Four

The 'You' to Me

Ara’s pov

 

“Bisa kau jelaskan apa ini?” tanyaku pada Joongki. Joongki menarik tanganku dan memasukkan kalung itu kembali.

“A-Aku..”

“Kenapa kalung itu bisa ada padamu Joongki?” aku mendesaknya. Dia terlihat kebingungan. Aku semakin curiga padanya. “Dari kemarin aku merasakan ada yang aneh padamu. Kau makan seperti tidak pernah menyentuh makanan selama 10 tahun. Kau tidak pernah terlihat ketika sinar matahari terik. Kau benci pada kucing tapi sangat menyukai anjing. Kau beberapa kali sering kulihat memanjat pohon.. kau menolak memberitauku dimana rumahmu padahal kau sering mengantarku pulang.. dan...” aku menelan ludahku. Joongki tidak menatap mataku.

“Dan.. dan kau mengenakan kalung yang sama seperti yang kubeli untuk peliharaanku. Bahkan kau memiliki bandul yang sama seperti yang kutambahkan ketika bersama peliharaanku. Padahal kau tidak ada ketika aku memakaikan bandul tambahan itu” Aku maju menghampirinya. Joongki mundur. Dia masih belum menatapku. Dia gelisah. Aku tau itu.

“Joongki!”

Sebuah seruan mengagetkanku dan Joongki. Itu Haneul dan Minho. Alisku berkerut melihat mereka panik.

“A-ada apa?” suara Joongki mengalihkan pandanganku kembali padanya. Haneul tidak bicara apa – apa. Hanya menatap Joongki seakan mengisyaratkan sesuatu. Wajah Joongki berubah tegang. “Dimana?” tanya Joongki.

“Di tempat yang sama” jawab Minho. Aku bingung. Apa yang sedang mereka bicarakan. Kenapa wajah mereka panik dan menegang. Apa terjadi sesuatu yang buruk?

“Joongki aku-”

“Tidak sekarang Ara. Maaf” Joongki berlari diikuti Haneul dan Minho. Aku tertegun memandang mereka. Ada apa sebenarnya? Aku bingung. Semua ini membuatku pusing. Kenapa Joongki bisa mengenakan kalung serigalaku? Bagaimana cara dia mendapatkannya? Seingatku kalung itu sulit dibuka dan tidak akan mudah lepas. Kalau kalung itu tidak mungkin terlepas dari leher serigalaku.. apa yang terjadi disini?

“Ara!”

Aku menoleh. Hyesan dan Kyungmi menghampiriku.

“Kau ini... ada apa? Kenapa kau tiba – tiba pergi setelah pertandingan usai?” tanya Kyungmi.

“A-Aku..” aku tidak tau apa yang merasuki ku. Tiba – tiba aku merasakan dadaku sesak.

“Hey.. hey.. kau kenapa?” Kyungmi menyentuh pundakku. Aku menggigit bibir bawahku. Sebulir air mata jatuh.

“Kau kenapa?” kali ini suara Hyesan.

Entah apa yang terjadi denganku. Rasanya sesak dan seketika aku ingin menangis. Aku tidak kuat lagi menahannya. Semua ini membuatku bingung. Serigala itu.. Joongki.. dan orang yang menempelkan sticky note. Yang aku tau sekarang aku sedang menangis di bahu Hyesan dan Kyungmi mengelus rambutku.

 

Author pov

 

Ara membuat sedikit kesalahan ketika menyeduh kopi di tempat kerjanya. Seunggi menghampirinya.

“Ara?” panggil Seunggi.

“Joesonghabnida Seunggi-ssi..” Ara membungkuk. Dia takut Seunggi memarahinya.

“Yaa... tenanglah.. aku tidak akan memecatmu kecuali kau membakar coffee shop ku” Seunggi terkekeh. Ara tersenyum kecil. Moodnya sedang sangat buruk.

“Maaf, aku sedang ada sedikit masalah di kampus” Ara tersenyum kikuk.

“Masalah? Hm... kenapa kau tidak minta ijin kerja hari ini?”

“A-aku-”

“Pulanglah, aku beri kau waktu libur hingga perasaanmu baik. Kerja tidak akan optimal ketika perasaan kita sedang buruk. Selain itu membuat kopi membutuhkan perasaan. Jika kau sedang sedih atau ada masalah, semua itu akan tersirat di rasa kopimu oke? Sekarang pulanglah.. hati – hati di jalan” Seunggi mengusak rambut Ara. Ara mengangguk.

“Khamsahabnida Seunggi-ssi” Ara membungkuk. Seunggi mengangguk dan masuk kembali ke ruangannya.

 

Ara duduk di bangku taman. Menunggu serigala hitam itu keluar. Otaknya sedang penat dan dia butuh teman untuk curhat. Dia belum bisa menceritakan pada Hyesan ataupun Kyungmi.

Berjam – jam Ara menunggu serigalanya datang. Tapi hingga larut malam serigalanya belum juga muncul. Ara menggigit bibirnya. Mencoba menahan air matanya yang akan jatuh.

“Kenapa kau tidak muncul saat aku membutuhkanmu..” bisik Ara. Dia berbalik dan berjalan pulang.

 

**

 

Ara kembali menemukan sticky note itu di lokernya. Tapi kali ini jantungnya berdetak kencang ketika membaca pesan disana.

 

Ara-ya..

Maafkan aku,

Kalau kau ingin tau siapa diriku,

Taman Myungdeong 10p.m

 

Ara menyimpan sticky note itu di kantong sweaternya. Dia mengambil buku dan bersiap masuk ke kelasnya.

Ara tidak bisa konsentrasi selama pelajaran. Pikirannya tertuju pada pengirim sticky note itu. selain itu dari awal dia masuk kuliah hari ini, dia tidak menemukan Joongki dimana – mana. Dia bertanya pada Haneul dan Minho tapi mereka berdua bilang tidak tau.

“Kau kenapa?” tanya Hyesan.

“Aku sedang lelah.. itu saja” jawab Ara.

“Kau tidak bakat berbohong dari dulu” jawab Hyesan. Ara memautkan bibirnya. “Kalau kau tidak mau cerita ya tidak apa – apa, aku hanya kawatir padamu. Kusarankan hari ini kau jangan menyebrang jalanan, aku tidak punya pakaian hitam untuk pemakaman”

“Isshh kau ini” Ara tersenyum dan memukul pelan bahu Hyesan. Hyesan tersenyum kecil. “Uhmm... gomawo” Ara tersenyum.

“Gomawo? Ah. Sebaiknya kau mentraktirku makan” Hyesan menutup bukunya ketika pelajaran usai. Dosen mereka sudah keluar.

“Kau ini..” Ara memasukkan buku – bukunya ke tas. “Uh.. ada yang ingin ku ceritakan padamu” Ara menahan tangan Hyesan ketika melihat Hyesan hendak keluar. Hyesan duduk kembali. “Soal pengirim sticky note itu..”

“Kenapa? Apa lagi yang dia lakukan?” Hyesan terlihat kawatir. Ara hanya diam dan mengeluarkan sticky note yang ada di saku sweaternya. “Kau akan bertemu dengannya? sendirian? Malam – malam?” Hyesan mengerutkan alisnya.

“A-aku harus pergi menemuinya.. atau aku akan penasaran sampai mati”

“Sendirian malam – malam?!” ulang Hyesan. Ara mengangguk seperti anak anjing ketakutan. “Lalu bagaimana kalau dia adalah orang jahat? Bagaimana kalau kau di culik? Atau bagaimana kalau dia perampok? Lebih buruk lagi bagaimana kalau-”

“Temani akuuuu” Ara menarik lengan Hyesan. Hyesan mengalihkan pandangannya dan mendengus kesal. “Jaeball... kau masih ingin bertemu dengan temanmu yang lucu ini ne?” Ara mengeluarkan aegyo nya.

Yang tidak mempan untuk membujuk Hyesan.

“Shireo”

“Ayolaah...”

“Uh-huh” Hyesan menggelengkan kepalanya.

“Baiklah.. aku akan kesana sendiri” Ara melepas tangannya yang tadi memegangi tangan Hyesan. Hyesan menoleh.

“Pakai pakaian tebal, dan jangan berlama – lama. Banyak yang harus kubaca” Hyesan mengalah.

“Aaaaa jinjja??? Gomawo Hyesannieeee” Ara tersenyum – senyum. Hyesan memutar bola matanya.

 

**

 

Ara duduk di bangku taman itu. Menunggu Hyesan. Dia sudah mengenakan jaket tebal seperti yang disuruh  sahabatnya. Tapi Hyesan tak kunjung datang.

BIP

Ponselnya bergetar.

Ara mengeluarkannya dan membaca pesan singkat dari Hyesan. Ara cemberut begitu tau Hyesan tidak jadi menemaninya. Tapi kata – kata Hyesan cukup menenangkannya.

“Kalau Hyesan bilang aman.. berarti aku tidak perlu takut” Ara tersenyum.

Langit mulai gelap. Ara menggoyangkan kakinya karena bosan. Dia sudah menunggu sekitar 2 jam. Ara mengeluarkan sticky note itu. Sekarang sudah jam 10. Seharusnya orang itu sudah datang. Ara menghela nafas. Apa dia hanya di permainkan disini?

“Apa kau sudah lama menunggu?”

Ara terlonjak ketika mendengar suara di sebelahnya. Jantungnya berdetak cepat karena kaget. Matanya menyipit.

“Joongki?” Ara menatap intens Joongki. Mata Joongki masih terpejam. Tapi dia mengangguk. “K-Kapan kau datang?” Ara membetulkan posisi duduknya.

“Dari tadi.. hanya saja aku baru muncul.. apa kau sudah lama menungguku?” tanya Joongki lagi. Ara menatapnya aneh. Kemudian membelalakan matanya.

“K-Kau yang?”

“Aku yang menempelkan pesan – pesan itu di lokermu” jawab Joongki. Nadanya menyiratkan kesedihan. “Aku tau kau pasti masih marah denganku” Joongki tetap belum membuka matanya.

“Uh... bagaimana kau tau aku masih marah padamu atau tidak, kau bahkan tidak memandangku” Ara mengerucutkan bibirnya.

“Kalau aku memandangmu, bisakah kau berjanji untuk tidak takut atau kabur?” tanya Joongki.

“Kabur? Memangnya kenapa?”

“Jawab dulu pertanyaanku.. apa kau berjanji tidak akan kabur?”

“Uh...” Ara berpikir sejenak. “Baiklah aku berjanji tidak akan kabur” Ara menatap Joongki kembali. Joongki menghela nafas panjang.

“Ara-ya..”

Ara menoleh.

Dan matanya sukses membesar dari ukuran semula.

“K-kau..”

Ara menelan ludahnya melihat mata Joongki. Yang berwarna merah. Tatapannya tajam dan intens. Joongki mengeluarkan kalung biru yang tertutup kaosnya.

“Aku adalah serigala yang kau tolong malam itu” Joongki mengalihkan pandangannya dari Ara. Ara masih menatap nanar Joongki. Tidak percaya apa yang dilihatnya. “Aku tau kau tidak akan memercayainya.. karena itu aku menyuruhmu kesini jam 10. Sadar atau tidak, inilah jam saat kau selalu duduk dan bertemu denganku dan menceritakan seluruh keluh kesahmu saat bekerja” Joongki mengangkat kakinya dan duduk dengan memeluk lututnya.

“T-Tapi-”

“Aku bukan manusia sepertimu”

“J-Joongki-”

“Aku binatang buas, aku berbahaya, dan aku bisa kapan saja membunuhmu atau melukaimu” potong Joongki. Tatapan Ara melembut melihat raut wajah Joongki. “Tapi kau malah mendekatiku dan merawatku.. kau bahkan memberiku ini” Joongki menyentuh kalung di lehernya. “Kau bahkan memelukku dan membelai bulu – bulu di kepalaku... kau juga mengajakku bermain dan menggelitikku hingga aku tertawa dan menuruti perintahmu” Joongki menurunkan kakinya.

“Kau benar – benar..?”

“Apa kau mau melihat wujud asliku?” tanya Joongki. Ara terdiam. Joongki menatapnya. Tajam. Ara mengangguk.

Joongki berdiri dan melangkah ke tengah taman. Matanya masih menatap Ara dalam – dalam. Ara memperhatikan. Joongki melepas kaosnya dan meletakkannya begitu saja di tanah.

Nafas Ara tercekat. Dia menunduk sejenak menangkan jantungnya.

 

GOSH.... Apa – apaan tubuhnya itu?? kenapa ada kotak – kotak disana sini? Kenapa dia harus terlihat... uh... tenangkan dirimu Jung Ara! Ini bukan waktu yang tepat untuk blushing...

 

Ara menghembuskan nafas dan kembali menatap Joongki.

“Kau siap?” tanya Joongki. Ara mengangguk. Joongki mundur beberapa langkah.

Dan melompat.

Dan mata Ara membelalak dengan sukses. Nafasnya tercekat di tenggorokan. Tangannya menutup mulutnya yang membuka.

Di hadapannya berdiri seekor serigala besar dengan mata merah dan bulu hitam. Serigalanya. Serigala yang selalu menemaninya setiap pulang kerja.

“Joongki...” Ara menelan ludahnya setelah otaknya mengingat hal  yang disebut ‘bernafas’. Joongki berjalan menghampirinya dan duduk. Ara mengulurkan tangannya. “Kau benar – benar Joongki?” tanya Ara. Masih belum percaya.

Serigala itu menggeram dan mengangguk. Ara merasakan buliran air mata jatuh dari matanya.  Joongki mengeluarkan suara lemah. “Ah.. maaf aku menangis” Ara menghapus air matanya. “Aku tidak sedih...” Ara berlutut dan memeluk serigala itu.

“Aku sekarang sudah lega..”

 

TBC

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
VanillaCreamCookie #1
sumpah thor, aku ngefans banget sama Jongsuk dan disini Jongsuknya manis banget. duh beruntung banget itu si Park Kimmi...
friedrice #2
Chapter 3: baru baca sampe chap 3.. bentar ya meninggalkan jejak dulu hahahahaha xD
btw gue jadi agak sensitif dengan lalat..................................
friedrice #3
Chapter 2: uhuhuhuhuhuhuh joongkiii >/////<
friedrice #4
Chapter 1: LALAT................................................ PUHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA
karinoooy #5
Chapter 12: whooooaaaa sidestory nyaaa daebaaak (y)
tsubakitheshawol
#6
Eh ada Park Kimmi yang asli.. si nabilsey
nabilsey #7
Chapter 10: Omg! Kill me right now pls.
delevaprilla #8
Chapter 8: Uwooooo~
Thanks you for updating faster
좋아 XD
Next (y) ^^
delevaprilla #9
Chapter 7: Lanjut lahh.. XD cuss (y)
nabilsey #10
Chapter 5: Wuhuhuhu ternyata kimmi dengan lee jongsuk? Kampret gue gatau!! #brbsearching
Btw daebak thor ceritanya!!!!! Keep writing :D