannya berhasil. Meski dia ragu sendiri dengan pernyataannya. Tuan Jung pasti tidak akan begitu saja menyerahkan Soojung kepada Jongin. Terlebih mengingat kepercayaan tuan besarnya itu kepada calon tunangan Soojung –Oh Sehun. Minho hanya berharap gadis yang disukainya ini mendapat kebahagiaan. Yah, meskipun tidak dengan bersamanya.

.

.

.

.

.

Jinri menyeringai di balik pintu. Sejak sang kakak menyuruhnya keluar dari kamar Soojung, Jinri berdiri di sana. Berniat memastikan sendiri bagaimana perasaan sang kakak kepada nona muda mereka. Dan kelihatannya tebakan Jinri tepat.

“Huh, kakak rasa kekasih,” gumam gadis itu sembari terkekeh. Ternyata nasib sang kakak sama mirisnya dengan dirinya. Kisah cinta keduanya mengenaskan.

 

Pip pop.

 

Sebuah pesan singgah di ponselnya. Membuat Jinri mau tak mau mengeceknya segera. Dan senyum seketika mereka menghiasi wajah cantik gadis bersurai sebahu itu.

 

From: Stupid Park

Hei, bagaimana jika menemaniku jalan-jalan, bersedia?

 

Jinri mengangguk sembari mengetikkan tanda persetujuan. Sepertinya Jinri menghapus apa yang melabeli dirinya tadi. Nasibnya lebih baik dari sang kakak. Setidaknya, Jinri sudah menemukan seseorang yang mau mengobati luka hatinya. Seorang yang bodoh itu bernama Park Chanyeol.

 

O0O

 

“Noona, tidak bisakah kau berbaik hati membantuku?”

 

Hyeyeon menutup telinganya. Sudah sejak setengah jam yang lalu Jongin berada di ruang kerjanya. Mengganggunya dan mengikuti ke manapun Hyeyon berpindah. Tujuannya satu, agar sang kakak tercinta mau membantunya untuk mendapatkannya kembali. Tetapi, mau seperti apa jua Jongin meminta, Hyeyeon mengabaikan. Bahkan hingga mulut Jongin berbusa pun, diyakini bahwa sang kakak tidak mau peduli.

 

“Noona.”

 

“Yak, berisik!”

 

Hyeyeon tidak tahan lagi. sebuah berkas dibanting percuma oleh dirinya. Dia kesal atas semua gangguan yang dibuat Jongin. “Bukankah kau mau menghadapinya sendiri? Mau bersikap keren dengan meminta Soojung kepada ayahnya? Lalu sekarang apa? Menyerah dan meminta bantuanku, huh? Pecundang!”

 

Jongin mengeram kesal. Hyeyeon paling bisa mencemooh juga menjatuhkan harga dirinya. Dan apa itu tadi? Jongin bukanlah pecundang, sekadar informasi. Hanya saja, untuk melawan kelicikan rencana Sehun, Jongin tentu harus mengimbanginya dengan yang lebih licik lagi. Menggunakan kekuasaan keluarganya untuk menekan ayah Soojung, misalnya.

 

“Ayolah, noona. Hanya kau yang bisa membantuku.”

 

“Cari saja gadis lain, Kim Jongin. Seperti tidak laku saja hanya terpaku pada satu gadis.”

 

“Aku maunya Soojung.”

 

Jongin menghentakkan kakinya. Merajuk. Membuat Hyeyon menggeleng pelan. Dia sedikit menyesal telah melabeli sang adik dengan label dewasa. Yang begini bisa disebut dewasa? Menghentakkan kaki jika keinginan tidak dituruti? Uh, dewasa sekali.

 

“Sudahlah, pergi sana. Mau kau memohon dengan cara apapun aku tidak punya niatan untuk membantumu.”

 

Jongin menghela napas berat. Tiba-tiba saja rasa putus asa menyeruak. Sepertinya, dia akan kehilangan Soojung. Benar-benar kehilangannya. Pemuda itu menunduk dalam. Kakinya tergerak untuk beranjak dari tempatnya berada. Meninggalkan Hyeyeon yang menatapnya prihatin.

Yah, Hyeyon tidak memiliki kuasa penuh untuk membantu Jongin. Tidak sebelum kedua orang tuanya memberi restu. Hanya saja,

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
rizkyginting #1
Chapter 30: akhirnya kaistalnya balekan lagi
amiisiltya #2
Chapter 38: Demi apa luhan sedih bangeeeett. Kasian luhan :"""
affexions
#3
Chapter 38: wow!! that was so sad:( goodjob authornim... aku suka side-storynya walaupun agak sedih juga
ysmnfrh #4
Chapter 35: Plot twist bgt ga nyangka bakal kaya gini. Bagus ceritanya thorrr
viannafe #5
Chapter 37: Thor izin minta psswrdnya dong. Maaf jika gangguin
viannafe #6
Chapter 33: Hyeyeon kok bilang gitu deh. Kan kasian soojong dijelekin
viannafe #7
Chapter 30: Smga sehun rela ngelepaskn soojong. Kaknya jongin digelarnya nenek sihir. Keke
viannafe #8
Chapter 35: Aduh. Kasian bangat Luhan. Sehunie kok jd begini
kyuhyun12 #9
Chapter 36: Aku harap kaistal berakhir bahagia jangan sad ending please
kyuhyun12 #10
Chapter 35: Kerennn kaka ff nya