Five

The 'You' to Me

Author pov

 

Ara menyeduh teh di sebuah poci. Dia mengaduknya perlahan dan menuangkan gula secukupnya. Pikirannya sedikit lebih rileks setelah mengetahui siapa Joongki. Ara menuangkan teh itu ke gelas. Dua gelas.

“Ini..” Ara meletakkan gelas berisi teh hangat itu di hadapan Joongki. Saat itu Joongki berkunjung ke apartemennya.

“Gomawo..” Joongki tersenyum. Ara duduk di depannya. “Kukira.. kau akan menjauhi atau takut denganku” Joongki bergerak – gerak gelisah.

“Tidak, aku hanya masih tidak percaya makhluk sepertimu ada.. biasanya aku hanya melihat di film – film, hehe” Ara tersenyum malu.

“Aaiiisshhh.. kau menonton film – film tentang werewolf itu?? hah.. kusarankan mulai sekarang kau tidak menonton film jenis itu lagi, mereka semua berlebihan” Joongki mengembungkan pipinya. Ara hanya terdiam sambil memperhatikan Joongki mengomel – ngomel soal film – film itu.

“Joongki-a...” panggil Ara.

“Uhm?” Joongki menoleh.

“Apa Haneul dan Minho sama sepertimu? Lalu apa yang terjadi denganmu waktu itu? kenapa kau bisa terluka separah itu?” Ara menarik ikat rambut di tangannya dan mengikat rambutnya.

Joongki terdiam sesaat.

“Kalau kau-”

“Tidak, aku baik – baik saja, aku akan cerita” Joongki menghembuskan nafas. “Haneul dan Minho juga sama sepertiku. Hanya warna bulu kami yang berbeda”

“Uoooh?” Ara bersemangat. “Lalu apa warna bulu mereka?”

“Hahaha.. kau ini tidak sabaran sekali” Joongki mencubit pipi Ara. Ara mengembungkan pipinya dan cemberut. “Minho berwarna cokelat, matanya hitam. Berbeda denganku”

“Kenapa berbeda?”

“Karena kami beda orang tua, duh...” Joongki menggelengkan kepalanya. Ara tersenyum, malu. “Kalau Haneul... yah, kau nanti lihat sendiri saja kalau dia sedang berubah. Kau pasti akan terpesona” Joongki melirik genit pada Ara. Ara mengerutkan alisnya.

“Lalu kenapa kau terluka malam itu?”

Joongki ragu. Dia menatap wajah Ara beberapa saat. “Kau berjanji tidak akan memberitahu siapapun? Termasuk Hyesan dan Kyungmi?”

Ara mengangguk.

“Baiklah... jadi waktu itu-”

Perkataan Joongki terputus ketika mendengar ponselnya berdering. “Yeobo-” wajah Joongki berubah pucat. “Odiesso?” Ara yang melihat perubahan raut wajah Joongki mengerutkan alisnya lebih dalam. “’Ne” Joongki menutup telpon dan memakai jaketnya.

“Kau mau kemana?” tanya Ara. “Ini sudah tengah malam”

Joongki hanya diam menatap Ara. “Kau... kau jangan keluar apartemen setelah ini. Jangan” Joongki mendekati Ara.

“Tapi kenapa?”

“Kalau kau masih ingin melihatku maka turuti saja perkataanku” ucap Joongki dingin. Ara terdiam. Ini pertama kali Joongki meninggikan suaranya. Dan Joongki sangat menakutkan jika seperti ini. Ara menunduk. kemudian mengangguk.

“Ne”

Joongki terdiam melihat wajah Ara. “Maaf, apa aku terlalu kasar padamu?” Joongki memegang pipi Ara. Ara menggeleng.

“Gwenchana, hati – hati” Ara tersenyum. Joongki merasa bersalah. “Wae? Sepertinya telpon tadi penting, palli!” Ara mendorong punggung Joongki ke arah pintu dan membukanya.

“Ara”

“Uhm?”

Joongki menunduk dan mengecup kening Ara. Mata Ara membesar. Kaget. “Sampai ketemu besok” dan Joongki berlari pergi. Ara masih terdiam di pintu apartemennya.

“J-Joongki.. ini.. cium.. di.. kening.. apa..” Ara tergagap. Tangannya menyentuh keningnya. Dan wajahnya memerah drastis. “Aaaaaaaaa!!” Ara menutup pintu apartemennya kemudian berlari ke kamarnya dan membenamkan wajahnya di bantal. Malu.

 

**

 

Joongki sampai di tempat yang dikatakan Minho di telpon. Gedung kosong bekas sekolah. Joongki berjalan memasuki gedung itu. dia memasang telinganya baik – baik.

“Joongki”

Joongki berbalik. Dan matanya membesar.

“Lama tak melihatmu huh? Apa kau sudah bertambah kuat? Atau... sebaliknya?”

Joongki menatap nanar pria di hadapannya.

“Sepertinya kau sekarang lebih bahagia, benar?”

Joongki menelan ludahnya.

“Woobin..”

 

**

 

“Joongki-a!!”

Joongki menoleh mendengar namanya dipanggil. Senyumnya mengembang. Sosok gadis dengan rok chiffon biru mendekatinya.

“Yaa, kau baik – baik saja?” tanya Joongki. Satu tangannya memegang pergelangan tangan Ara.

“Uhm!” Ara mengangguk. “Kulihat kau tidak baik – baik saja” Ara cemberut dan duduk di sebelah Joongki.

“Aku baik – baik saja” bantah Joongki.

“Baik – baik saja?!” Ara menatap kesal Joongki. Joongki menatap bingung Ara. “Ige! Ige! Ige! Mmoya ige?!” Ara menekan memar di pipi, sudut bibir, dan pelipis Joongki dengan kencang. Membuat Joongki meringis.

“Sakit..” Joongki memautkan bibirnya dan memasang puppy eyesnya.

“Haaahh..” Ara mendesah berat dan menatap intens Joongki. “Kau tidak baik – baik saja tau?!” Ara mengambil sesuatu dari tasnya. Joongki terkekeh melihat Ara mengomel.

“Ini” Ara memberikan benda dalam kemasan pasta pada Joongki.

“Ini apa? Pasta gigi?”

“Bukan.. duh.. ini obat bengkak” Ara membuka penutup obat itu. “Pakai, oleskan di bengkakmu” Ara menyodorkan pada Joongki. Joongki terkekeh.

“Aku sakit.. pakaikan ne? Ne? Ne?” Joongki berpura – pura sakit. Ara menatapnya datar. “Jaeballll” Joongki menyandarkan kepalanya di bahu Ara. Ara memutar bola matanya.

“Arasseo!” Ara mendengus kesal kemudian memakaikan obat itu di kulit Joongki yang bengkak. Joongki tersenyum melihat Ara memakaikannya dengan wajah serius.

“Joongki..” panggil Ara.

“Hm?”

“Kau belum cerita padaku ada apa sebenarnya” Ara menutup obat itu dan menatap lesu pada Joongki. Joongki menggigit bibir bawahnya. “Kau berjanji akan cerita jika aku janji tidak bilang siapapun” Ara menggoyang – goyangkan lengan kemeja Joongki.

“Uh.. ne, jangan disini, ramai”

“Ne, ayo ke taman Myungdeong, tapi temani aku ke lokerku dulu” Ara berdiri. Joongki mengangguk dan berjalan bersamanya.

 

“Kyungmi?” panggil Ara ketika melihat Kyungmi membuka lokernya.

“Uh? Ara?” Kyungmi tersenyum. Tapi Ara melihat sesuatu yang aneh di mata Kyungmi. Seperti ada yang mengganggu pikirannya.

“Dimana Hyesan?” Ara membuka lokernya dan meletakkan bukunya disana. Joongki melihat – lihat loker Hyesan. Dan tersenyum melihat tumpukan sticky note yang dulu di tempelnya di loker Ara.

“Hyesan? Dia tidak kuliah hari ini, katanya ada keperluan” jawab Kyungmi.

“Dan kau? Kau kenapa? Ada masalah?”

“Aku?” Kyungmi mengalihkan pandangannya. “Eopseo. Aku baik – baik saja” jawab Kyungmi sambil tersenyum. “Eoh? Siapa itu?” Kyungmi memandang ujung koridor. Ara dan Joongki menoleh.

Ara memutar bola matanya. “Hyomi dan Kimmi huh? Dua lalat itu ternyata punya lalat pasangan baru” komentar Ara.

Hyomi, Kimmi dan dua orang pria yang menggandeng tangan mereka berjalan mendekat ke Ara.

“Siang hari penuh lalat~” Ara bernyanyi.

“Lihat baby, dua idiot ini rupanya sedang mendiskusikan kebodohan mereka” komentar Hyomi pada pria yang memeluknya di pinggang. “Dan kekasihnya.. sama saja seperti dia”

“Yaa! Dia bukan-”

“Yoo, kau kuliah disini?” potong pria yang memeluk Hyomi. Matanya menatap intens Joongki. Ara menoleh bingung, dia melihat Joongki menatap nanar.

“Kau..” Joongki mengerutkan alisnya.

“Ah, namaku Kim Woobin, apa kita pernah kenal sebelumnya?” Woobin mengeluarkan smirknya. Ekspresi wajah Joongki mengeras.

“Song Joongki. Mungkin kita tidak pernah kenal..” jawab Joongki. Hyomi menatap bangga pada Woobin.

“Sepertinya kita akan banyak teman disini, benar Woobin?” suara pria yang merangkul bahu Kimmi membuat Ara menoleh.

“Benar sekali, Lee Jongsuk” jawab Joongki. Matanya masih sibuk saling bertatapan membunuh dengan Woobin.

“Ah, ku rasa gadis ini kekasihmu? Benar Joongki?” tanya Woobin sambil menatap Ara. Ara mengerutkan keningnya. Dia tidak suka dengan cara Woobin menatapnya.

Joongki mengepalkan tangannya. Kuku – kukunya menekan telapak tangannya. Ara masih menatap bingung Joongki. Dia tau ada yang tidak beres dengan Joongki.

“J-Joongki?” panggil Ara.

“Ayo pergi” Joongki menarik tangan Ara dan berbalik.

“Selalu lari huh? Song Joongki?” suara Woobin menghentikan langkah Joongki. Joongki menggigit bibir bawahnya. Menahan emosinya. Ara terdiam. Sejujurnya dia takut sekali saat Joongki marah.

“J-Joongki, ayo kita pergi saja, Kyungmi sampai ketemu” Ara melambaikan tangannya.

 

**

 

“Mereka siapa Joongki?” Ara menatap kawatir pada Joongki. Joongki dari tadi menyembunyikan wajahnya diantara kedua lututnya. Mereka duduk di taman Myungdeong.

“W-Woobin dan Jongsuk..” jawab Joongki dengan suara tercekat. Ara yang kesal langsung menarik lengan Joongki. Membuat Joongki menoleh. “Mmoya?” tanya Joongki.

“Cerita”

“Aisshh..” Joongki menarik rambutnya kesal. “Aku ini sedang gelisah dan marah, bisakah kau menenangkanku?! Kau malah menuntutku mengingat hal – hal yang sedang sangat ingin tidak kuingat!” seru Joongki.

“Tapi bagaimana aku bisa menenangkanmu jika aku tidak tau apa masalahmu!” jawab Ara. Kali ini dia sedih.

“Kau bisa menenangkanku dengan banyak hal! Apa aku harus memberitaumu juga?! Kau ini sudah kuliah, gunakan kepalamu!” seru Joongki.  “Wanita macam apa sih kau ini..” Joongki mengepalkan tangannya. “Kalau kau tidak bisa menenangkanku lebih baik kau pulang Jung Ara!” bentak Joongki sambil menatap tajam Ara.

Ara tersentak. Rasa sesak memenuhi dadanya. Dadanya berdenyut sakit dan tubuhnya bergetar. Hingga setitik air mata jatuh. Joongki tertegun melihat air mata Ara.

“A-Ara..”

“Mianhae.. aku memang tidak bisa menenangkanmu.. maaf aku membuatmu marah.. a-aku..” suara Ara tercekat di tenggorokan.

“A-Ara aku-”

Ara mundur. Berbalik dan berlari pulang.

Joongki terdiam melihat kepergian Ara. Dia tidak bermaksud membentak Ara. Dia hanya kesal dan takut. Ara justru membuatnya tidak bisa tenang dengan memintanya mengingat masa lalunya. Joongki tidak sadar dan melepaskan emosinya pada Ara.

“Jung Ara maafkan aku..” Joongki menutup wajahnya dengan telapak tangan.

 

**

 

Suara bel pintu membuat Ara berjalan dengan malas ke pintu apartemennya. Matanya bengkak karena menangis dan tubuhnya lemas. Ara membuka pintunya dan menemukan sosok laki – laki dengan kaos biru. Rambut laki – laki itu cokelat gelap. Kulitnya agak gelap. Ara mengernyitkan alisnya.

“Uh.. kau siapa?” tanya Ara.

“Ah, annyeong haseo, nareul Kim Jongin imnida” laki – laki itu membungkuk sambil nyengir lebar. “Aku baru pindah ke sebelah apartemenmu” katanya ketika sudah menatap Ara kembali.

“Aaa.. selamat datang” Ara tersenyum melihat wajah ceria Jongin.

“Ini, aku membagikannya ke penghuni sekitarku, termasuk kau” Jongin menyodorkan sekotak makanan pada Ara.

“Ah, khamsahabnida, nareul Jung Ara” jawab Ara sambil menerima makanan itu.

“Kalau begitu aku permisi dulu, senang bertemu denganmu, semoga kita bisa berteman” Jongin membungkuk kecil dan tersenyum.

“Ah, senang bertemu denganmu juga Jongin-ssi, semoga kita bisa berteman” Ara membungkuk kecil. Jongin melambaikan tangannya dan masuk ke apartemen sebelah Ara. Ara menutup pintu.

“Hehehe... sepertinya makanan yang dia berikan enak” Ara tersenyum dan meletakkan kotak itu di meja makannya. “Whoaa.. ini kue kesukaanku” Ara menatap lapar pada potongan cake di hadapannya. Dia segera mengambil garpu. “Yang mana harus kumakan dulu ne?” Ara menimbang – nimbang. “Sepertinya yang strawberry enak” Ara menusuknya dengan garpu dan memasukan ke mulutnya.

“GOSH.. INI ENAK SEKALI” seru Ara. Dia buru – buru menutup mulutnya. “Uh.. kalau Jongin sampai dengar dia bisa – bisa mengira aku mengagumi kuenya.. huh.. tidak secepat itu Kim Jongin..” Ara menggelengkan kepalanya. “Tapi ini memang enak sekali” Ara membuat ekspresi pura – pura menangis.

Ara menutup kotak itu dan menyimpannya dikulkas. Dia mengambil handuk. Tiba – tiba dia teringat Hyesan. Sehari ini dia sama sekali tidak bertemu dan bicara pada sahabatnya itu. Ara mengambil ponselnya dan menelpon Hyesan.

“Yeoboseo? Hyesannie?” panggil Ara.

“Yeoboseo, Ara, waeyo?” suara Hyesan disana membuat Ara tersenyum.

“Kau kemana hari ini? Kenapa tidak masuk?” tanya Ara sambil menyalakan TV.

“Uh.. aku menengok saudara yang sakit” jawab Hyesan.

“Ooo... apa dia sudah baik – baik saja? Sampaikan semoga cepat sembuh dariku ne? Doaku itu manjur” tawa Ara.

“Yaa mmoya~” Hyesan tersenyum. “Arasseo, akan kusampaikan, dia sudah agak baikan” jawab Hyesan. “Apa saja yang terjadi hari ini? Apa ada tugas?” tanya Hyesan.

“Tidak ada-” Ara terhenti ketika mengingat Joongki.

“Ara?”

“Uh.. aku bertengkar dengan Joongki..” jawab Ara. Suaranya melemah. Hyesan menghela nafas.

“Apa penyebabnya?”

“Dia.. dia sepertinya bertemu seseorang yang dikenalnya. Dan orang itu membuatnya marah. Ketika aku meminta penjelasan siapa orang itu dan apa hubungannya dengan Joongki, Joongki marah dan membentakku, dia mengatakan aku tidak bisa menenangkannya justru malah membuatnya semakin pusing” jawab Ara.

“Kau ini..” Hyesan menepuk dahinya. “Kau memang tidak berbakat jadi psikolog” komentar Hyesan.

“Uh?”

“Cara menenangkan orang yang sedang kesal adalah membuatnya melupakan sesaat masalah yang membuatnya kesal. Dan kau malah menanyakan masalahnya. Seharusnya kau membuatnya lupa. Entah dengan membuatnya tertawa, mengajaknya makan, atau lainnya.. aku tidak heran jika dia marah padamu”

“Jadi aku yang salah disini?” tanya Ara dengan kepolosannya.

“Ya, tapi Joongki juga tidak seharusnya membentakmu dan membuatmu menangis”

“Yaa! Aku tidak menangis” bantah Ara.

“Aku mengenalmu dari sebelum kau bisa memakai celanamu sendiri Ara. Aku tau kau tidak bisa mendengar bentakan.. kecuali dari orang yang tidak kau sukai, seperti dua lalat itu” Hyesan terkekeh di akhir kalimatnya. Ara tersenyum.

“Oh! Kau tau? Orang yang kubilang membuat Joongki kesal itu adalah pacar baru dari dua lalat itu! uh.. salah satu dari mereka.. uh.. siapa namanya?” Ara menggaruk kepalanya mencoba mengingat. “Woo.. Wooyoung? Wooshin? Woo... Woobin! Ya! Woobin, dia sangat menyebalkan. Dia menatapku seolah – olah aku pizza yang baru keluar dari oven!” omel Ara.

“W-Woobin?” Hyesan terdengar gugup.

“Ne!” Ara tidak memperhatikan nada gugup Hyesan. “Ah, sudah dulu ne, aku mau mandi, hehe annyeong” Ara memutus telpon.

 

Ara mengusak rambutnya dengan handuk. Dia baru selesai mandi dan masih mengenakan bathrobe ketika mendengar bel di pintu apartemennya.

“Ah.. banyak sekali tamu hari ini, padahal aku ingin mengerjakan essai ku” Ara menjemur handuknya kemudian membuka pintu.

“Ara”

Ara terdiam.

“J-Joongki..” Ara menunduk. “Kau-”

Ara belum menyelesaikan kalimatnya karena Joongki tiba – tiba memeluknya erat.

“Mianhae..”

 

TBC

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
VanillaCreamCookie #1
sumpah thor, aku ngefans banget sama Jongsuk dan disini Jongsuknya manis banget. duh beruntung banget itu si Park Kimmi...
friedrice #2
Chapter 3: baru baca sampe chap 3.. bentar ya meninggalkan jejak dulu hahahahaha xD
btw gue jadi agak sensitif dengan lalat..................................
friedrice #3
Chapter 2: uhuhuhuhuhuhuh joongkiii >/////<
friedrice #4
Chapter 1: LALAT................................................ PUHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA
karinoooy #5
Chapter 12: whooooaaaa sidestory nyaaa daebaaak (y)
tsubakitheshawol
#6
Eh ada Park Kimmi yang asli.. si nabilsey
nabilsey #7
Chapter 10: Omg! Kill me right now pls.
delevaprilla #8
Chapter 8: Uwooooo~
Thanks you for updating faster
좋아 XD
Next (y) ^^
delevaprilla #9
Chapter 7: Lanjut lahh.. XD cuss (y)
nabilsey #10
Chapter 5: Wuhuhuhu ternyata kimmi dengan lee jongsuk? Kampret gue gatau!! #brbsearching
Btw daebak thor ceritanya!!!!! Keep writing :D