Six

The 'You' to Me

Ara’s pov

 

Aku cukup kaget melihat Joongki berdiri di pintu apartemenku. Wajahnya memerah. Apa mungkin dia menangis?

Aku tidak banyak berpikir karena dia langsung memelukku.

“Mianhae...” katanya.

Dan sukses kekesalanku hilang. Aku tidak tau apa yang terjadi dengannya setelah aku meninggalkannya di taman tadi. Tapi aku menyadari sebenarnya aku salah.

“J-Jongki..” aku membalas pelukannya. “Masuklah..” aku menarik diriku. Dia menunduk dan mengangguk. Kalau aku boleh berkomentar saat itu, dia terlihat seperti anak anjing yang kehilangan induknya.

Joongki duduk di karpet tempat aku dulu mengobatinya saat dia menjadi serigala. Tangannya menggaruk – garuk karpetku. Hal itu membuatku ingin tertawa. Dengan bibirnya yang di pautkan, mata memerah, cara duduknya, dan caranya menggaruk – garuk karpet, Joongki benar – benar terlihat seperti anak anjing.

“Joongki”panggilku. Dia menoleh.

Ugh.

Haruskah wajahnya seperti itu? aku ingin sekali mencubitnya..

“Joongki aku minta maaf” aku duduk di sebelahnya. Dia menatapku. “Kau benar, aku egois. Seharusnya aku menenangkanmu, bukannya membuatmu makin pusing.. aku bukan teman yang baik”

“Ne, aku juga tidak seharusnya membentakmu. Maaf aku kasar sekali tadi” tangan Joongki mengelus rambutku. “Uhm.. apa kita sudah resmi baikan?” tanyanya. Aku sedikit geli mendengar pertanyaannya.

“Hahaha.. tentu” aku tersenyum. “Ah, kau mau kue? Tadi ada penghuni baru di apartemen sebelahku, dan dia memberi tetangganya kue, kau tau? Rasanya enak sekali” kataku.

“Kue? Rasa apa?”

“Karena aku suka strawberry, jadi yang strawberry sudah kumakan, hehehe.. tinggal cokelat dan keju. Kau mau?”

“Ah.. kurasa tidak, aku tidak ingin makan”

Aku mengangguk. Mataku melihat kalung yang dipakainya. Tiba – tiba aku teringat gelangnya yang tertinggal di rumahku. “Joongki-a, apa kau punya gelang berwarna biru?” tanyaku.

Joongki menoleh dengan cepat dan mengangguk. “Kau tau dimana? Aku tidak ingat kapan dan bagaimana, tapi gelang itu hilang.. dan aku sangat menyukainya” Joongki cemberut. Dan menggemaskan.

“Gelang itu tertinggal di apartemenku ketika aku merawatmu dulu” jawabku.

“Jinjja?” Joongki terlihat bersemangat. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling apartemenku. “Dimana?”

“Di meja rias kamarku, aku ambil dulu ne?” aku beranjak dan berjalan menuju kamarku. “Dimana ya.. uhm... ah ini dia” aku menemukannya di laci meja riasku. Aku berbalik hendak menemui Joongki lagi.

“Ada?”

“Whoa!!” aku terlonjak melihat Joongki yang entah bagaimana caranya dan kapan sampainya, dia berdiri di hadapanku dengan wajah polosnya. “Joongki kau mengagetkanku” aku berkacak pinggang. Dia nyengir dan menggaruk kepalanya. “Ini” aku memberikan gelang itu padanya.

“Gomawo” katanya. Dia mengangkat tangannya setinggi dadanya. “Pakaikan untukku” dia tersenyum padaku. Uh okay.. dia terlihat.. ehm... tampan dari jarak sedekat ini.

“Kau ini manja sekali..” aku protes. Tapi tersenyum dan memakaikannya. “Sudah” jawabku kembali menatap wajahnya.

Ugh.

Wajahnya dekat sekali.

Bagaimana ini..

Bagaimanaaaa...

Aku menelan ludahku. Dia menoleh. Ugh.. pasti wajahku sudah memerah. Tapi oh Tuhan kenapa otakku tidak menuruti perintah syarafku untuk mundur atau mengalihkan pandanganku?? Tuhan apa yang terjadi disini?

Senyuman Joongki menghilang. Dia menatapku dalam. Aku merasa dia menatapku jauh ke dalam diriku. Aku merasakan tangannya menyentuh pipiku. Entah siapa yang memulai. Tapi wajahnya semakin dekat dengan wajahku. Mataku menatap bibirnya. Bibir itu.. seperti apakah rasanya..?

Aku menutup mataku. Nafas Joongki terasa di bibirku.

 

BIIIIIIPPPP BIIIIIIIPPPPP

 

Aku dan Joongki seketika menjauh ketika mendengar ponsel Joongki berdering. Aku menunduk. Wajahku pasti sudah merah. Ugh.. aku mengutuk siapapun yang menelpon Joongki.

“Yeoboseo..” aku menoleh lagi ketika mendengar suara Joongki. “Aiiisshhh... lain kali jika tidak penting dan darurat jangan menelponku!” seru Joongki. Wajahnya terlihat kesal. Dia mematikan telepon. Dan sekarang suasana menjadi canggung. Dia tersenyum kikuk padaku sambil mengusap tengkuknya.

“Joongki” panggilku. Dia menoleh. “Maaf kalau aku terdengar mendesak atau bagaimana..tapi apa kau sudah bisa menceritakan masalahmu? Aku harap aku tau masalahmu agar aku bisa membantumu” aku mengambil tangannya dan menggenggamnya. Dia terlihat ragu.

“Baiklah, tapi ku harap kau tidak terlibat dalam masalah ini ne? Aku tidak mau sesuatu yang buruk terjadi padamu”

 

Deg.

 

Aku merasakan darahku berdesir dan jantungku berdetak beberapa kali lipat lebih cepat mendengar pernyataannya. Dia duduk di pinggir tempat tidurku. Ibu jarinya mengusap tanganku. Aku duduk di sebelahnya.

“Semuanya berawal ketika aku masih kecil..”

 

Author pov / flashback

 

Joongki kecil berumur 6 tahun berlari di kebun rumahnya. Sesekali dia melompat dan berubah menjadi serigala kecil berwarna hitam. Dia berguling di taman. Sosok anak lain datang. Joongki berubah menjadi manusia kembali.

“Woobin!” Joongki berlari menuju saudaranya. Woobin tersenyum dan memeluk saudaranya. “Kenapa kau baru berkunjung hari ini ke rumahku huh? Kau tau aku bosan bermain dengan pelayan terus menerus” Joongki cemberut.

“Mianhae hyung, appa dan eomma sibuk sekali dan aku harus pergi bersama mereka beberapa bulan ini, aku tidak sempat mengunjungimu, tapi sekarang aku sudah datang kan?” Woobin kecil menarik – narik lengan hyungnya.

“Aiishh..” Joongki mencubit lengan Woobin. “Sebagai gantinya sekarang kau harus menggendongku mengelilingi taman”

“Yaa hyung, seharusnya kau yang menggendongku, aku kan adikmu” protes Woobin.

“Tapi badanmu lebih tinggi dariku” Joongki memeletkan lidahnya.

Woobin baru saja menaikkan Joongki ke punggungnya ketika melihat pelayan menghampiri mereka.

“Tuan Joongki dan Tuan Woobin, kalian di tunggu Nyonya besar di ruang keluarga sekarang juga” pelayan itu membungkuk.

“Bisakah kita bertemu dengannya nanti saja? Aku sedang bermain bersama Joongki hyung” protes Woobin.

“Tidak Tuan, ini perintah langsung dari nyonya besar” tolak pelayan itu. Woobin dan Joongki melengos. Woobin menurunkan Joongki dan mereka berjalan bersama memasuki rumah.

 

9 tahun kemudian...

 

“Woobin, kenapa kau mendiamiku terus huh? Kau aneh sekali semenjak 2 tahun lalu” Joongki protes ketika Woobin berkunjung ke rumahnya lagi bersama orang tuanya. Woobin tidak menjawab. Dia menutup buku yang di bacanya.

Joongki yang kesal karena di acuhkan Woobin menarik – narik lengan Woobin. “Woobin..”

“Hyung diamlah! Kau tidak pantas bicara denganku. Untuk apa pewaris keluarga bicara dengan orang rendahan macam aku” alis Woobin bertaut.

“Yaa, kalaupun aku jadi pewaris kenapa? Aku tetap senang bermain denganmu” Joongki cemberut. Wajah Woobin mengeras. Dia geram.

“Kau pewaris. Sikap macam apa itu? Seharusnya bukan kau yang menjadi pewaris. Seharusnya aku yang mewarisi semuanya. Orang lemah sepertimu tidak pantas mewarisi keluarga ini” Woobin menatap sinis Joongki.

Kening Joongki berkerut mendengar komentar Woobin.

“Aku tidak lemah” bantah Joongki.

“Kau lemah Song Joongki. Kau seekor serigala tapi kau lemah!” seru Woobin. Joongki mengepalkan tangannya. Emosinya tersulut. “Aku malu punya hyung sepertimu, jangan pernah bicara denganku lagi” sambung Woobin.

Joongki melompat dan berubah menjadi serigala besar hitam. Dia menggeram pada Woobin. Woobin melompat dan berubah. Joongki menerjang Woobin hingga keduanya berguling dan saling menggigit di padang rumput.

Woobin menggonggong dan mencakar dada Joongki. Joongki menggigit leher dan kaki Woobin. Mereka berguling di padang rumput dan darah mereka menyebabkan rumput di beberapa tempat menjadi merah.

Woobin menggigit dengan keras kaki Joongki. Joongki mengerang dan mencakar wajah Woobin. Woobin menendang Joongki hingga membentur pohon. Joongki mengerang. Dia berubah kembali menjadi manusia. Woobin berdiri dan berubah. Joongki bersandar di pohon memegangi dadanya. Sekujur tubuhnya berdarah karena luka gigitan dan cakaran.

“Kau bahkan tidak bisa menang melawanku” Woobin berdiri tepat di depan Joongki dengan luka yang tidak jauh berbeda parahnya dengan Joongki. “Kau bahkan tidak bisa menahan rasa sakitmu. Kau lemah Song Joongki” Woobin berbalik. “Jangan menampakkan wajahmu di depanku lagi sebelum kau kuat melawanku” dengan itu Woobin berjalan meninggalkan Joongki.

“W-Woobin..” bisik Joongki. Nafasnya tersengal – sengal. Setitik air matanya jatuh. “A-aku tidak mau kehilangan adikku” Joongki menggigit bibir bawahnya. Dia menatap punggung Woobin hingga tak terlihat lagi. Joongki merasakan nafasnya semakin berat sebelum semuanya menjadi gelap.

 

**

 

Beberapa hari yang lalu...

 

Joongki mengendarai mobilnya setelah mendapat telpon Minho. Rahangnya saling menekan dengan kencang. Minho mengatakan dia dan Haneul bertemu dengan Woobin dan Jongsuk di gedung kosong bekas sekolah. Joongki agak kesal karena terpaksa meninggalkan Ara di apartemennya.

Joongki memarkirkan mobilnya di depan gedung itu. Kakinya melangkah masuk. Dia memasang telinganya baik – baik.

“Joongki”

Joongki berbalik. Dan matanya membesar.

“Lama tak melihatmu huh? Apa kau sudah bertambah kuat? Atau... sebaliknya?”

Joongki menatap nanar pria di hadapannya.

“Sepertinya kau sekarang lebih bahagia, benar?”

Joongki menelan ludahnya.

“Woobin..”

Woobin berdiri disana. Dengan smirknya. Setelah 4 tahun tidak pernah bertemu dengan saudaranya itu, Joongki merasakan Woobin bertambah kuat. Dan tubuhnya tinggi sekali.

“Haa.. sudah lama sekali huh?” Woobin berjalan menghampirinya. “Kukira kau akan tumbuh lebih tinggi dari ini. Ternyata aku salah” Woobin melengos.

“Kau.. kau tidak berubah” komentar Joongki.

“Tidak berubah? Mungkin secara fisik ya. Tapi jelas sekali aku berkali lipat lebih kuat di banding saat terakhir kali kita bertemu. Dan kau? Apa kau sudah bertambah kuat? Atau.. justru semakin lemah?” Woobin menatapnya dengan smirk yang annoying menurut Joongki.

“Hah. Tentu saja aku tidak selemah dulu” Joongki terkekeh sinis.

“Oh benarkah?” Woobin melangkah mundur. Joongki tau, perkelahian dengan Woobin tidak akan terhindarkan. Joongki mundur. Dan bersamaan dengan Woobin, dia melompat menjadi serigala hitam dengan mata merah. Woobin sendiri, dengan bulu abu – abu dan mata kecokelatan berdiri di hadapannya.

Telinga Joongki mendengar langkah derap kaki lain. Joongki menoleh. Minho dan Haneul masuk. Dari arah lain, seekor serigala besar berwarna cokelat dengan corak hitam masuk.

*jadi kau membawa temanmu itu huh?* Joongki berkomunikasi dengan Woobin.

*Kenapa? Takut? Seharusnya kau tidak takut. Kami hanya berdua dan kau bertiga. Benar Jongsuk?* Woobin menggeram. Jongsuk berdiri di sebelahnya.

*heh. Untuk apa aku takut?* Joongki menatap geram Woobin.

Dan perkelahian tidak terhindarkan.

 

Flashback end

 

“Kau hingga sekarang tetap bermusuhan dengan adikmu?” tanya Ara. Joongki mengangguk. “Maaf ne.. aku memaksamu membuka masa lalumu” Sekarang giliran Ara yang diliputi perasaan bersalah. Joongki menggeleng.

“Aku malu menceritakannya pada siapapun. Aku tidak suka di kasihani orang lain”

“Lalu bagaimana dengan perkelahianmu dengan Woobin kemarin? Hah. Kau tidak bilang kau berkelahi, pantas saja lukamu seperti itu” omel Ara.

“Hahaha... kau ini seperti ibuku saja” Joongki mengelus rambut Ara. “Aku dan dia seimbang.. tapi aku merasa dia masih lebih kuat dari itu. Aku dan dia memutuskan berhenti padahal aku dan dia sebenarnya masih kuat untuk berlari. Hanya saja aku memikirkan Minho dan Haneul. Jongsuk sangat kuat” alis Joongki berkerut.

“Lalu apa yang terjadi dengan Minho dan Haneul?” tanya Ara.

“Minho imbang dengan Jongsuk. Haneul.. Haneul sebenarnya akan baik – baik saja jika dia tidak menolongku..” Joongki merasa bersalah.

“Haneul? Apa yang terjadi dengannya?” tanya Ara. Tiba – tiba pikirannya melayang ke Hyesan.

“Ketika aku hampir tidak bisa berdiri, Woobin berlari dan akan menerjangku. Tapi tiba – tiba Haneul menghalanginya dan menggigit Woobin. Woobin kesal dan dia mencakar dan menendang Haneul dengan membabi buta hingga Haneul pingsan. Tentu saja aku tidak terima. Aku membalasnya.. ketika perkelahian kami usai.. aku mencari Haneul. Tapi ternyata dia tidak ada, Minho mengatakan dia sempat melihat Haneul berjalan keluar gedung ketika Woobin dan Jongsuk sudah pergi. Minho dan aku mengejarnya tapi tidak ketemu, jadi kami rasa Haneul sudah pulang ke rumahnya sendiri” terang Joongki.

“Haahh... kau beruntung sekali punya sahabat seperti Haneul dan Minho” Ara menepuk bahu Joongki.

“Kau juga. Dengan Hyesan dan Kyungmi yang selalu mengingatkanmu jika kau mulai aneh” Joongki tersenyum dan menjitak kepala Ara. Ara mengerang dan mengusap kepalanya.

“Mungkin suatu saat kau harus melawan Hyesan di atas matras. Kau tau? Dia kuat sekali” Ara menoleh dan melihat wajah Joongki dekat sekali seperti tadi. Joongki menatapnya dalam.

“Kuat? Seberapa kuat?” Joongki mendekat. Suaranya membisik.

“Entahlah...”

Ara memejamkan mata ketika merasakan bibir Joongki menyentuh miliknya.

Suara ponsel Ara terdengar. Ara mengambil ponselnya dan membuka casing belakang kemudian mencabut batreinya. Joongki tersenyum di antara ciumannya. Ara menarik kerah baju Joongki, memperdalam ciumannya.

 

**

 

Ara berjalan masuk ke perpustakaan. Mencari Hyesan tentunya. Sejak kapan Jung Ara pergi ke perpustakaan untuk membaca? Mungkin jika itu terjadi, besoknya adalah hari kiamat.

“Hyesa-” Ara terhenti melihat pemandangan di depannya. Kemudian senyum jahil tercipta. Hyesan sedang duduk di bangku baca. Di depannya, Haneul dengan perban yang menggantung satu tangannya sedang membaca. “Hyesannie~” Ara mendekat dan duduk di sebelah Hyesan.

Hyesan menoleh. “Mwo?”

“Haneul-ssi, mianhae, aku mengganggu waktumu sebentar dengan Hyesan, hehe” Ara tersenyum jahil pada Haneul. Hyesan menyikut rusuknya. “Aww..” Ara mengaduh. Haneul hanya tersenyum dan melanjutkan membaca.

“Apa maumu?” tanya Hyesan datar pada Ara.

“Hyesannie.. aku merindukanmu, kenapa kau dingin sekali padaku” Ara memeluk lengan Hyesan.

“Aisshh... kau ini” Hyesan mendengus kesal tapi menepuk pelan kepala Ara. “Ada apa?” Hyesan mengalihkan pandangannya pada Ara.

“Nanti pulang kuliah main ke apartemenku ne? Aku sudah mengajak Kyungmi dan dia mau, kau harus mau okay? Hari ini bosku di coffee shop meliburkan karyawannya karena dia akan pergi keluar kota” Ara menatap Hyesan dengan puppy eyesnya. Hyesan menatapnya datar.

“Aku mau membaca di perpustakaan. Ada beberapa tugas yang harus kukerjakan” tolak Hyesan.

“Ayolaaahh... jaebaalll.. aku merindukan kalian” suara Ara terdengar ceria. Tapi Hyesan menangkap kesedihan di sana.

“Okay. Nanti aku apartemenmu” Hyesan tersenyum kecil. Matanya melirik Haneul sesaat. Haneul tersenyum padanya. Hyesan mengalihkan pandangannya.

“Yaa~ ada apa denganmu huh? Kenapa wajahmu merah?” Ara memperlihatkan cengirannya. Kemudian menoleh ke Haneul. “Haneul-ssi, kau membuat temanku memerah” Ara memautkan bibirnya.

“Yaa! Mmoya” protes Hyesan.

“Hahaha.. jinjja?” tanya Haneul. Ara mengangguk cepat. “Ah, Ara-ssi, apa kemarin Joongki pergi ke apartemenmu?” tanya Haneul. Dan seketika wajah Ara memerah drastis. Hyesan menoleh.

“Aaaaa.... kau rupanya menyembunyikan sesuatu ne? Awas kau” Hyesan mencubit pipi Ara. “Kubuat mulutmu mengalirkan cerita dengan lengkap nanti” Hyesan membuat smirk di bibirnya.

“Ah.. tidak kok.. kalian bicara apa.. hehehe” Ara tertawa salah tingkah. “A-Aku pergi dulu ne? Bye~” Ara melesat pergi. Hyesan terkekeh.

“Jadi kenapa tadi wajahmu merah?” tanya Haneul. Bibirnya menyunggingkan senyuman. Hyesan menelan ludahnya.

“Tidak”

“Kau malu?” goda Haneul. Hyesan melengos.

“Oh shut up”

Dan Haneul tertawa.

 

**

 

Hyesan dan Kyungmi menatap sosok yang duduk di hadapan mereka. Kyungmi tersenyum dan Hyesan.. datar.

“Aku Kim Jongin, aku tinggal di apartemen sebelah Ara” Jongin memperkenalkan dirinya. Ara sedang mengambil makanan dan membuat minuman untuk teman – temannya. Dia memang mengundang Jongin ke apartemennya.

“Aku Cha Kyungmi, teman Ara di kampus”

“Do Hyesan” ucap Hyesan. Kyungmi menyikutnya. “Mwo?” Hyesan menoleh.

“Kau tidak boleh dingin pada orang setampan dia” bisik Kyungmi di telinga Hyesan. Hyesan menaikkan sebelah alisnya.

“Yaa kalian mengobrol apa huh?” Ara datang membawa nampan berisi kue – kue dan minuman kemudian duduk dan meletakkan nampan itu di karpet. “Maaf Jongin, aku tidak punya meja TV jadi terpaksa di bawah seperti ini” Ara menggaruk kepalanya tidak enak.

Jongin tersenyum padanya. “Gwenchana, apartemenku juga masih kosong” jawab Jongin.

“Jongin-ssi, kau kuliah? Atau masih sekolah?” tanya Kyungmi.

“Aku kuliah. Uh.. karena aku baru pindah ke kota ini jadi aku juga baru mendaftar di salah satu kampus. Kalian sendiri?”

“Aku juga kuliah. Sama seperti Hyesan dan Ara” jawab Kyungmi. “Jurusan apa yang kau ambil?” sambung Kyungmi sambil mencomot satu kue kering dari toples.

“Aku mengambil Statistika. Kau?” Jongin tersenyum.

“Ah... aku ambil Perbankan.. kalau begitu jurusanmu sama dengan Ara dan Hyesan”

“Jinjja? Sama? Waahh.. siapa tau nanti selesai kita kuliah kita bisa kerja di satu perusahaan yang sama hahahaha” tawa Ara.

“Nee... nee.. kita bisa bekerja sama – sama dan saling membantu hahaha..” jawab Jongin. “Dan kau harus duduk di sebelah mejaku dan membawakan kue setiap hari” tambah Jongin. Ara tertawa mendengar gurauan Jongin.

Alis Hyesan bertaut melihat Jongin menggoda Ara. Dari awal dia melihat Jongin dia sudah tidak nyaman dengan sikap Jongin.

 

Mungkin hanya perasaanku saja..

 

Hyesan menghela nafas dan meminum tehnya.

 

TBC

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
VanillaCreamCookie #1
sumpah thor, aku ngefans banget sama Jongsuk dan disini Jongsuknya manis banget. duh beruntung banget itu si Park Kimmi...
friedrice #2
Chapter 3: baru baca sampe chap 3.. bentar ya meninggalkan jejak dulu hahahahaha xD
btw gue jadi agak sensitif dengan lalat..................................
friedrice #3
Chapter 2: uhuhuhuhuhuhuh joongkiii >/////<
friedrice #4
Chapter 1: LALAT................................................ PUHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA
karinoooy #5
Chapter 12: whooooaaaa sidestory nyaaa daebaaak (y)
tsubakitheshawol
#6
Eh ada Park Kimmi yang asli.. si nabilsey
nabilsey #7
Chapter 10: Omg! Kill me right now pls.
delevaprilla #8
Chapter 8: Uwooooo~
Thanks you for updating faster
좋아 XD
Next (y) ^^
delevaprilla #9
Chapter 7: Lanjut lahh.. XD cuss (y)
nabilsey #10
Chapter 5: Wuhuhuhu ternyata kimmi dengan lee jongsuk? Kampret gue gatau!! #brbsearching
Btw daebak thor ceritanya!!!!! Keep writing :D