Eight - The Battle

The 'You' to Me

Author pov

 

Hyesan dan Kyungmi berjalan mengelilingi kampus. Mereka mencari Ara yang sejak tadi pagi tidak terlihat. Hyesan beberapa kali menelpon Ara tapi tidak di angkat. Kyungmi mulai kawatir ketika Hyesan mengatakan Ara tidak bisa di hubungi.

 

BRUKK

 

“Awww...” Kyungmi mengaduh ketika terjatuh. Hyesan membantunya berdiri.

“Ah Kyungmi-ya, mian..” Joongki berdiri di sana. Kyungmi mengangguk melihat orang yang menabraknya ternyata Joongki. “Ah, apa kalian melihat Ara? Aku mencarinya dari tadi tapi tidak ketemu” tanya Joongki.

Hyesan dan Kyungmi berpandangan. “Kau tau? Kami juga mencarinya dan tidak ketemu. Semalam aku menelponnya dan tadi pagi juga. Tapi tidak di angkat” jawab Hyesan.

“Tidak biasanya Ara begini” tambah Kyungmi.

“Kira – kira dia keman-”

Kalimat Joongki terputus ketika mendengar ponselnya berdering. Matanya membesar ketika melihat nama penelpon.

“Wae?” Joongki menjawab telepon.

“Ahahahaha...” Woobin tertawa di seberang. “Hari ini hari yang cerah sekali ne? Ah apa kabar dengan gadismu itu? Apa dia hari ini kuliah?”

Mata Joongki menggelap mendengar kalimat Woobin. Dia menatap Hyesan dan Kyungmi. Dahi Hyesan berkerut ketika melihat ekspresi Joongki.

“Beraninya kau..” ucap Joongki dengan nada rendah.

“Ah! Kau mau bicara dengannya? Tentu... kau pasti merindukannya, ini silahkan bicara padanya” Woobin menempelkan ponselnya di telinga Ara.

“J-Joongki..”

Joongki membeku mendengar suara Ara. Tangannya mengepal kencang. “Ara kau dimana?” tanya Joongki.

“A-Aku tidak tau... semalam ketika aku membuka pintu-”

“Waah.. sepertinya cukup bicaranya”

Joongki mendengar suara Woobin kembali.

“Kemana kau membawanya?” tanya Joongki. Nafasnya naik turun menahan marah. Hyesan dan Kyungmi menoleh begitu mendengar kalimat Joongki.

“Kemana? Ah tidak jauh.. aku hanya membawanya ke tempat pertama kali kita berkelahi”

Joongki terdiam sesaat. Mencoba mengingat tempat itu.

“Ah kau tidak ingat? Well... kau tidak akan melihatnya lagi sampai kau berada disini, ah ya.. uhm.. apa gadis ini cukup berpengalaman.. yeah.. kau tau maksudku, ahaha” tawa Woobin. Tawa yang mendidihkan darah Joongki.

“Aku akan membunuhmu...” jawab Joongki. Dia hanya mendengar Woobin tertawa di seberang, sebelum telepon di tutup. Joongki terdiam beberapa saat. Dia memejamkan matanya meredakan emosinya.

“Joongki” panggil Kyungmi.

“Woobin menculik Ara” Jawab Joongki. Kyungmi terkejut. Matanya melebar.

“H-Hyesannie... Ara.. bagaimana ini..?” Kyungmi menggigit bibir bawahnya. Hyesan membuang mukanya. Panik campur kesal.

“Kau tau kemana dia membawa Ara?” tanya Hyesan.

Joongki terdiam. Ingatan masa kecilnya muncul. Dia mengangguk.

“Kita kesana” ucap Hyesan.

 

**

 

“Ughh... aku tidak menyangka kita harus kesana lagi” gerutu Minho. Dia mengikatkan ranselnya di satu kakinya sebelum berubah menjadi serigala. Joongki dan Haneul yang sudah dalam wujud serigala hanya menggeram malas mendengar keluhan Minho.

“Apa tempatnya jauh?” tanya Hyesan yang berdiri di sebelah Haneul. Haneul menggeram dan mengangguk. Hyesan tidak berkomentar lagi. Haneul merendahkan tubuhnya dan membiarkan Hyesan naik ke punggungnya. Haneul menggeram beberapa kali. Hyesan menoleh. “Kau mau aku bagaimana?” tanya Hyesan.

Haneul menggeram.

“Kau mau aku pegangan?”

Haneul mengangguk. Wajah Hyesan agak bersemu merah sebelum tangannya memegang bulu di leher Haneul.

Joongki mendengus dan mengeluarkan suara tertawa sebelum mendapat satu pukulan sedang dari Haneul. Dan mereka memulai perjalanan mereka.

Joongki memimpin diikuti Haneul, Minho, dan Hyesan yang menelan ludah begitu merasakan kecepatan lari ketiga serigala itu. Hanya dia yang diizinkan ikut untuk mencari Ara. Hyesan mengerti kenapa Kyungmi tidak bisa ikut. Selain akan merepotkan karena Kyungmi mudah sakit, Kyungmi juga tidak bisa bertarung.

Mereka berlari menyusuri hutan dan menyebrangi sungai – sungai dan danau. Beberapa kali Haneul harus memarahi Joongki karena terlalu keras kepala dan tidak mau beristirahat sejenak. Hyesan duduk dan memperhatikan Minho dan Haneul yang sedang membasuh wajahnya di sungai. Perhatiannya teralih pada Joongki yang duduk sendiri sambil melemparkan beberapa batu ke sungai.

“Yaa” Hyesan duduk sebelah Joongki.

“Hm?” jawab Joongki.

“Aku tau kau kawatir pada Ara.. aku juga sama sepertimu. Mungkin aku lebih kawatir daripada kau. Tapi kau harus makan” Hyesan menyodorkan sekotak makanan pada Joongki. Joongki menolak. “Kalau kau tidak makan, Ara akan membunuhku nanti” protes Hyesan. Joongki terkekeh dan menerima kotak makanan itu.

“Kau dan Ara sepertinya lebih dekat di bandingkan Kyungmi” Joongki menggigit sepotong sandwich.

“Hm.. aku sudah berteman dengannya sebelum dia bisa memakai celananya sendiri” jawab Hyesan. “Kami baru bertemu Kyungmi ketika sekolah menengah pertama”

“Aaaa... pantas saja kau hafal kebiasaan Ara” komentar Joongki. Hyesan hanya tersenyum. “Yaa Hyesan”

“Oi?”

“A-Apa kau tau seperti apa hubungan Ara dengan Jongin?” tanya Joongki. Wajahnya memerah. Hyesan menoleh.

“Jongin? Kenapa kau tiba – tiba bertanya tentang dia?”

“Aniya.. hanya.. uhm..”

“Kau cemburu?”

Joongki tersedak sandwichnya dan batuk beberapa kali. Hyesan menghembuskan nafas malas dan memberikan sebotol air. Joongki segera meminumnya.

“Kau cemburu toh” sambung Hyesan.

“Tidak!”

“Kau cemburu, Joongki”

“Aku tidak cemburu!” bantah Joongki.

“Yah.. kalau kau tidak cemburu kurasa aku akan mendukung hubungan Ara dan Jongin” Hyesan mengeluarkan smirknya.

“Yaa! Teman macam apa kau hah?!” protes Joongki.

“Kenapa? Tidak suka?” tanya Hyesan. Joongki mengedipkan matanya beberapa kali. Gugup. Hyesan tersenyum. “Kalau begitu kau cemburu”

“T-Tapi aku... uh... aku sendiri tidak tau seperti apa aku di matanya” Joongki menutup kotak makanan itu dan mencelupkan kakinya ke sungai.

“Kau akan tau nanti” Hyesan berdiri dan menepuk – nepuk celananya. Dia berbalik hendak pergi. Tapi tangan Joongki menahan tangannya. Hyesan menoleh dan melepaskan tangan Joongki. “Bicara saja, aku tidak suka di sentuh”

“Uhm... uh.. terimakasih sudah percaya padaku” ucap Joongki. Hyesan mengangguk.

“Jaga saja dia sebaik mungkin” Hyesan berbalik dan melangkah menuju tempat istirahat mereka. Tanpa sempat melihat senyuman lebar Joongki.

 

**

 

Hyesan turun dari punggung Haneul. Dia menggantung ranselnya di salah satu pohon sebelum menatap pemandangan di depannya.

Padang rumput hijau yang sangat luas. Di seberang, ada hutan lagi. Hyesan menatap sekeliling. Tidak ada batu – batuan atau pohon di padang rumput itu. Anginnya tidak panas dan tidak lembab. Tapi juga tidak kering. Tempat yang cocok untuk berpiknik. Hyesan menggelengkan kepalanya ketika ide berpiknik lewat.

“Kenapa kau?” suara Minho membuat Hyesan menoleh.

“Eopseo”

“Uhm.. aku sedikit berharap temanmu bisa ikut” komentar Minho. Hyesan tersenyum kecil. “Uh... kau tidak berencana bertarung dengan makhluk seperti itu dengan tangan kosong kan?” tanya Minho.

“Aku tidak sebodoh itu” Hyesan membungkuk dan merogoh saku celananya. Minho tersenyum begitu melihat benda yang di keluarkan Hyesan.

“Kau cukup mengerikan sebagai seorang perempuan” suara Joongki di belakang membuat Minho dan Hyesan menoleh. “Berapa banyak pisau yang kau bawa?” tanyanya.

“8, semua sudah sangat tajam dan mudah di jangkau ketika terdesak”

“Kau tau? Kau mulai membuatku takut” tawa Joongki. Hyesan hanya mengeluarkan smirknya. Ponsel Joongki berdering. Wajah Joongki mengeras melihat nama penelpon.

“Wah, kau sampai cepat juga ne? Tapi tetap saja lebih lambat dariku” suara Woobin membuat Joongki naik darah.

“Jangan banyak bicara. Keluar kau” dan dengan itu Joongki menutup telpon dan memasukkan ponselnya ke ranselnya. “Ayo.. sudah waktunya” Joongki melangkah ke padang rumput di ikuti Minho, Haneul, dan Hyesan.

Dari kejauhan tampak empat orang berjalan ke arah Joongki, Minho, Haneul, dan Hyesan. Joongki menyipitkan matanya melihat siapa laki – laki ketiga itu. Joongki tertegun melihatnya.

Kim Jongin. Dengan smirknya berjalan di sebelah kiri Woobin. Tangannya masuk ke saku jaketnya. Joongki tau, dari awal dia seharusnya tidak memercayai Jongin. Joongki menajamkan pengelihatannya ketika melihat sosok keempat di belakang Woobin. Hyomi berjalan di sana. Dengan wajah angkuhnya. Joongki mendengus kesal. Sekarang dia tau pertarungan ini akan jadi satu lawan satu.

Mereka berhenti ketika tepat di tengah padang rumput.

“Lama tidak berkunjung ke sini eh? Joongki?” suara Woobin memecah keheningan.

“Mana Ara?” tanya Joongki tidak mau berbasa basi. Woobin terkekeh.

“Ara? Uhh.. gadismu itu? ah dia tidak jauh dari sini” jawab Woobin. Kening Joongki berkerut. Woobin mengalihkan pandangannya ke arah tepi padang rumput. Mata Joongki mengikuti pandangan Woobin. Dan membelalak seketika.

Ara. Terikat dan tergantung di dahan pohon di tepi jurang. Tali yang menggantungnya hanya satu dan jika tali itu terkena sayatan benda tajam dapat langsung di pastikan Jung Ara sudah tinggal nama saja.

“Ara..” bisik Joongki. Joongki kembali memusatkan perhatiannya pada Woobin yang sedang tersenyum mengejek padanya. Joongki menenangkan dirinya dan mundur beberapa langkah. Diikuti Haneul dan Minho serta Jongsuk dan Jongin.

Mereka melompat dan berubah ke wujud serigala mereka. Sementara itu Hyesan menatap datar Hyomi, dan keduanya mengeluarkan pisau mereka.

“Menarik sekali huh? Kukira aku akan bertarung dengan para serigala itu, tapi ternyata mereka membawa lawan untukku” Hyomi menatap sengit Hyesan. Hyesan tidak bicara apa – apa.

Dan pertarungan terjadi.

Woobin dan Joongki saling menggigit dan mencakar. Mereka berguling di rerumputan. Auman Joongki terdengar Ara yang sedang menenangkan jantungnya.

“J-Joongki...” Ara menatap jauh ke padang rumput dan melihat beberapa serigala sedang berkelahi. Tapi matanya menangkap sosok lain disana. “H-Hyesannie..” Ara menatap tidak percaya pada Hyesan yang sedang bertarung dengan Hyomi. Setitik air matanya jatuh. Ara menyadari dia terkadang sering tidak bersyukur mempunyai orang – orang yang menyayangiya di sekelilingnya. Ara menggigit bibir bawahnya. Dia tidak berani menatap ke bawah. Jurang dalam dan gelap menyambutnya jika dia banyak bergerak sehingga tali putus. Ara memejamkan mata dan berdoa supaya cepat selamat dan pulang bersama Joongki, Minho, Haneul, dan Hyesan.

 

**

 

Haneul menggigit dan melempar tubuh Jongsuk ke padang rumput. Dia berlari dan melompat ke tubuh Jongsuk. Jongsuk berguling dan menghindar. Haneul berbalik dan menendangnya dengan kaki belakangnya. Jongsuk tersungkur tapi segera berdiri lagi. Dia berlari dan menerjang Haneul sekuat tenaga. Haneul menghindar. Jongsuk melayangan cakarnya dan mencakar Haneul. Haneul menggeram dan mencakar wajah Jongsuk kemudian menggigit lehernya. Jongsuk mengaum kencang kemudian melayangkan cakarnya lagi.

Di tempat lain Minho menimpa tubuh Jongin dan mencakarnya kemudian menggigitnya. Jongin mendorong tubuh Minho dan segera berdiri. Jongin berputar dan menendang Minho dengan kaki belakangnya. Minho terjatuh, Jongin menggigit satu kaki Minho dan Minho mencakarnya dengan kencang.

Minho berguling dan menendang Jongin. Jongin terlempar dan menabrak pohon sebelum berubah menjadi manusia kembali. Minho berubah dan menghampiri Jongin. Darah segar keluar dari luka – lukanya dan luka Jongin. Jongin berdiri dengan sekuat tenaga. Minho mencengkram leher Jongin.

“Kau.. kenapa kau ikut melakukan ini pada Ara huh? Kukira kau menyukainya” Minho menatap tajam Jongin. Jongin membalas tatapan tajam Minho.

“Aku melakukan ini karena aku tidak ingin Joongki memiliki Ara. Aku memang menyukainya. Karena itu aku menolong Woobin untuk membunuh Joongki dan aku akan memiliki Ara setelah itu” jawab Jongin.

Minho melempar tubuh Jongin hingga menabrak pohon lagi. “Kau bodoh? Kalaupun Woobin menang di pertarungan ini, dia tetap akan membunuh Ara. Itukah yang kau mau?!” seru Minho. Mata Jongin melebar. “Heh.. kau tidak tau Woobin selicik apa rupanya..” Minho berjongkok di depan Jongin. “Kalau kau ingin memiliki Ara, bersainglah secara adil dengan Joongki. Bukan dengan cara ini. Ara mencintai Joongki dan jika dia tau kau membantu Woobin membunuh Joongki... kurasa dia bahkan tidak mau melihatmu lagi” Minho melihat Jongin menunduk. “Aku tau kau tidak jahat seperti Woobin atau Jongsuk. Kau hanya melakukan ini demi kepentinganmu sendiri. Sadarlah. Kalaupun suatu saat Ara bersama Joongki.. kau tetap bisa berteman dengannya jika kau tidak membantu Woobin. Bukankah melihatnya bahagia bersama orang lain lebih menyenangkan daripada melihatnya bersedih sepanjang waktu karenamu?” ucapan Minho merupakan tamparan keras di wajah Jongin.

Jongin menggigit bibir bawahnya. Sekarang dia bingung. Minho menepuk pipi Jongin. “Aku tidak akan memberitau Ara jika kau menolong Woobin. Tapi jika Joongki terbunuh.. maka aku akan mencarimu dan membunuhmu” ucap Minho. Dia berdiri dan berbalik.

“Minho” panggil Jongin. Minho menoleh.

“Kenapa kau membantu Joongki?”

Minho terkekeh. “Karena dia temanku, bodoh” jawab Minho. Jongin berdiri dan berjalan menghampiri Minho.

“Kurasa bukan itu alasanmu”

Minho terdiam sesaat. Kemudian tersenyum. “Kau menang. Aku melakukan ini agar Ara selamat” jawab Minho. Mata Jongin menyipit.

“Kau...”

“Tidak. Bukan Ara yang kusukai..” jawab Minho begitu mengerti maksud Jongin. “Aku menyukai temannya... dan jika Ara terbunuh.. maka aku akan melihat orang yang kusukai bersedih dan aku benci melihatnya seperti itu” jawab Minho. “Jadi apa kau akan berdiam diri disini seperti orang bodoh? Atau kau mau menolong Joongki bersamaku dan yang lain?” tanya Minho.

Jongin tidak menjawab. Minho kembali berubah ke wujud serigalanya. Jongin mengikutinya. Mereka berlari kembali ke padang rumput.

 

**

 

Hyomi melayangkan tendangan ke perut Hyesan dan dengan sukses ditangkis Hyesan. Hyesan berbalik dan melayangkan tinjunya ke wajah Hyomi. Dan mengenai pipinya. Hyomi jatuh. Hyesan mengunci gerakannya dan menempelkan pisau di leher Hyomi.

“Menyerahlah. Kau bukan tandinganku” ucap Hyesan. Hyomi tertawa.

“Bukan tandinganmu? Sombong sekali kau-AAARRGGHHH!” Hyomi menjerit ketika Hyesan memutar tangannya. Nafasnya naik turun karena kesakitan dan kelelahan.

“Menyerahlah” ucap Hyesan sekali lagi. Dia sendiri sudah banyak berkeringat dan terluka karena pisau.

“Keep dreaming” Hyomi mendorong Hyesan dengan bahunya sehingga cengkraman tangan Hyesan terlepas. Hyomi mengambil pisau dari saku celananya. Hyesan menggigit bibir bawahnya dan mengeluarkan pisau juga. Hyomi maju dan menghunuskan pisau. Hyesan menahannya dengan pisaunya.

“Kenapa kau membantu Woobin?” tanya Hyesan di tengah – tengah pertarungan mereka. Hyomi tersenyum mengejek dan melayangkan tinju yang di tangkis kembali Hyesan.

“Karena aku membenci Jung Ara dan... dan aku peduli pada Woobin” jawab Hyomi. Hyesan dapat melihat ekspresi wajahnya sedikit melembut ketika mengucapkan nama Woobin.

“Kau mencintai Woobin” jawab Hyesan.

“Tidak” Hyomi mundur ketika terkena tinjuan Hyesan di perutnya. “Aku hanya peduli padanya” sambung Hyomi.

“Benarkah? Kau tidak mengakuinya karena kau tau Woobin tidak mencintaimu” Hyesan mengeluarkan smirknya. Senyuman mengejek di wajah Hyomi runtuh.

“Jangan asal bicara kau!” seru Hyomi melayangkan tendangan ke wajah Hyesan. Hyesan menghindar ke samping dan membalasnya dengan satu sabetan di tengkuk Hyomi yang sukses membuat Hyomi pingsan seketika.

“Huh. Kau bahkan tidak bisa menyamai kecepatan gerakanku” gumam Hyesan. Dia mengeluarkan tali dari kantung di sisi celananya dan mengikat tubuh pingsan Hyomi. “Ah, maaf ne? Aku bercanda dengan mengatakan Woobin tidak mencintaimu” Hyesan menarik tali yang mengikat kaki Hyomi dan menyeretnya.

 

**

 

Ara dapat melihat dengan jelas Joongki dan Woobin yang sudah bermandikan darah dan luka – luka. Tidak satupun dari mereka yang roboh atau menyerah. Ara terisak. Dia marah karena tidak bisa berbuat apapun untuk membantu teman – temannya. Dia marah karena Joongki berdarah dan terluka karena menyelamatkannya. Dia kesal karena dirinya begitu bodoh dan lemah. Dia benci melihat sahabatnya harus bertarung dengan musuhnya untuk menyelamatkannya. Tetesan demi tetesan air matanya mengalir. Ara menatap Joongki dari kejauhan. Dadanya berdenyut ketika merasakan sesuatu. Suatu perasaan yang sudah lama tidak dia rasakan. Mata Ara melebar melihat Joongki dan Woobin berguling semakin dekat ke arahnya.

 

Joongki berlari mengejar Woobin yang berlari ke arah pohon tempat Ara tergantung dan terikat. Joongki terhenti ketika melihat Woobin berubah ke wujud manusianya. Joongki berubah. Dia menatap nanar tangan Woobin. Woobin menempelkan pisau ke tali yang menggantung Ara.

“Mendekatlah, kau ingin melihat kepergian gadismu bukan?” Woobin mengeluarkan smirknya. Joongki menatap nanar pada Woobin.

“Woobin..”

“Apa? Kau masih tidak mau menyerahkan warisan keluarga kita? Hah.. ternyata kau labih memilih warisan itu daripada gadismu” Woobin mengalihkan pandangan pada Ara yang sedang menangis ketakutan.

“Tidak. Tapi aku tidak bisa membiarkan orang sepertimu memiliki semua itu. kau bahkan tidak pantas berada di keluarga ini” jawab Joongki.

“Ah.. sayang sekali huh? Sepertinya ini hari terakhir kau melihatnya” Woobin mendekatkan pisau itu. Mata Joongki melebar. “Ucapkan selamat tinggal pada Jung Ara” Woobin menggerakan tangannya.

“YAA KIM WOOBIN!” sebuah seruan dari ujung lain padang rumput menghentikan gerakan Woobin. Mata Woobin membesar melihat pemandangan itu.

Do Hyesan. Dengan smirknya berdiri di tepi jurang yang mengarah langsung ke sungai. Kakinya menginjak punggung Hyomi yang terbaring di tepi jurang. Hyomi menangis menjerit meneriakkan nama Woobin.

“Kau potong tali itu dan ucapkan selamat tinggal juga pada Hyomi” ucap Hyesan. Joongki menatap tidak percaya pada Hyesan. Kemudian matanya teralih lagi pada Woobin yang menatap nanar Hyesan.

“K-Kau..” ucap Woobin. Darahnya mendidih melihat Hyesan menginjak Hyomi. “Perempuan sialan” maki Woobin. Hyesan terkekeh.

“Kau lepaskan Ara, dan aku akan memberikan Hyomi padamu” ucap Hyesan.

Woobin terkekeh. “Buang saja dia, aku tidak peduli padanya” sambung Woobin. Tapi Hyesan dapat melihat buliran keringat besar di pelipis Woobin.

“Oh benarkah? Wah..” Hyesan menarik Hyomi berdiri. Hyomi menangis sesenggukan. “Dengar itu Hyomi? Dia bahkan tidak peduli jika kau mati, benar kan ucapanku? Hanya kau yang mencintainya. Tapi dia tidak” ucap Hyesan. Cukup kencang untuk di dengar Woobin. Hyesan menarik Hyomi berdiri dan mendekatkannya ke tepi jurang. Hyomi menjerit.

“Woobin! Woobin tolong aku!” seru Hyomi sambil terisak. Hyomi dapat melihat derasnya arus sungai dan tingginya jurang itu. Hyesan merendahkan lagi uluran talinya sehingga Hyomi semakin menghadap jurang.

“YAA!” seru Woobin. Matanya tidak terlepas dari Hyomi.

“Lepaskan Ara” suara Joongki semakin terdengar. Dia melangkah lebih dekat menuju Woobin. Woobin menoleh.

“Aku tidak akan kalah” gumam Woobin. Dengan satu gerakan cepat dia memotong tali yang menggantung Ara dan berlari ke arah Hyesan dalam wujud serigalanya.

“ARA!!” seru Joongki yang shock melihat Ara terjatuh.

“Joongki!” seru Ara semakin jatuh.

Sebuah auman kencang terdengar di samping telinga Joongki. Joongki tertegun melihat seekor serigala melompat dan menggigit tali yang terikat di tubuh Ara. Serigala itu mendarat kembali di padang rumput seberang dengan Ara. Dada Joongki berdegup kencang ketika melihat serigala itu berubah menjadi Jongin. Joongki melihat Jongin bicara beberapa kata pada Ara sebelum Jongin pingsan.

“Joongki!” seru Ara. Joongki mundur dan menarik nafas dalam. Mengumpulkan seluruh kekuatannya sebelum melompat ke seberang jurang. Joongki berubah kembali ke wujud manusianya.

“Ara..” Joongki menarik Ara ke pelukannya.

Sebuah jeritan terdengar membuat Ara dan Joongki menoleh dengan cepat ke tepi padang rumput seberang mereka. Mata Ara membelalak melihat Woobin mendorong Hyesan ke jurang sementara dia menarik Hyomi menjauh dari sana sebelum menghilang dalam hutan.

“Andwae...” Ara menutup mulutnya. “Eh..?” Ara mengerutkan alisnya ketika melihat tangan Hyesan merogoh kantung belakangnya saat terjatuh. Hyesan melemparkan tali. Dan dari atas jurang, Minho menangkap tali itu. Hyesan berayun dan kakinya menapak di tepi jurang sementara tangannya memegang tali dengan kencang. Ara menarik Joongki mendekati tepi jurang untuk melihat Hyesan.

“Hyesanniee!!” seru Ara. Hyesan menoleh. Wajahnya terlihat lelah.

“Yaa! Kau pikir aku akan mati dengan mudah huh? Maaf tapi aku tidak ingin mati konyol”

Dan mendengar perkataan Hyesan barusan, Ara tersenyum. Lega. Minho menarik Hyesan naik. Hyesan terengah – engah sambil membersihkan celananya.

“Ayo kita kembali” Joongki menyentuh kepala Ara dengan lembut.

“Tidak tanpa Jongin” protes Ara. Joongki menatap tajam Ara. Mulutnya terbuka akan protes. “Dia menolongku Joongki. Jika dia tidak ada mungkin aku sudah mati” sambung Ara. Joongki melengos dan mengangguk. Ara tersenyum.

“Aku senang kau tidak apa – apa” Joongki merangkul Ara dan mengecup keningnya. Ara tersenyum.

 

TBC

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
VanillaCreamCookie #1
sumpah thor, aku ngefans banget sama Jongsuk dan disini Jongsuknya manis banget. duh beruntung banget itu si Park Kimmi...
friedrice #2
Chapter 3: baru baca sampe chap 3.. bentar ya meninggalkan jejak dulu hahahahaha xD
btw gue jadi agak sensitif dengan lalat..................................
friedrice #3
Chapter 2: uhuhuhuhuhuhuh joongkiii >/////<
friedrice #4
Chapter 1: LALAT................................................ PUHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA
karinoooy #5
Chapter 12: whooooaaaa sidestory nyaaa daebaaak (y)
tsubakitheshawol
#6
Eh ada Park Kimmi yang asli.. si nabilsey
nabilsey #7
Chapter 10: Omg! Kill me right now pls.
delevaprilla #8
Chapter 8: Uwooooo~
Thanks you for updating faster
좋아 XD
Next (y) ^^
delevaprilla #9
Chapter 7: Lanjut lahh.. XD cuss (y)
nabilsey #10
Chapter 5: Wuhuhuhu ternyata kimmi dengan lee jongsuk? Kampret gue gatau!! #brbsearching
Btw daebak thor ceritanya!!!!! Keep writing :D