One

The 'You' to Me

Author pov

 

Jung Ara berjalan dengan kepala tertunduk menyusuri trotoar jalanan kota tempat tinggalnya. Otaknya sedang mampet dan dia sedang stress. Bibirnya melengkung cemberut. Langkahnya asal – asalan. Asal menendang kerikil, sampah, apapun yang menghalangi jalannya.

TAK

Ara menendang kaleng minuman di jalanan.

“AKKH!!”

Ara reflek menoleh. Matanya membola. Ara menghampiri pria yang ternyata terkena tendangan kaleng mautnya.

“A... Ahjussi.. joesonghabnida” Ara membungkuk 90 derajat pada pria itu.

“Gwenchana..” suara berat itu membuat Ara menoleh.

“Omo... kau bahkan bukan ahjussi... joesonghabnida.. jeongmalyo..” Ara kembali membungkuk. Merasa semakin tidak enak.

“Ania.. gwenchanayo”

Ara tersenyum kecil. “Khamsahabnida” ucap Ara lemah. Dia kembali menatap jalanan. Menghela nafas berat. Inginnya dia kembali ke apartemennya. Tapi dia tidak ada keinginan mengurung diri disana dan membiarkan dirinya berlumut hingga rasa stress itu hilang.

“Uh... chogiyo..” Ara menoleh. “Neo gwenchayayo?” pria itu menoleh pada Ara. Wajahnya menyiratkan kekawatiran. Ara tersenyum lemah.

“Nee.. hanya sedikit depresi” jawab Ara. Pria itu terdiam sesaat. “Waeyo?” Ara menoleh pada pria itu.

“Uhm... aku tau ini agak tidak enak dan mencurigakan. Tapi kurasa secangkir kopi dapat menenangkan sedikit pikiranmu agar tidak ada lagi korban ‘kaleng terbang’” pria itu tersenyum pada Ara.

“A..ania... aku baik – baik saja, tadi benar – benar tidak sengaja” Ara agak kelabakan menolaknya.

“Ayolah... aku traktir”

Ara langsung mengangguk begitu mendengar kata traktir.

 

Ara dan pria-korban-kaleng-terbang itu memasuki coffee shop di daerah tempat tinggal Ara. Mereka duduk di meja dekat kaca display.

“Ah, aku tidak sopan sekali sepertinya, namaku Joongki” pria-korban-kaleng-terbang itu memperkenalkan diri.

“Aku Ara, Jung Ara” Ara tersenyum kecil.

“Kau mau pesan apa?”

“Uh.. kurasa vanilla latte saja” jawab Ara. Tadinya dia ingin memesan caramel macchiato kesukaannya tapi mengingat harganya tidak murah dan Ara masih tau diri, jadi dia memesan yang lainnya.

“Oke. Tunggu sebentar ne” Joongki berdiri dan melangkah menuju meja pesan. Ara berdiam. Pikirannya melayang ke tempat kerjanya. Atau lebih tepatnya mantan tempat kerjanya. Ara masih sedih dan kecewa pada dirinya karena dia melakukan kesalahan hingga di pecat.

“Hey? Ini punyamu” Ara agak tersentak melihat Joongki yang sudah duduk di depannya dan meletakkan secangkir vanilla latte. “Kau kenapa? Uh.. maaf mungkin aku terkesan ikut campur, tapi kulihat kau memang sedikit membutuhkan teman bicara” Joongki tersenyum pada Ara.

Ara menghembuskan nafas berat. “Aku.. baru .. saja.. di.. pe..cat... peeecaaat” Ara mengeluarkan ekspresi depresinya yang justru membuat Joongki terkekeh.

“Dipecat? Bagaimana bisa?”

“Aku bekerja di restauran pasta. Dan aku sepertinya tidak berbakat mencuci piring sehingga memecahkan piring dan gelas ketika mencucinya.. karena aku sering memecahkan piring dan gelas, maka manager memecatku.. sekarang aku bingung kemana harus bekerja. Aku tidak punya penghasilan untuk membayar sewa apartemenku.. untuk membayar kuliahku.. dan untuk membeli kebutuhan rumahku” jawab Ara. Bibirnya mengerucut. Alisnya melengkung turun.

“Aaaa... jadi tanganmu itu licin..” Joongki tersenyum jahil pada Ara. Ara menoleh.

“Yaa~ bukan tanganku yang licin, tapi piring itu yang tidak mau di cuci olehku” Ara mendumel kesal.

“Mian.. hahaha... habis kau terlihat depresi sekaligus lucu disaat bersamaan” Joongki mengaduk cappuccino nya. Ara mau tidak mau tersenyum kecil mendengar pujian Joongki.

Ara mengedarkan pandangan ke sekeliling coffee shop. Tiba – tiba matanya membola melihat tulisan yang tergantung di mesih kasir.

 

Lowongan kerja: Barista.

Usia min: 18 tahun.

 

“Joongki-ssi.. uh.. sebentar ne” Ara buru – buru menghampiri meja kasir. Joongki yang bingung memperhatikan Ara. Kemudian dia tersenyum ketika melihat lowongan kerja itu. Dia berdiri dan menghampir Ara.

“Kau bisa membuat kopi?” tanya manager coffee shop itu.

“Nee, aku bisa membuat kopi dengan campuran apapun..” jawab Ara.

“Baiklah, mari kita tes kemampuanmu, ah, namaku Seunggi, Lee Seunggi” jawab Seunggi, manager coffee shop.

“Nee Seunggi-ssi, namaku Jung Ara” Ara membungkuk. Seunggi tersenyum dan menyuruh Ara mengikutinya. Joongki mengikuti dari belakang.

Mereka sampai di dapur pembuatan kopi. “Kau bisa mengoperasikan mesin ini?” tanya Seunggi. Ara mengangguk. “Baiklah, kau bilang kau bisa membuat berbagai jenis minuman kopi, hm.. sekarang tolong buatkan aku secangkir frappuccino” Seunggi duduk di kursi sambil melipat tangannya dan tersenyum. Ara mengangguk. Dia mengambil biji kopi dan mulai membuat kopi.

Joongki duduk di sebelah Seunggi.

“Sepertinya kekasihmu sudah biasa menggunakan mesin itu” komentar Seunggi pada Joongki.

“Ah, aniya.. dia bukan kekasihku, kami baru bertemu beberapa saat yang lalu” Joongki melambaikan tangannya.

“Ho? Kukira kau kekasihnya” Seunggi terkekeh. “Dia terlihat mahir menggunakan alat – alat itu” komentar Seunggi lagi. Dia memperhatikan setiap gerakan Ara ketika membuat kopi.

Ara berbalik dan menghampiri Seunggi dengan secangkir kopi. Dia meletakkan di meja sebelah Seunggi.

“Silahkan, kuharap rasanya enak” Ara tersenyum gugup. Seunggi mengangguk dan mendekatkan cangkir itu ke bibirnya dan menyesapnya. Seunggi juga menghirup aroma dan memperhatikan teksturnya. Setelah menghabiskan secangkir, Seunggi berdiri diikuti Joongki.

“Baiklah, kurasa coffee shop kami mempunyai barista baru” Seunggi nyengir pada Ara dan mengulurkan tangannya. “Selamat nona Jung, kau di terima, kau bisa mulai bekerja besok”

“Jinjja??” Ara menatap tidak percaya sekaligus senang pada Seunggi dan Joongki. Kemudian menjabat tangan Seunggi. “Kamshahabnida Seunggi-ssi!” Ara membungkuk. Nyengir lebar.

“Kau ini sekolah atau kuliah? Atau memang sudah umur bekerja?” tanya Seunggi.

“Aku kuliah, usiaku 18 tahun” jawab Ara sambil mengikuti Seunggi dan Joongki keluar dapur.

“Bisa kau tuliskan jadwal kelasmu? Agar aku bisa mengatur jadwal kerjamu, aku juga tidak mau mengganggu kuliahmu, dan tolong tinggalkan nomor telepon ne?” Seunggi memberikan selembar kertas dan pulpen. Ara mengangguk dan menuliskan dengan cepat.

“Sudah”

“Khamsahabnida, aku akan menghubungimu untuk hari pertamamu besok” jawab Seunggi.

 

Ara dan Joongki berdiri di depan halte bus.

“Khamsahabnida Joongki-ssi, kau penyelamatku hari ini” Ara tersenyum manis pada Joongki.

“Penyelamatmu?”

“Kalau kau tidak mengajakku minum kopi mungkin aku tidak akan dapat pekerjaan” jawab Ara. Joongki terkekeh. “Ah, aku pulang dulu, semoga kita bisa berjumpa lagi” Ara membungkuk dan melambaikan tangan sambil memasuki bus.

“Hati – hati di jalan Ara!” seru Joongki sambil melambaikan tangan. Ara mengangguk.

 

**

 

“Yoo, aku mencarimu kemana – mana heey” Ara menepuk bahu sahabatnya, Hyesan.

“Hm? Kau kan tau aku selalu disini” jawab Hyesan. Mereka di perpustakaan kampus Ara. “Lagi pula ada apa? Kau terlihat senang” Hyesan membetulkan letak kacamatanya.

“Tebak!”

“Hm? Malas..” Hyesan kembali mengalihkan pandangannya ke buku yang sedang di bacanya.

“Yaa! Mmoya...” Ara merengut dan mendorong bahu Hyesan. Hyesan tersenyum menerima perlakuan Ara yang terkadang kekanak – kanakan. “Aku ini sedang senang, kau jangan merusak moodku, Hyesan” Ara menarik – narik lengan baju Hyesan.

“Aisshh... arraseo! Kau kenapa huh?” Hyesan yang jengkel menoleh dan menutup bukunya.

“Aku baru saja mendapat pekerjaan baru! Dan kau tau apa lagi? Pekerjaanku itu sama seperti hobiku di rumah! Aaaa... bahagianya... dan hari ini aku akan mulai bekerja” Ara menarik – narik pipi Hyesan.

“Ooh.. kukira kau kenapa. Selamat” jawab Hyesan datar.

“Yaa!”

“Omo!” seru Ara kaget ketika sebuah tepukan dan seruan menghantam bahunya.

“Kyungmi ya~, kau mengagetkan kami” Ara menggeser tempat duduknya. Kyungmi duduk di sebelah Ara.

“Yang kaget hanya kau, aku tidak” protes Hyesan.

“Isshh...” Ara menoyor lengan Hyesan.

“Aku lapar, ayo kita makan” Hyesan merapikan buku – bukunya dan berdiri.

“Nee! Aku juga lapar” Kyungmi berdiri. Ara mengambil ranselnya dan mengikuti Hyesan dan Kyungmi.

 

**

 

Ara melangkah pulang ke apartemennya setelah bekerja. Hari ini hari pertamanya dan pelanggan di coffee shop itu banyak. Beberapa pelanggan memuji kopi buatan Ara dan Ara tidak bisa berhenti tersenyum ketika membuat kopi.

Ara duduk di bangku taman karena lelah. Badannya pegal – pegal dan dia lelah karena hanya makan sedikit. Ara terlalu semangat bekerja sehingga tidak sempat mengisi perutnya dengan baik.

Tiba – tiba bulu tengkuk Ara meremang ketika mendengar suara dari balik semak – semak taman. Ara berdiri dan melihat sekeliling. Sepi. Tidak ada orang lewat. Ara berdiri dan berjalan perlahan menuju semak – semak itu. langkahnya terhenti ketika melihat dedaunan di sana bergerak. Dadanya berdebar kencang dan keringat dingin keluar di pelipisnya.

“Nuguya..?” tanya Ara gemetar. “Nuguya!” seru Ara. Dia memberanikan diri mengintip. “Huaahh!” Ara terlonjak mundur melihat makhluk di balik semak – semak. Ara menenangkan jantungnya.

Seekor serigala besar terbaring di sana. Matanya berwarna merah. Bulunya hitam pekat. Yang membuat Ara takut adalah ukuran dari serigala itu. untuk ukuran serigala, makhluk di hadapannya ini terbilang sangat besar.

Ara mendekat kembali. Matanya menangkap sesuatu di perut dan kaki serigala itu.

“Dia kenapa..?” Ara mendekat dan memberanikan diri berjongkok di sebelah serigala itu. ada luka cakaran dan beberapa luka masih berdarah di tubuh serigala itu. “Y-Yaa~” Ara mencoba membangunkan serigala itu. Serigala itu membuka matanya. Ara tersentak. Tapi serigala itu tidak bergerak. Dia mengeluarkan suara lemah. Ara merasakan dadanya berdenyut sakit mendengar suara rintihan hewan itu. “Uh... kalau kau kubawa pulang... kuharap kau tidak memakanku..” Ara mendekati serigala itu lagi. Matanya kembali terpejam. Ara membawanya pulang.

 

Ara membaringkan hewan itu di karpet ruang tengahnya. Hewan itu masih bernafas tapi tidak bergerak. Hanya beberapa kali membuka matanya. Ara meletakkan barang – barangnya dan mengambil kotak obat – obatan.

“Jangan memakanku ne? Aku tidak tega membiarkanmu disana” Ara membersihkan luka serigala itu. serigala itu beberapa kali menggeram. Mungkin kesakitan, menurut Ara. Ara membalut luka – luka itu dengan perban.

“Sudah selesai” Ara tersenyum melihat hasil pekerjaannya. “Aku tidak punya makanan untukmu.. uhm... tolong jangan makan aku ya?” Ara memandangi serigala itu. tangannya mengelus bulu – bulu hitamnya. Ara mengambil sehelai selimut dan menyelimuti hewan besar itu.

 

**

 

Ara membuka matanya ketika merasakan sinar matahari menyinari wajahnya. Dia berbalik kesana kesini di tempat tidurnya sebelum duduk.

“Unngghh....” Ara meregangkan tubuhnya dan menguap. Matanya mengedip beberapa kali. Baru saja dia beranjak dari kasur. Matanya menangkap sehelai selimut yang menyelimuti kakinya.

“Uh?” Ara menggaruk – garuk kepalanya. “Semalam aku sepetinya tidak pakai seli-” mata Ara membesar seketika. “Serigala itu!” Ara membuka pintu kamarnya perlahan. Takut. Bagaimanapun serigala pasti hewan buas. Ara tidak mendengar suara apapun. Dia memegang selimut itu dan melangkah ke ruang tengah. Seketika rasa takutnya hilang. Serigala itu tidak ada disana. Ara mencari ke sekeliling ruangan apartemennya.

Tidak ada.

“Kemana dia?” Ara menggaruk pipinya sambil menguap. “Hewan itu mungkin pergi” Ara melipat selimutnya. Matanya menangkap sesuatu di atas karpet. “Ige mmoya?” Ara mengambil benda itu. Sebuah gelang dari benang – benang berwarna biru. “Apa ini gelang serigala itu? tapi memang ada hewan mengenakan gelang? Atau dari pemiliknya?” Ara menggelengkan kepalanya bingung. Otaknya sedikit lambat bekerja ketika bangun tidur. Ara meletakkan gelang itu di meja kamarnya dan bergegas ke kampus.

 

**

 

“Mungkin kau hanya mimpi” Kyungmi mengibaskan tangannya tidak percaya. Ara baru saja menceritakan kejadian yang menimpanya dan serigala itu.

“Tapi aku tidak mimpi, aku sadar sepenuhnya okay?” protes Ara.

“Memangnya ini film Twilight? Ayolah~” Kyungmi terkekeh dan kembali menyedot jus alpukatnya.

“Yaa~ kalian harus percaya okay? Serigala itu besar sekali. bulunya hitam dan matanya merah, kukira dia akan memakanku ketika pagi hari, tapi ternyata dia pergi” Ara mengaduk jus mangga nya. “Hyesanniee... kau percaya padaku kan?” Ara mengeluarkan aegyo nya.

Hyesan meliriknya datar. Kemudian mengalihkan pandangannya kembali ke buku yang di bacanya.

“Uuuh... kau selalu saja dingin padaku” Ara melipat tangannya di depan dada dan memautkan bibirnya.

“Aku percaya, kau bertemu dengan seekor serigala besar berwarna hitam dengan mata merah yang sedang terluka dan membalutnya, hingga nanti kau akan bertemu dengannya lagi dan jatuh cinta padanya. Itukan?” Hyesan membalik halaman bukunya.

“Yaa~” Ara menoyor lengan Hyesan. “Kau sama saja dengan Kyungmi” protes Ara. Mata Ara menangkap dua sosok perempuan yang baru saja memasuki kafe kampusnya. Ara memutar matanya melihat dua sosok itu. “Uh.. kenapa dua lalat itu harus datang” gumam Ara.

Lalat disini adalah dua perempuan bernama Kim Hyomi dan Park Kimmi. Entah apa yang membuat Ara and the genk tidak pernah akur dengan mereka. Tapi dari awal mereka kuliah, mereka sudah sering bersitegang dengan Hyomi dan Kimmy.

“Wow.. lihat siapa disini? Three losers” Hyomi melewati meja Ara, Kyungmi, dan Hyesan. Hyomi berdiri di sebelah meja mereka dan berkacak pinggang. “Sebaiknya kalian menyingkir karena aku dan Kimmy akan duduk disini” usirnya.

“Yaa! Kau pikir kau siapa mengusir kami? Kami datang duluan dan kalian... hanya manusia ketinggalan jaman yang baru masuk kafe” balas Ara.

“Kurasa sebaiknya kalian pergi sebelum kami kesal” ucap Kyungmi.

“Whoaa.. lihat disini, ada jagoan rupanya” Kimmy membungkuk menatap sinis Kyungmi. “Dan kutu buku super geek” Kimmy baru saja akan menarik buku yang di baca Hyesan. Tapi tangan Hyesan yang sudah terlatih mencengkram tangan Kimmy dan memutarnya.

“AKKHH!” seru Kimmy kesakitan ketika Hyesan memutar tangannya.

“Jangan mencari masalah denganku dan teman – temanku” ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang di bacanya.

“Lepaskan!” Kimmy memukul – mukul tangan Hyesan. Tapi seolah tak ada pengaruhnya bagi Hyesan. Dia tetap bergeming dan mengeratkan cengkramannya di tangan Kimmy.

“Neo!” Hyomi mencoba melepaskan tangan Hyesan. Tiba – tiba Hyesan membalik tangannya dan mendorong tangan Kimmy sehingga Kimmy terjatuh.

“Yaa!” seru Kimmy. Hyesan berdiri dan melipat ujung bukunya.

“Ayo pergi. Aku tidak suka makan di kerumuni lalat” Hyesan melangkah pergi. Ara dan Kyungmi mengikuti. Mereka tidak akan komentar jika Hyesan sudah kesal atau marah.

“Stop there! You !” seru Kimmy hendak mengejar Hyesan. Tapi Hyomi menahan tangannya.

“Kimmy, kau tau selama ada Hyesan, kita tidak akan menang dalam hal adu fisik” Hyomi memperingatkan Kimmy. Kimmy mendesah kesal dan mengangguk.

“Kau benar. Dia terlalu kuat”

 

“Ooh?” Langkah Ara terhenti ketika melihat sosok yang berjalan bersama temannya. “Joongki-ssi!” seru Ara.

Sosok itu Joongki. Dia menoleh ketika mendengar namanya di panggil. Begitu melihat sosok Ara yang melambaikan tangan padanya, Joongki tersenyum dan menghampiri Ara.

“Kau kuliah disini?” tanya Joongki terlihat surprise sekaligus senang.

“Uhm!” Ara mengangguk. “Aku senang kita bisa berjumpa lagi” Ara tersenyum. “Ah, ini teman – temanku, si kacamata ini namanya Hyesan, dan si chubby ini Kyungmi”

“Aku Song Joongki, ah ini temanku, Haneul dan Minho” Joongki memperkenalkan temannya. “Ah, apa setelah ini kau ada kelas?” tanya Joongki.

Ara menoleh pada Kyungmi dan Hyesan. Kemudian dia menggeleng. “Kau sendiri? Apa kau ada kelas?”

“Eopseo.. uh.. bagaimana kalau kita makan bersama?” tanya Joongki. “Apa kalian sudah makan?”

“Uhm.. aku belum, tapi tergantung teman – temanku” jawab Ara.

“Ayo makan bersama” Hyesan tersenyum kecil. Mata Ara berbinar – binar. Akhirnya setelah situasi menegang karena Hyomi dan Kimmy, Hyesan bicara dan tersenyum.

“Kyungmi otte?” tanya Ara.

“Aku terserah kalian saja. Aku ikut – ikut saja” jawab Kyungmi. Ara tersenyum dan kembali menatap Joongki. “Baiklah, ayo makan bersama!”

 

**

 

“Kau duluan saja Hyesan, aku mau mengambil beberapa barangku di loker” Ara melambaikan tangannya pada Hyesan. Mereka punya kelas yang sama hari ini. Hyesan mengangguk dan berlalu. Ara membuka lokernya dan mengambil beberapa keperluannya. Tangannya terhenti ketika melihat sticky note yang tertempel di balik pintu lokernya. “Uh? Siapa ini?” Ara membacanya.

 

Ara-ya.. gomasubnida,

Kau sudah menolongku kemarin,

Mungkin jika kau tidak ada,

Aku sudah mati^^

 

Ara mengerutkan keningnya.

“Siapa? ini? Tidak ada pengirimnya.. menolong? Memang aku menolong siapa ya?” Ara mengerutkan keningnya lebih dalam. “Atau aku tidak sengaja menolongnya?” Ara mengingat – ingat. “Uh.. seingatku yang kutolong dari kemarin adalah Kyungmi dan essay bahasa Inggrisnya.. Hyesan dan emosinya.. dan.. serigala itu” Ara kembali menatap sticky note itu.

 

Tapi mana mungkin Hyesan dan Kyungmi menulis seperti ini? Mereka sudah berterimakasih. Dan serigala? Hah.. sejak kapan serigala itu bisa menulis? Mungkin jika dia bisa menulis dia sudah menyandang gelar sarjana sekarang..

 

Pikir Hyesan sambil terkekeh. Dia menyimpan sticky note itu di lokernya dan segera menyusul Hyesan.

“Hyesannie..” Ara mencolek lengan Hyesan ketika dosen sedang keluar.

“Uhm?” jawab Hyesan sambil menulis di bukunya.

“Ada yang mengirimkan sticky note padaku.. dia bilang dia berterimakasih aku sudah menyelamatkannya... tapi tidak ada nama pengirimnya” bisik Ara.

“Jinjja?” tanya Hyesan sambil membaca modulnya dan mencatat beberapa hal yang di anggap penting.

“Nee, memangnya aku menyelamatkan siapa kemarin?” tanya Ara. “Kau ingat apa yang ku kerjakan kemarin tidak?” tanya Ara dengan polosnya pada Hyesan. Hyesan berhenti menulis dan menoleh. Dia menatap jengkel Ara sebelum kembali membaca modulnya. Ara nyengir. “Ah, hehe.. tentu saja kau tidak ingat..” Ara menggaruk kepalanya. “Tapi-”

“Tapi apa Jung Ara?”

Ara menoleh.

“A... a... tidak pak..” Ara mengedipkan matanya cepat. Dosennya menegurnya. Tangan dosennya terlipat di depan dada.

“Sekali lagi kau mengobrol di kelasku, aku tidak akan mengijinkanmu di kelasku lagi” tegas dosennya, Mr Han.

“Nee seongsaenim.. joesonghabnida” Ara membungkuk. Dia mengerucutkan bibirnya. Hyesan tersenyum geli.

“Aisshh..” Ara tersenyum kecut dan menginjak kaki Hyesan. Hyesan menoleh padanya dengan mata lebar. Ara memberikan wajah meledeknya. Hyesan menggeleng dan kembali mencatat.

 

Ara kembali duduk di bangku taman itu. Seperti sebelumnya, dia lelah karena pulang kerja. Pelanggan hari ini banyak sekali. Lebih banyak dari kemarin karena kopi buatan Ara menurut mereka enak.

“Aaaahh.. aku lelaah” Ara merentangkan tangannya. Tiba – tiba telinganya menangkap suara dari sebelah kanannya. Ara terdiam. Dia menelan ludahnya. Semak – semak disana bergerak. Ara menoleh ke kana kiri dan belakang. Sama seperti sebelumnya. Tidak ada orang. Ara berdiri. Dia gugup dan takut.

Matanya membesar melihat sosok yang keluar dari semak – semak. “Uh..” Ara mundur selangkah. “Kau..” Ara menatap nanar pada serigala hitam itu. Sekarang Ara benar – benar ketakutan. Serigala itu memang besar sekali dan bulunya hitam pekat. Tidak ada perban seperti kemarin Ara merawatnya. Serigala itu berjalan ke arahnya dengan mata merah. Ara baru saja akan berlari.

Serigala itu menggeram. Kemudian berhenti tepat 2 meter di depan Ara. “J-Jangan makan aku.. jangannnnn” Ara terjatuh dan menangis. Tubuhnya gemetar. Ara meringkuk dan membenamkan wajahnya di kedua lututnya ketika melihat serigala itu berjalan lagi ke arahnya.

“Huuuhh...” Ara mengintip. Tangannya gemetar dan dia masih menangis. serigala itu menunduk. “J-Jangan!” Ara menangis sesenggukan. Serigala itu menggeram pelan. Ara menunggu serigala itu menerkamnya.

 

Satu detik..

 

Dua detik...

 

Tiga detik...

 

Ara memberanikan diri membuka matanya ketika merasakan tidak ada yang terjadi padanya. Dia menoleh. Serigala itu tepat di hadapannya. Ara dapat melihat dengan jelas wajah serigala itu. matanya besar dan merah. Semua bulu di tubuhnya berwarna hitam pekat. Serigala itu menunduk membuat Ara terkesiap.

Tidak.

Ara tau bagaimana seekor anjing bersikap. Dan serigala tidak berbeda jauh dengan anjing. Serigala itu menunduk padanya. Menandakan dia tidak akan menyerang Ara.

“K-Kau mengingatku?” bisik Ara. Serigala itu menggeram pelan. “Uh... apa.. apa aku boleh menyentuhmu?” Ara sudah tidak setakut tadi. Serigala itu kembali menatapnya. Dan menunduk kembali. Kemudian menggeram pelan. Ara tersenyum kecil dan mengusap air matanya. Tangannya perlahan terulur menyentuh kepala serigala itu.

Ara tersenyum lebar. Tangannya mengelus bulu di kepala serigala itu. Serigala itu bergerak. Ara reflek menarik tangannya panik. Dan serigala itu menunduk dan duduk di hadapannya. Ara berdiri.

“Apa kau menyukaiku?” tanya Ara. Tangannya kembali menyentuh kepala serigala itu. Serigala itu menggeram sebelum menunduk lagi. “Hehehe... kau lucu sekali” Ara terkekeh. Dia kembali duduk di bangku taman. Serigala itu mengikutinya dan duduk di tanah.

“Aku juga menyukaimu” Ara tersenyum dan mengelus bulu serigala itu kembali.

 

TBC

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
VanillaCreamCookie #1
sumpah thor, aku ngefans banget sama Jongsuk dan disini Jongsuknya manis banget. duh beruntung banget itu si Park Kimmi...
friedrice #2
Chapter 3: baru baca sampe chap 3.. bentar ya meninggalkan jejak dulu hahahahaha xD
btw gue jadi agak sensitif dengan lalat..................................
friedrice #3
Chapter 2: uhuhuhuhuhuhuh joongkiii >/////<
friedrice #4
Chapter 1: LALAT................................................ PUHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA
karinoooy #5
Chapter 12: whooooaaaa sidestory nyaaa daebaaak (y)
tsubakitheshawol
#6
Eh ada Park Kimmi yang asli.. si nabilsey
nabilsey #7
Chapter 10: Omg! Kill me right now pls.
delevaprilla #8
Chapter 8: Uwooooo~
Thanks you for updating faster
좋아 XD
Next (y) ^^
delevaprilla #9
Chapter 7: Lanjut lahh.. XD cuss (y)
nabilsey #10
Chapter 5: Wuhuhuhu ternyata kimmi dengan lee jongsuk? Kampret gue gatau!! #brbsearching
Btw daebak thor ceritanya!!!!! Keep writing :D