Seven

The 'You' to Me

Author pov

 

Bisik – bisik dan pembicaraan di kampus mengganggu telinga Ara. Kabar seorang mahasiswa baru yang memasuki kampus mereka terdengar kencang. Ara hanya menangkap beberapa informasi tentang orang itu. Dia pria. Cukup tinggi. Rambut cokelat. Tampan. Dan seorang dancer.

Ara mengernyitkan dahinya.

 

Dancer? Lalu kenapa kalau dia dancer? Aku juga bisa menari...

 

Ara melengos dan menutup lokernya.

“Whoaaa!” Ara tersentak. Wajah Joongki muncul ketika dia menutup lokernya. “Kau senang sekali mengangetkaku Joongki” Ara mengembungkan pipinya. Joongki terkekeh.

“Hahahaha... wajahmu ketika kaget lucu sekali, jadi aku sering mengangetkanmu” jawab Joongki sambil berjalan bersama Ara di koridor.

“Huh... nanti kalau aku kena serangan jantung bagaimana?” tanya Ara.

“Jangaaannn.. nanti siapa yang akan merawatku? Siapa yang akan memberikanku gelang atau kalung? Siapa yang akan-”

“Jongin?”

Joongki menoleh sebelum menyelesaikan kalimatnya. Seorang pria menghampiri mereka. Pria itu menggendong ranselnya di satu pundaknya dan tersenyum pada Ara.

“Ara, ternyata benar itu kau.. aku memperhatikanmu dari tadi” tegur Jongin. Ara tersenyum. Alis Joongki terangkat naik sebelah. Kalimat terakhir Jongin mengganggunya.

“Aku tidak menyangka kau akan kuliah disini.. uhmm... biar kutebak.. kau adalah mahasiswa baru yang orang – orang bicarakan ne?” Ara menatap Jongin dengan mata meledeknya. Tangannya memegang pinggangnya.

“Benarkah? Apa mereka membicarakanku? Ah.. mungkin orang lain, siapa tau banyak mahasiswa lain yang baru masuk juga” Jongin terkekeh.

“Jongin kau bisa menari?” tanya Ara.

Jongin menatap Ara tajam dengan senyuman tipis. Kemudian mengangguk. “Kalau begitu kaulah yang orang – orang itu bicarakan” Ara mengangguk – angguk. Joongki memperhatikan Ara. Alisnya bertaut.

“Kau siapa?” tanya Joongki. “Dari mana kau kenal Ara?” tanyanya lagi. Jongin menoleh. Dia tidak menyadari kehadiran Joongki karena sibuk memperhatikan Ara.

“Ah joesonghabnida.. aku Kim Jongin, tetangga sebelah kamar Ara” Jongin membungkuk kecil.

“Oh.. aku Song Joongki...tem-” Joongki terdiam.

 

Tem? Teman Ara?

 

Joongki menoleh pada Ara yang sibuk membenarkan jam tangannya yang ternyata salah menunjukkan jam.

 

Apa aku hanya temannya..? siapa aku di mata Ara..?

 

Joongki terdiam. “Aku teman Ara” sambungnya kemudian. Jongin mengangguk. Perhatiannya kembali ke Ara.

“Ada apa dengan jam tanganmu?” tanya Jongin memperhatikan tangan Ara.

“Uh... kurasa jarumnya menunjukkan ke angka yang salah” jawab Ara masih mencoba membetulkan jamnya.

“Coba kulihat” Jongin menarik tangan Ara pelan dan memegangnya. Matanya tertuju ke jam Ara. “Ini hanya kecepatan satu jam. Kau tau cara membenarkannya kan?” tanya Jongin. Ara menggeleng. “Kau tidak tau?”

“Jam itu... hadiah ibuku ketika aku masih kecil. Ketika jamnya mati atau jarumnya salah menunjuk angka, ibu yang akan membenarkannya” jawab Ara. Joongki menoleh. Dia tau orang tua Ara sudah tidak ada.

“Ah.. begitu.. kemari, jam ini sama seperti punya temanku, kuperlihatkan cara membenarkannya” Jongin menekan beberapa tombol disana. Ara mendekat dan mendengarkan penjelasan Jongin.

Sementara itu, Joongki menatap kedua orang di hadapannya. Jengkel.

 

Siapa orang ini? Baru bertemu beberapa hari dengan Ara sudah sedekat itu. apa hubungan mereka sebenarnya? Kenapa Ara terlihat senang sekali?

 

Joongki menghembuskan nafas kesal dan membuang muka menatap ke arah lain.

“Tidak suka pemandangannya?” suara dari sebelahnya mengagetkan Joongki.

“Kau” Joongki bertambah kesal melihat Woobin.

“Mereka kelihatan serasi, benar?” Woobin tersenyum mengejek pada Joongki. Joongki baru mau berkomentar tapi Woobin sudah memotongnya. “Dan gadis itu.. gadis yang manis..” Woobin mengusap pinggir bibirnya. Matanya menatap tajam Ara. Joongki menarik kerah baju Woobin.

“Jika kau berani menyentuhnya... kupastikan itu hari terakhirmu hidup” ancam Joongki. Woobin melepaskan tangan Joongki dengan kasar.

“Begitukah? Haha.. menarik sekali” Woobin melangkah pergi. “Jaga kekasihmu itu baik – baik huh? Hal buruk bisa menimpanya.. kapan dan dimana saja...” Woobin berbalik dan pergi.

Jantung Joongki berdetak sangat cepat. Matanya kembali tertuju pada Ara yang sedang mengobrol dengan Jongin. Takut. Dia takut. Takut Jongin akan merampas Ara darinya. Tapi dia lebih takut Woobin akan mencelakai Ara.

 

**

 

Joongki menghampiri Hyesan yang sedang membaca bukunya di taman kampus bersama Kyungmi.

“Hyesan” panggil Joongki sambil terengah – engah. Hyesan menoleh.

“Uh? Joongki, wae?” tanya Hyesan. Kyungmi menoleh.

“Kau melihat Ara? Dari tadi aku mencarinya tapi tidak ketemu” tanya Joongki. Dia duduk di bangku depan Hyesan. Kyungmi dan Hyesan berpandangan.

“Ara tidak bilang padamu?” tanya Kyungmi.

“Bilang? Bilang apa?” kening Joongki berkerut.

“Dia pulang bersama Jongin, mereka akan makan bersama untuk merayakan kepindahan Jongin ke kampus ini” jawab Kyungmi.

“Apa? Makan? Dengan Jongin?” wajah Joongki berubah panik campur kesal. “Bagaimana bisa? Kenapa kalian tidak melarangnya?” omel Joongki. Dia sekarang berjalan bolak balik di hadapan Hyesan dan Kyungmi.

“Joongki” panggil Hyesan. Joongki menoleh. Hyesan menutup bukunya dan berdiri diikuti Kyungmi. “Kau suka padanya?” tanya Hyesan.

Joongki terdiam.

“Kalau kau suka padanya, nyatakan. Buat dia jadi milikmu. Sebelum terlambat dan orang lain mengambilnya” ujar Hyesan. “Aku pulang, ayo” Hyesan dan Kyungmi berjalan meninggalkan Joongki.

 

**

 

“Kau ini kurus tapi makanmu banyak” komentar Jongin ketika berjalan pulang bersama Ara. Ara menoyor lengan Jongin. Jongin tertawa.

“Berhentilah mengataiku huh? Makanmu juga banyak dan semuanya ayam. Kau Chicken Master” protes Ara.

“Yaa~ kau tidak tau? Ayam itu rasanya enak sekali.. uh.. andaikan setiap hari aku bisa makan ayam” Jongin mendesah berat. Ara tertawa. “Jangan tertawa. Aku bersungguh – sungguh” Jongin mencubit pipi Ara. Ara mengusap pipinya dan tersenyum kecil.

Tinggal beberapa meter lagi dari apartemen mereka. Jam menunjukkan pukul 10 malam. Ara merapatkan jaketnya ketika udara dingin menyentuh kulitnya. Jongin menoleh.

“Kau kedinginan?” tanya Jongin.

“Sedikit, hehe.. tapi tidak apa – apa” Ara memasukkan tangannya ke saku jaket. Jongin menatapnya malas.

“Kau bisa sakit tau” Jongin menarik satu tangan Ara dan memasukkan ke saku mantelnya. Ara terdiam dengan perlakuan Jongin. Wajahnya agak bersemu merah. Jongin menatap wajah Ara yang sedang merah kedinginan. Mendadak dadanya berdetak kencang. Jongin mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Ara. Ara menatapnya ketika merasakan tangan Jongin mengerat.

“A-Ada apa?” tanya Ara.

“Uh.. tidak” Jongin tersenyum gugup. Angin bertiup. “A-Ara” panggil Jongin.

“Uh..?” Ara menoleh.

“Itu.. ada rambut menyangkut di bibirmu” tatapan Jongin jatuh ke bibir Ara. Ara merasakan tubuhnya menghangat.

“Ooh.. gomawo” Ara mengangkat tangannya hendak mengambil rambut yang menyangkut. Tapi tangan Jongin lebih dulu. Jongin menyingkirkan rambut Ara yang menyangkut di bibirnya. Ara merinding ketika jari Jongin menyentuh bibirnya. “J-Jongin..” gumam Ara.

Jongin menatapnya dalam. Matanya terkunci dengan mata Ara. Jongin menunduk. mendekatkan jarak wajahnya dengan Ara. Ara menelan ludahnya.

 

Tidak. Aku tidak mau seperti ini. Ini semua salah... b-bukan Jongin.. bukan Jongin yang aku inginkan...

 

Ara memalingkan wajahnya. Jongin kaget dan reflek menarik wajahnya. Jantung mereka berdetak sangat cepat. Ara menarik tangannya dari saku Jongin.

“M-Maaf..” ucap Jongin. “Ayo kita pulang” Jongin merasa dadanya sesak. Tapi dia menahan persaannya. Ara mengangguk. Tidak bekata apa – apa lagi. Jongin mengantarnya sampai di depan pintu apartemennya.

“Maaf.. soal tadi-”

“Gwenchana.. tidak perlu merasa bersalah.. mungkin kau hanya terbawa suasana, jumuseyo Jongin” Ara tersenyum sebelum menutup pintu. Jongin menggigit bibir bawahnya. Dia berjalan ke apartemennya dan masuk. Jongin menutup pintu kemudian bersandar di pintunya. Tanganya menutup wajahnya.

“Terbawa suasana..? itukah yang kau rasakan?” Jongin menggigit bibirnya lebih keras. “Tapi aku tidak...”

 

Ara mengeringkan rambutnya dengan handuk. Suara bel di pintu membuatnya mengumpat. Dia benci pengunjung yang mengganggu waktu istirahatnya. Dan setelah mandi adalah waktu istirahatnya. Ara membuka pintu. Matanya membesar melihat siapa yang datang.

“W-Woobin..”

Woobin memamerkan smirknya. “Jung Ara?”

“A-Ada apa?” tanya Ara. Dia sedikit takut melihat wajah Woobin.

“Ada apa? Uhm.. kurasa kita sedikit punya urusan ne?”

“Urusan? Urusan apa?” Ara memegang pintunya. Hendak menutup. “Kurasa aku tidak ada urusan dengan-MMMPPHHH!” Ara baru kan menjerit ketika Woobin menutup mulut dan hidungnya dengan saputangan. Tapi jeritannya menghilang seiring dengan kesadarannya.

 

TBC

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
VanillaCreamCookie #1
sumpah thor, aku ngefans banget sama Jongsuk dan disini Jongsuknya manis banget. duh beruntung banget itu si Park Kimmi...
friedrice #2
Chapter 3: baru baca sampe chap 3.. bentar ya meninggalkan jejak dulu hahahahaha xD
btw gue jadi agak sensitif dengan lalat..................................
friedrice #3
Chapter 2: uhuhuhuhuhuhuh joongkiii >/////<
friedrice #4
Chapter 1: LALAT................................................ PUHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA
karinoooy #5
Chapter 12: whooooaaaa sidestory nyaaa daebaaak (y)
tsubakitheshawol
#6
Eh ada Park Kimmi yang asli.. si nabilsey
nabilsey #7
Chapter 10: Omg! Kill me right now pls.
delevaprilla #8
Chapter 8: Uwooooo~
Thanks you for updating faster
좋아 XD
Next (y) ^^
delevaprilla #9
Chapter 7: Lanjut lahh.. XD cuss (y)
nabilsey #10
Chapter 5: Wuhuhuhu ternyata kimmi dengan lee jongsuk? Kampret gue gatau!! #brbsearching
Btw daebak thor ceritanya!!!!! Keep writing :D