SideStory 2 - Kyungmi vs Minho

The 'You' to Me

warning : long update 7748 words

 

Kyungmi pov

 

Aku menatap bingung Ara yang berteriak memanggil seseorang bernama Joongki. Pria yang bernama Joongki itu menoleh dan menghampiri Ara. Aku tidak berkomentar dan hanya mengikuti Ara. Aku menoleh pada Hyesan. Dia terlihat cuek.

Ara sibuk bercakap  - cakap dengan pria itu, aku melihat dua teman laki – laki pria itu. Yang satu wajahnya kalem. Tidak banyak bicara ketika temannya yang sedang mengunyah makanan itu mengajaknya bicara. Dan entah hanya perasaanku saja atau memang dia dari tadi mencuri – curi pandang pada Hyesan?

Aku melirik Hyesan. Dia berdiri dengan kasual seperti biasanya. Tangannya masuk ke kantung celananya. Tapi aku juga melihat dia sesekali melirik pria kalem itu. Pikiranku sedikit di buyarkan dengan Ara menyebutkan namaku.

“Ah, ini teman – temanku, si kacamata ini namanya Hyesan, dan si chubby ini Kyungmi”

“Aku Song Joongki, ah ini temanku, Haneul dan Minho” Joongki memperkenalkan temannya. “Ah, apa setelah ini kau ada kelas?” tanya Joongki.

Aku tersenyum padanya ketika namaku di sebut. Aku menatap teman Joongki. Yang kalem dan melirik Hyesan diam – diam itu Haneul dan yang sibuk dengan choco stick nya itu Minho. Ah... pria ini sibuk makan..

“Bagaimana kalau kita makan bersama?” tanya Joongki. “Apa kalian sudah makan?”

“Uhm.. aku belum, tapi tergantung teman – temanku” jawab Ara.

“Ayo makan bersama” Hyesan tersenyum kecil. Mata Ara berbinar – binar. Sama sepertiku, aku juga sudah sangaaaaat lapar. Dan melihat Minho yang sibuk makan.. sebenarnya aku ingin meminta sedikit makanannya tapi.. yah perempuan macam apa aku? Meminta makanan pada orang yang baru saja kenal. Huh. Dimana kutaruh harga diriku? Tidak tidak tidak.

 Akhirnya setelah situasi menegang karena Hyomi dan Kimmy, aku mendengar Hyesan bicara dan dia tersenyum. Aku lega. Hyesan tidak kesal, situasi = aman.

“Kyungmi otte?” tanya Ara padaku.

“Aku terserah kalian saja. Aku ikut – ikut saja” jawabku. Ara tersenyum dan kembali menatap Joongki. “Baiklah, ayo makan bersama!”

Aku tersenyum ketika kami melangkah ke salah satu restoran kecil di dekat kampus. Biasanya aku makan disini ketika kelaparan mendadak atau ketika ingin es putar dengan siraman sirup strawberry nya.

Aku duduk di sebelah Ara, berbatasan dengan tembok. Di depanku Minho. Wajahnya terlihat senang. Dia menatap sekeliling restoran dengan mata ingin tau. Apa dia belum pernah kesini?

Ara dan Joongki sibuk mengobrol. Aku tidak terlalu peduli apa yang mereka obrolkan, aku hanya ingin pelayan cepat memberikan menu dan aku bisa merasakan kembali es putar strawberry itu. uh.. membayangkannya saja sudah membuat air liurku akan menetes. Tapi tenang, Cha Kyungmi tidak jorok.

“Kau mau makan apa Kyungmi?” suara Ara menarikku kembali ke dunia.

“Uh,  dakkalbi saja, ah, aku mau es putarnya Ara, dengan sirup strawberry” jawabku dengan senyuman lebar. Ara mengangguk dan menulis pesanan.

“Minho-ssi, kau ingin pesan apa?” tanya Ara lagi. Mataku beralih ke Minho.

“Uh.. roppoki.. kemudian aku ingin kimbab.. ah, kau!” dia tiba – tiba beralih padaku. aku kaget dengan reaksinya itu.

“N-Nae?” tanyaku sambil menunjuk diriku sendiri.

“Ne! Kau memesan es putar, apa itu enak?” tanyanya. Matanya menatap penasaran padaku. Aku yang masih bingung hanya mengangguk. “Geure! Aku mau es putar juga Ara-ssi” dia menguncupkan tangannya dan tersenyum lebar pada Ara. Ara terkekeh dan menulis pesanannya.

“Hyesannie?” tanya Ara. Aku menoleh.

“Curry Ramyeon” jawabnya. Aku memautkan bibirku. Aku baru saja makan curry ramyeon kemarin. Aku berharap Hyesan memesan yang lain agar aku bisa memintanya.

“Haneul-ssi?” tanya Ara.

“Nasi goreng kimchi” jawabnya. Aku mengerutkan keningku. Aku belum pernah mencicipi nasi goreng kimchi. Apa rasanya enak? uh.. abaikan saja.

 

**

 

Aku membuka pintu apartemenku dan masuk. Uh.. lelah sekali. Dan aku makan cukup banyak. Terimakasih pada Joongki yang sudah mentraktir kami. Dia orang yang menyenangkan ternyata. Dan temannya yang bernama Minho juga sebenarnya menyenangkan. Dia lucu dan selalu bisa menghangatkan suasana. Aku mengambil handuk dan segera masuk kamar mandi. Aku menggosok gigiku sambil memikirkan beberapa hal. Aku teringat Haneul dan Hyesan yang sangat diam ketika kami makan. Mereka hanya bicara jika ada yang bertanya pada mereka. Baiklah, aku akhirnya menemukan makhluk seperti Hyesan. Yaitu Haneul. Dia punya sifat yang mirip dengan Hyesan. Hanya saja lebih hangat dan mudah tersenyum. Hyesan kan jutek.

Aku terkekeh. Hyesan bisa – bisa menjitakku kalau tau aku mengatainya jutek. Hehehe..

Aku membersihkan wajahku. Uh.. pipiku semakin chubby saja. Apa aku bertambah gemuk? Aku memegang pinggangku. Aku kawatir. Tidaaakkk. Aku tidak mau kegemukan!

Aku membuka laci dengan pintu kaca yang tertanam di tembok kamar mandi  apartemenku. Aku mengambil meteran dan melingkarkannya di pinggangku. Dan aku bernafas lega ketika melihat angkanya tidak berubah dari terakhir kali aku mengukur. Oh berarti itu hanya perasaanku saja. Aku tidak gendut. Aku tersenyum dan membasuh wajahku.

Aku menyalakan shower dan memakai shampo. Pikiranku melayang ke Minho. Uh.. aku benci mengakuinya tapi dia terlihat cute ketika sedang makan es putar. Dia terlihat seperti anak kecil. Kadang – kadang dia mengeluh karena es nya sangat dingin.

Pabo Minho. Namanya juga es. Mana ada yang panas? Aku terkekeh. Dia sempat menawarkanku es nya. Dia membeli rasa anggur dan aku strawberry. Aku saat itu mengangguk dan menyendok esnya. Dan dia benar! Rasanya enak sekali.

Aku membilas rambutku kemudian mengambil handuk dan mengeringkan tubuhku. Malam ini banyak sekali tugas.. padahal aku ingin tidur karena kenyang... aaarrgghhh....

 

**

 

Pagi ini aku mampir sebentar ke kedai kopi dekat kampus. Aku perlu asupan kopi agar aku tidak ketiduran pagi ini. Semalam aku mengerjakan tugas hingga larut dan aku sangat mengantuk.

Aku sedang menunggu kopiku jadi ketika melihat seseorang turun dari bus di halte kampusku.

“Oh? Minho-ssi?” ucapku. Aku melihatnya turun. Dia berjalan sambil mengunyah. Aku melihat ke tangannya yang memegang bungkus makanan. Dan mataku sukses melebar.

“Crown cookie rasa kopi!” seruku sambil berbisik.

“Chogi, ini kopimu nona” suara barista itu mengagetkanku. Aku mengangguk dan mengambil kopiku kemudian segera melangkah ke kampus.

Mataku menangkap sosok Minho yang sedang berjalan masuk ke gedung fakultas kedokteran. Dia masih mengunyah makanan. Telinganya tersumpal headset. Aku menghela nafas. Sudah lama aku ingin biskuit itu tapi harganya agak mahal.

Aku segera masuk ke gedung dan melangkah ke tempat lokerku. Aku membuka kuncinya ketika sudah sampai dan memasukkan tasku sebelum mengambil beberapa buku yang akan ku gunakan di jam pertama. Aku ada kelas pagi.

“Kyungmi-ya!” aku menoleh mendengar suara Ara.

“Ara!” jawabku sambil tersenyum. Dia terlihat segar sekali hari ini. Oh dia memang selalu cantik. Di sampingnya, Hyesan yang terlihat baru datang. Dia menggendong ranselnya. Aku tersenyum melihat Ara dan Hyesan. Dua orang ini selalu bisa membuatku bersemangat.

“Kau ada kelas pagi ne? Aku dan Hyesan juga.. uuu... sayang sekali kita tidak satu kelas” Ara memautkan bibirnya. Aku tertawa.

“Nanti kita kan ada kelas matematika bersama, aku tau kau sangat merindukanku” kataku sambil tersenyum bangga padanya. Hyesan terkekeh dan mengalihkan pandangannya. “Yaa~” aku menatapnya jengkel. Dia memasang smirknya. “Kalau kau iri karena aku hanya rindu pada Ara kau hanya tinggal bilang arraseo?” aku menggerakkan alisku naik turun sambil tersenyum meledek padanya.

“Mmoya..” ucapnya sambil tersenyum.

“Ah, aku masuk dulu ne? Sampai ketemu nanti!” aku menutup lokerku, menguncinya, dan melambaikan tangan pada Ara dan Hyesan.

“Papaaay” Ara membalas lambaian tanganku dan tersenyum lebar. Hyesan hanya tersenyum menatapku melangkah menjauh.

Aku masuk ke kelasku. Ada seseorang yang duduk di barisan paling pinggir. Sosoknya terlihat familiar. Dia sedang menunduk dan jaketnya menutup setengah wajahnya. Aku belum pernah melihatnya di kelasku.

Aku duduk dua bangku darinya. Aku sepertinya tidak asing dengan jaket itu. Mataku membesar melihat dia mengangkat wajahnya dan menatapku.

“Oh? Kyungmi-ssi? Annyeong” dia menatapku. Minho menatapku lebih tepatnya. Dia tidak tersenyum tapi juga tidak cemberut. Matanya hanya menatapku sebelum kembali menutup wajahnya dengan jaketnya. Aku masih bingung dan tertegun.

Orang ini aneh tapi juga lucu. Dia melakukan banyak hal secara spontan dan dengan wajah polosnya. Aku tersenyum dan membuka modulku.

Dosen kami masuk.

“Baiklah, hari ini kuis”

Dan seisi kelas mengerang.

 

**

 

Minho pov

 

Aku memperhatikannya dari tadi. Gadis teman Jung Ara. Namanya Kyungmi. Bahkan saat dia sedang mengerjakan kuis dengan serius aku masih memperhatikannya. Aku sudah selesai mengerjakan kuisku. Ini semua mudah. Tentu saja. Aku ini tidak bodoh.

Dari kemarin sejak makan bersama dia sudah menarik perhatianku. Tapi tentu saja aku bukan orang yang pandai menghadapi wanita. Aku ingin tertawa melihatnya makan es putar itu. Dia terlihat sangat menikmatinya. Aku tersenyum ketika mengingat aku menawarkan es ku padanya. Dia terlihat kaget awalnya tapi dia menerima tawaranku.

Aku menggigit bibirku. Aku akui aku sudah menyukainya. Dia terlihat menggemaskan dengan wajah chubbynya. Aku punya firasat dia juga suka makan sepertiku. Mungkin jika aku berhasil dekat dengannya, aku akan mengajaknya berkeliling kota mencari makanan enak dan mencicipi berbagai makanan. Hehehe..

Aku buru – buru mengalihkan pandanganku ketika dia mengangkat kepalanya dan menoleh ke arahku. Aku dapat merasakan matanya menatapku bingung. Aku teringat kebodohanku tadi pagi, ketika aku mencoba tidur, aku mencium wanginya. Dia dan parfum mawarnya. Aku mengingat wanginya ketika kemarin kami makan. Tentu saja penciuman ku lebih tajam dari manusia. Aku hanya memejamkan mata ketika merasakan dia duduk beberapa bangku dariku. Entah apa yang menghasutku tapi aku menoleh padanya. Seketika aku kaku dan bingung. Apa yang harus kulakukan? Dia sudah melihatku dan menatapku bingung. Dan akhirnya sepotong ‘annyeong’ku melayang. Setelah itu aku buru- buru menutup wajahku dengan jaket lagi. Merutukki kebodohanku. Jangan salahkan aku! Aku sudah bilang ne? Aku tidak pandai dengan wanita! Kau boleh menyuruhku mengerjakan soal – soal matematika atau soal – soal sains dan aku akan mengerjakan semuanya dengan lancar dan benar. Tapi jangan pernah menyuruhku berhadapan dengan wanita!

Mataku menangkap sosoknya yang maju dan menyerahkan jawaban kuisnya pada dosen. Aku berdiri dan melakukan hal yang sama. Aku meliriknya ketika berjalan kembali ke mejaku. Dia juga memperhatikanku. Aku memutuskan berhenti memperhatikannya. Aku tidak mau dia tau kalau aku punya perasaan untuknya. Dia pasti berpikir aku gila karena ini semua terlalu cepat.

 

**

 

Kyungmi pov

 

Aku baru selesai mandi ketika lagu Crooked dari G-Dragon terdengar. Ah itu ponselku. Aku melihat siapa penelponnya, nama Ara muncul. Aku menjawab telpon dan menyalakan loud speaker.

“Ara? Wae?” tanyaku sambil membuka laptopku dan mulai mengerjakan tugas.

“Kyungmi-yaaaa aku ingin cerita, tadi aku mencarimu tapi sepertinya kau sudah pulang atau entah dimana kau tapi aku tidak bisa menemukanmu, hehehe” dia tertawa.

“Aku memang pulang duluan tadi, mianhae!” jawabku. Mataku tak terlepas dari laptop.

“Arraseo, ah, Kyungmi, kau tau? Tadi ketika aku membuka lokerku, ada sticky note yang tertempel di sana. Dia mengatakan hal – hal yang aku tidak mengerti, dan tidak ada nama pengirimnya. Dia mengatakan dia senang bertemu denganku. Aku bingung. Aku tidak merasa bertemu orang lain kemarin selain kau, Hyesan, Joongki, dan beberapa temanku. Tapi kau dan Hyesan tidak mungkin mengirimiku ne? Aku bingung siapa yang mengirimiku itu..” aku berhenti mengetik.

Sticky note? Aku tidak punya dan Hyesan juga tidak pernah membawa sticky note ke kampus. Selain itu aku merasa risih jika berada di posisi Ara.

“Lalu apa yang terjadi dengan sticky note itu? kau membuangnya?” tanyaku kembali melanjutkan mengetik.

“Ani, aku menyimpannya”

Aku mengangguk. Aku sebenarnya tidak heran jika Ara mempunyai penggemar rahasia. Dia memang cantik dan manis.

“Aaaa...” aku mendesah berat. “Mungkin itu penggemar rahasiamu Ara, uh.. andaikan aku juga punya penggemar rahasia” aku memautkan bibirku.

“Aiisshhh.. penggemar apa.. ah Kyungmi-ya!” serunya.

“Uhm?” jawabku.

“Apa pendapatmu tentang Joongki?” tanya Ara. Aku berhenti mengetik lagi. Joongki? Aku mengingat – ingat.

“Uh.. dia orang yang baik dan menyenangkan, dia mentraktir kita tanpa banyak pikir dan aku senang, wae?” tanyaku.

“Aniya... aku hanya sedang penasaran dengan pendapatmu dan Hyesan tentang Joongki. Ah bagaimana dengan Haneul?” tanya Ara lagi. Aku mengerutkan dahiku. Aku tidak pernah bicara dengan Haneul sih..

“Molla, aku tidak pernah bicara dengannya, tapi menurutku dia adalah versi laki – lakinya Hyesan, hanya saja lebih hangat dan ramah. Kau tau kan Hyesan itu bagaimana..” jawabku sambil terkekeh.

“Hm... aku juga berpikir begitu. Dia orang yang hangat tapi jarang sekali bicara. Ah! Bagaimana dengan Minho? Kurasa dia juga suka makan sepertimu” suara Ara terdengar meledek di akhir kalimatnya. Aku terkekeh. Memikirkan Minho sebentar.

“Uh.. Minho?” ucapku masih memunculkan Minho di pikiranku. “Dia... tampan.. terlihat polos.. ramah, spontan, dan sepertinya orang yang cerdas...” jawabku.

“TAMPAN??!” seruan Ara di telepon membuatku terlonjak.

“W-w-wae??!” tanyaku. Aku menatap ponselku heran.

“Yaa! Kau jarang sekali memuji pria! Apa kau suka pada Minho?!” tanya Ara.

“ANI!” seruku spontan. Jantungku berdegup kencang. Aku tidak tau kenapa aku jadi deg – degkan begini. Dan kenapa aku panik sekali??

“Aiigooo~” aku melengos ketika nada meledek Ara terdengar. “Kau menyukainya Kyungmi-ya~” godanya.

“Tidak! aku bilang tidak Jung Ara!” seruku. Aku menatap emosi pada ponselku. Ini konyol. Aku tidak marah tapi aku panik. Kenapa aku harus panik huh? Padahal ini hal sepele..

“Ahahahahaha.. arraseo.. arraseoo..” dia tertawa. Aku mendecak. “Aku tidur dulu ne? Sampai ketemu besok, jumuseyo~” dan telpon di putus. Aku menghembuskan nafas lega.

 

Tunggu dulu.

 

Kenapa aku harus lega?!

Aku mengetuk – ngetuk kepalaku. Berhentilah berpikir yang aneh – aneh Kyungmi...

Aku mematikan laptopku dan memasukkannya ke tas. Lelah. Dan aku harus tidur. Tiba – tiba bayangan Minho lewat di kepalaku.

“Aissshhh!” aku mengusir bayangannya yang lewat. “MMOYAAAAAA...” seruku. “Aku harus tidur omo...” aku memukul – mukul pipiku.

 

**

 

Wah! Itu Ara. Aku tersenyum jahil melihatnya berdiri di depan lokernya sambil menunduk. sepertinya dia sedang membaca sesuatu. Dan mengagetkan Jung Ara adalah hal yang menyenangkan. Kekekeke...

“Yaa!” seruku sambil menepuk bahunya.

“Omo!” Ara terlonjak. Aku terkekeh. Dia berbalik. “Bisakah kau tidak mengagetkanku?!” seru Ara mengomel padaku yang sibuk tertawa.

“Mianhae.. hehehe, kau terlihat sedang berpikir keras. Ada apa?” tanyaku.

“Uh.. kau ingat tentang sticky note yang kuceritakan kemarin?” Ara menutup lokernya dan berjalan bersamaku.

“Hm, aku ingat? Wae? Apa kau mendapat sticky note itu lagi?” aku menyedot jus jeruk kotak yang tadi ku beli di vendor machine.

“Uhm” Ara mengangguk. “Dan semakin hari aku semakin penasaran siapa yang mengirimkannya. Aku tidak merasa melakukan apa yang orang itu tuliskan.. karena itu aku bingung. Siapa dia sebenarnya? Aku mencoba mencari tau kemana – mana tapi tidak bisa menemukannya. Uhhh.. ngomong – ngomong Hyesan dimana?” tanya Ara.

“Tadi dia bilang ada sedikit urusan di perpustakaan dan klub bahasanya, jadi dia tidak bisa bermain bersama kita dulu hari ini” jawabku. Aku sedikit kecewa karena Hyesan sibuk. Biarpun dia jutek tapi dia dan sifat sarkatisnya selalu membuatku lebih ceria.

“Aah.. sayang sekali, padahal hari ini adalah hariku menerima gaji dan aku ingin sedikit mentraktir kalian, hehehe.. tapi karena Hyesan tidak ada jadi sepertinya harus di tunda atau di batalkan” Ara nyengir. Telingaku berdiri mendengar kata traktir.

“Yaaaa... aku lapar, kau harus mentraktir ku duluan” aku menarik lengan Ara. Ara terkekeh. Dia berbalik dan berjalan mundur menghadapku. Aku agak kawatir dengan caranya berjalan mundur.

“Uhm.. kau ingat ketika aku membicarakan tentang hewan yang ku bawa pulang kerumah?” Ara menggigit bibir bawahnya. Aku mengangguk. “Hewan itu sepertinya punya pemilik, karena gelang milik hewan itu tertinggal di apartemenku ketika pagi hari aku mencarinya, dan kemarin aku bertemu dengan hewan itu lagi di taman. Kau tau? Dia memang menyeramkan awalnya karena muncul tiba – tib- Aawww!” Ara terjatuh. Aku kaget.

“Ah! Joesonghabnida!”

Aku menoleh.

“Joongki?” Ara menatap Joongki yang tidak sengaja di tabraknya karena berjalan mundur. Joongki mengulurkan tangannya, Ara menerimanya. “Mianhae, aku menabrakmu” Ara berdiri dan membersihkan pakaiannya.

“Gwenchana, kau tidak apa – apa?” tanya Joongki.

“Yaa! Paboya, kau ini ceroboh sekali, lain kali jangan berjalan mundur ne?” aku menjewer telinga Ara. Huh. Gadis ini memang cantik tapi ceroboh sekali. tidak berubah dari awal aku mengenalnya.

“Hehehe.. arraseo Kyungmi, aku tidak tau kau begitu memperhatikanku” Ara tersenyum pura – pura malu.

“Ishhh kau ini” aku menoyor lengannya. Dia ini narsis sekali.

“Uh girls..?” panggil Joongki. Ara dan aku menoleh. “Aku masih disini loh~” Joongki tersenyum kikuk.

“We know that Joongki” jawab Ara dan aku bersamaan sambil memberikan tatapan “Yeah boy, I know you were there” kami. Joongki nyengir. Sosok lain menghampiri kami. Mataku melebar melihatnya.

“Hey, ada apa disini?” Minho, teman Joongki berdiri sambil mengunyah kentang goreng di tangannya. Mataku menatap lapar pada kentang goreng itu. aku menyadari aku lapar....

“Eopseo, tadi aku berjalan mundur dan menabrak Joongki, lalu dia menolongku berdiri” jawab Ara. Aku terdiam seketika melihat Minho. Aku teringat percakapan semalam dengan Ara. Aku mengatakan kalau Minho tampan. Dan sekarang jantungku.. uh... kenapa benda ini harus berdetak cepat sekali huh?? Aku merutuki dalam hati. Aku bergerak gelisah.

“Kyungmi-ya, kau kenapa?” tanya Ara, . Dia sepertinya menyadari aku salah tingkah.

“Aniya.. hehe..” jawabku sambil menggaruk kepala.

“Kyungmi-ya kau lapar?” tanya Minho sambil menatap lurus padaku.

“A-aku..” aku membeku. Suaraku tercekat di tenggorokan. Omo!

“Minho-ssi, sepertinya Kyungmi kelaparan, dan aku tidak bisa menemaninya karena harus mengantar Joongki membeli beberapa hal untuk bahan kuliahnya, hehe, jadi kuharap kau mau menemani Kyungmi makan, babayy” Ara menarik Joongki. Aku menatap shock pada Ara dan Joongki. Dia akan meninggalkanku dengan Minho???? Otthoke?! Seruku dalam hati. Omo.. omo.. omo....... aarrrgghhhhh!

“Ara! Ya! Jung Ara!” seruku yang mendadak kelabakan karena ditinggal bersama Minho.

“Wah mereka meninggalkan kita” gumam Minho. Aku menelan ludah.

“Aisshhh anak itu, awas nanti” omelku sambil menatap mereka yang semakin jauh.

“Katanya kau lapar, mau?” suara Minho membuatku kembali ke dunia. Minho menyodorkan kotak kentang gorengnya padaku. Aku terdiam. Aduh.. aduh.. bagaimana aku harus merespon?! Aku panik. PANIC ATTACK! Kemudian aku menoleh menatap wajahnya. Ugh.. dia tinggi sekali. Dan ada senyuman di wajahnya. Anehnya hal itu menenangkanku..

Aku tidak menyadari aku juga ikut tersenyum. Aku menatap kotak kentang goreng itu. Tanganku terangkat.

“Tentu..”

 

**

 

Minho pov

 

Aku mengajak Kyungmi pergi makan. Kelasku sudah berakhir dan hari ini memang hanya ada satu kelas untukku. Aku sekarang sedang berjalan bersamanya di jalanan. Mencari restoran atau kedai yang menjual makanan enak. Sebenarnya aku takut sekali dia akan menolak ketika aku mengajaknya makan. Tapi ketakutanku hilang ketika dia tersenyum dan mengiyakan.

“Minho-ssi” panggilnya. Aku menoleh.

 

UGH.

 

Kenapa wajahnya harus menggemaskan seperti itu?! aisshhh...

“N-Ne?” jawabku.

“Kau sudah pernah makan jajangmyeon disana?” tanyanya sambil menunjuk kedai kecil di ujung jalan. Aku mengangguk.

“Ne, aku pernah kesana sekali, wae? Mau makan disana?” tanyaku. Dia mengangguk. “Geure, ayo” aku berjalan menuju kedai itu, dia tersenyum dan berjalan di sampingku. Tanganku tanpa sengaja bersentuhan dengan tangannya. Seperti ada sengatan listrik yang menjalari tubuhku. Bulu tengkukku meremang. Jantungku berdetak kencang sekali. Dia terlihat tidak terpengaruh dan tetap menatap antusias ke arah kedai itu.

Kami duduk di salah satu meja. Seorang ahjumma memberikan menu, aku meliriknya. Dia sibuk memilih – milih. Alisnya bertaut, dia sedang serius tentunya. Aku tersenyum melihat wajahnya seperti itu. Dia terlihat cute.

“Ahjumma, aku pesan jajangmyeon dan cola” dia mengalihkan pandangannya pada ahjumma itu. Aku buru – buru menentukan pesananku, aku terlalu sibuk memperhatikannya.

“Aku buljajang dan cola” jawabku. Ahjumma itu mencatat dan segera masuk setelah mengambil menu itu kembali. And this is it...

 

Awkward.

 

Aku menggigit bibirku. Apa yang harus ku lakukan? Oh salah. Apa yang harus ku bicarakan dengannya?! aku panik dan ketika panik, otakku otomatis akan men-delete setiap kata – kata yang tersimpan di otakku. Ini gawat.

“Minho-ssi..” aku mendengarnya memanggilku. Aku menoleh.

“N-Ne?” jawabku gugup.

“A-Aku tidak tau kau ternyata sekelas denganku” ucapnya. Dia menunduk sambil memainkan jarinya. Aku mengedip beberapa kali sambi mencerna kalimatnya.

Kelas..

Sekelas..

Apa yang sekelas?

Kelas apa?

Aku baru sadar maksudnya setelah otakku yang lamban soal perempuan ini berhasil memproses pertanyaannya dan mengirimkan impuls pada syaraf motorikku.

“Ah.. aku juga tidak tau kita sekelas, hehe. Mungkin karena selama ini kita tidak pernah bicara dan aku terlalu sibuk tidur ketika dosen menerangkan materi” jawabku. Mataku membesar ketika menyadari perkataanku. UGH. AKU MEMBUAT IMAGE JELEK DI DEPAN GADIS YANG KUSUKAI.

“Kau tidur ketika dosen menerangkan?” tanyanya sambil menatapku tidak percaya.

“Aisshh..” aku merutuk menyadari kebodohanku. “Ne, aku jarang sekali mendengarkannya ketika menjelaskan materi, aku lebih suka mencatat bab yang dia terangkan hari itu dan mempelajarinya sendiri di rumah” jawabku. Dia mengangguk.

“Kau pasti cerdas, aku harus mendengarkan dosen itu baru bisa mengerti materinya. Aku tetap membaca lagi sih di rumah.. ah, apa kau suka pergi mencari makanan enak?” tanyanya. Mendengar kata makanan telingaku berdiri.

“Ne! Jika maksudmu wisata kuliner, aku memang senang” jawabku bersemangat.

“Uhmm... sama sepertiku, hehehe..” jawabnya.

Perhatianku teralihkan saat melihat makanan datang. Aku tersenyum. Kami mengucapkan terimakasih dan mulai makan. Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku makan buljajang tapi ini enak sekali.. uh..

Suara tawa dari depanku membuatku menoleh.

“Kau lapar sekali sepertinya?” tanya Kyungmi sambil menatap jahil padaku. Aku mengedipkan mataku bingung. Otakku lambat mencerna perkataannya. “Aigoo.. makanlah pelan – pelan” aku tidak bisa lagi mencerna perkataannya ketika aku merasakan sesuatu yang lembut mengusap pinggir bibirku. Aku membeku seketika.

Cha Kyungmi

Mengusap

Pinggir

Bibirku

Apa? Apa? Ulang ulang....

Cha Kyungmi mengusap pinggir bibirku dengan tissue....

“Minho-ssi?” aku tersadar dari ke-tertegun-nanku. Dia menatapku bingung. “Neo gwenchana?” tanyanya.

“O-Oh..” aku mengangguk. Dia masih menatapku. “W-wae?” tanyaku. Dia terlihat kaget. Apa dia juga melamun? Wajahnya memerah. Aku tersenyum. Sepertinya dia malu. Hehe.

“A-Aniya, hehe..” jawabnya. Aku tidak tau apa yang sebenarnya terjadi disini. Aku makan dengan Kyungmi di kedai. Aku memesan buljajang dan dia makan jajangmyeon. Aku makan seperti anjing kelaparan –aku serigala, bukan anjing– dan ada bekas saus di pinggir bibirku, dia mengusapnya dengan tisu.

Ah. Arraseo.

“Kyungmi-ya” panggilku. Dia menoleh.

“Lain kali ayo keliling kota dan mencari makanan enak” ajakku. Sekarang aku tau. Aku tidak harus bertingkah seperti bangsawan ataupun terlihat sempurna di matanya. Dia gadis manis yang tetap senang makan denganku walaupun aku makan dengan tidak senonoh. Dan ini pertama kalinya aku menemukan gadis seperti ini. Dan aku beruntung aku tidak salah menyukai orang kali ini.

Kyungmi terdiam menatapku beberapa saat. Sebelum bibirnya tertarik dan menciptakan senyuman paling manis di seluruh planet ini.

“Tentu, aku akan senang makan denganmu” jawabnya. Dan ribuan kupu – kupu terbang bebas di perutku..

 

**

 

Author pov

 

 Minho memenuhi janjinya untuk mengajak Kyungmi berkeliling kota mencari tempat makan yang enak. Kyungmi dan Minho terkadang berhenti ketika melihat stan makanan di pinggir jalan, setelah memastikan makanan di sana bersih, mereka baru akan membelinya.

“Kau benar – benar suka makan rupanya” ucap Kyungmi sambil berjalan dengan riang. Setangkai permen kapas tergenggam di tangannya. Minho membelikannya tadi.

“Uhm, aku senang sekali mencoba makanan – makanan baru. Rasanya menenangkan dan menyenangkan tentunya. Hehe.. ah, apa besok kau ada kelas?” tanya Minho. Kyungmi baru saja memasukkan segumpal permen kapas ke mulutnya. Dia meningat – ingat.

“Tidak ada. Besok aku bebas dan bisa bersantai” jawab Kyungmi dengan senyuman lebar penuh kelegaan. Minho terkekeh.

“Aku tau satu kafe yang menjual cake super enak, kau mau kesana?” tanya Minho.

“Jinjja?? Ah tentu saja!” jawab Kyungmi semangat. “Ah, kau mau? Ini enak sekali” Kyungmi mencabut segumpal permen kapas dan menyodorkannya ke Minho. Minho tertegun. Kemudian membuka mulutnya. Kyungmi menyuapinya.

Seketika wajah keduanya memerah. Kyungmi segera mengalihkan pandangannya dari Minho. Jantungnya berdegup kencang. Tidak berbeda jauh dengan Minho.

Minho menyesap permen kapas di mulutnya. Rasanya persediaan oksigen di dunia ini menipis. Angin malam yang dingin berhembus. Minho menghembuskan nafas dan uap hangat tercipta dari hembusan nafasnya. Minho menoleh ketika melihat Kyungmi merapatkan jaketnya.

“Kau kedinginan?” tanya Minho.

“Sedikit, aku agak sensitif pada udara dingin” jawab Kyungmi. Dia membuang tangkai permen kapas yang sudah bersih itu ke tong sampah.

Minho mengalami perdebatan batin. Dia tidak perlu jaket yang terlalu tebal karena suhu tubuhnya memang sudah otomatis lebih hangat dari manusia. Dia tidak kedinginan. Dia bingung apa harus memberikan jaketnya pada Kyungmi atau tidak. Tapi akhirnya hatinya memenangkan perdebatan antara hati-otak itu.

Minho melepaskan mantelnya dan memakaikannya pada Kyungmi. Kyungmi menoleh.

“K-Kau kedinginan” jawab Minho seolah mengerti tatapan Kyungmi. Kyungmi mengangguk. Wajahnya memerah dan rasa hangat menjalari tubuhnya.

“Apa kau tidak kedinginan? Kau hanya memakai kaos tipis” tanya Kyungmi.

“Gwenchana, aku tidak terlalu kedinginan” jawab Minho. Kyungmi mengangguk. Matanya menangkap tangan Minho yang sedang terayun bebas ketika berjalan. Kyungmi tersenyum melihat tangan Minho.

 

Tangannya besar sekali... kira – kira bagaimana rasanya memegang tangannya?

 

Kyungmi tersenyum sendiri. Bayangan Minho menggandengnya tiba – tiba lewat. Kyungmi menggigit bibir bawahnya. Dia ingin Minho menggandengnya. Ingin sekali. Kyungmi mendongak menatap Minho. Wajah Minho terlihat tenang dan santai.

“Uh.. Minho” panggil Kyungmi. Minho menoleh. Kyungmi menelan ludahnya. “Aku kedinginan.. bisakah aku.. uh.. bisakah aku memegang tanganmu?” tanya Kyungmi. Dia sadar wajahnya pasti sudah semerah udang rebus. Minho tertegun beberapa saat. Kyungmi menyesal melontarkan pertanyaan itu.

Tiba – tiba dia merasakan sesuatu yang hangat membungkus tangan mungilnya.

“Tentu, kenapa tidak” jawab Minho sambil menarik Kyungmi kembali berjalan. Kyungmi terkesima beberapa saat, matanya tidak terlepas dari wajah Minho.

“Gomawo..” Kyungmi mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Minho. Minho hanya mengangguk.

Mereka duduk di halte bus. Minho mengatakan akan mengantarnya hingga sampai apartemennya. Kyungmi menatap tangannya dan Minho yang masih saling menggenggam. Senyum kecil tercipta di bibirnya. matanya teralih ke wajah Minho. Mengagumi setiap lekuk indah di wajahnya. Kulit Minho yang agak tan, matanya yang tajam, hidung mancungnya yang terukir indah, bibir merahnya yang terlihat.. y? Begitulah pikiran Kyungmi.

 

He’s absolutely handsome..

 

Pikir Kyungmi. Dia masih menatap wajah Minho. Matanya teralih ke rambut Minho yang kecokelatan. Rambut itu terlihat halus dan lembut. Kyungmi mendekatkan dirinya. Wangi maskulin Minho terhirup hidungnya. Kyungmi merasa nyaman dengan aroma parfum Minho.

“Minho-ya” panggil Kyungmi.

“Ne?” Minho menoleh padanya. Kyungmi mendapat serangan jantung kecil ketika mata Minho bertemu dengan matanya.

“Uh.. aku tau ini terdengar picisan.. tapi aku suka wangi parfum mu” Kyungmi menunduk dan menggaruk kepalanya. Kikuk.

Alis Minho bertaut bingung. “Parfum?” tanya Minho. Kyungmi mengangguk. “Aku tidak pernah pakai parfum” sambung Minho. Kyungmi menoleh cepat. “Wae?” tanya Minho.

“Kau tidak pakai parfum?” tanya Kyungmi heran. Minho mengangguk.

“Aku tidak pernah punya parfum, kau bisa memeriksanya sendiri jika suatu saat ke rumahku” Minho tersenyum. Tiba – tiba dia menyadari perkataannya barusan. “A-A... maksudku-”

Kyungmi tertawa. “Aku tau maksudmu, hahaha.. mungkin nanti aku akan ke rumahmu” Kyungmi menarik Minho berdiri. “Kajja, bus nya sudah datang” Kyungmi menarik Minho masuk ke bus. Minho tersenyum dengan perlakuan Kyungmi. Dia senang Kyungmi sudah tidak secanggung saat pertama mengenalnya.

Kyungmi tidak segan – segan memujinya, atau melakukan skinship dengannya. Minho lega menyadari itu. Dia tau Kyungmi memercayainya, karena itu Kyungmi begitu santai padanya. Minho tersenyum sambil menatap keluar bus. Kota tempat tinggal mereka terlihat indah dengan lampu – lampu di jalanan.

 

PLUK

 

Minho menoleh ketika sesuatu mendarat di bahunya. Seketika matanya membesar. Kyungmi tertidur sambil bersandar pada bahunya. Minho bergerak kaku. Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Dia tidak tau haru bagaimana. Minho menatap wajah Kyungmi yang terdur dengan nyaman di bahunya. Kemudian matanya menatap tangannya dan tangan Kyungmi yang masih bertaut. Minho menghela nafas sambil nyengir. Tangannya yang lain menyentuh kepala Kyungmi dan mengelus rambutnya.

“Aku akan membangunkanmu ketika sampai, tidur yang nyenyak”

 

**

 

Sudah beberapa minggu ini Kyungmi dekat dengan Minho. Dan sekarang dia sedang mengambil buku – buku di lokernya dan memasukkannya dalam tas. Dia akan bertemu dengan Hyesan dan Ara untuk menonton pertandingan basket. Kenapa dia ingin menonton? Ohoho.. Minho ada disana.

Kyungmi tersenyum mengingat Minho. Dia tau pria itu memang humoris tapi agak pemalu. Kyungmi mengambil sebungkus biskuit sebelum menyelempangkan tasnya dan menutup loker.

 

Kyungmi pov

 

“Sebenarnya kenapa kita harus menonton pertandingan ini? Aku bahkan tidak tertarik menonton pria – pria memamerkan bulu ketiaknya dan bertingkah sok tampan pada gadis – gadis” protes Hyesan. Dia lebih memilih berdiam di perpustakaan dan membaca bukunya. Aku mendesah berat dengan sikapnya yang keras.

“Oh kau akan menyukainya Hyesan, percayalah pada Jung Ara okay? Sekarang simpan dulu bukumu dan siapkan tenggorokanmu” Ara menutup buku di tangan Hyesan. Hyesan mendengus jengkel. Aku terkekeh. Ara selalu bisa menghadapi Hyesan. “Oh! Itu mereka memasuki lapangan!” seru Ara sambil menunjuk tim basket kampus mereka. Aku menoleh. Mencari sosok Minho.

“Yeah... Yeah.. mereka dengan bulu ketiak mereka” komentar Hyesan. “Eh..” mata Hyesan melebar ketika menangkap sosok yang dikenalnya di lapangan. Matanya menatap nanar dan mulutnya membuka. Aku terkekeh.

Ara terkikik melihat ekspresi Hyesan. “Kubilang apa. Kau akan menyukainya” Ara menepuk – nepuk bahu Hyesan. Hyesan melengos mengalihkan pandangannya dari lapangan. Tapi matanya melirik sosok yang duduk di bangku pemain. Aku tau siapa yang diliriknya. Tentu saja Haneul. Aku merasa beberapa waktu ini mereka dekat. Terbukti ketika aku pergi bersama Ara, Joongki, dan Minho, mereka sering tidak ada.

 

Aku nyengir lebar setiap kali melihat Minho memegang bola. Dia terlihat keren dan super hot. Ara pun melakukan hal yang sama setiap kali Joongki berhasil merebut bola dari lawan atau mencetak skor. Hyesan hanya diam dan memperhatikan permainan mereka. Permainan Haneul lebih tepatnya. Dia menggigit bibirnya menahan senyumnya ketika melihat Haneul beberapa kali mencetak angka. Dan aku menyadari itu. Aku tersenyum kecil. Aku paham orang seperti apa Hyesan itu. Dia bukan tipe gadis yang terang – terangan menunjukkan perasaannya. Tapi tentu saja, dia tetap seorang gadis yang akan tersenyum dan tersipu ketika melihat orang yang disukainya. Aku sendiri tidak tau pasti apa Hyesan menyukai Haneul atau sebaliknya. Tapi ku harap mereka akan bersatu. Mereka sangat cocok.

“Waah... Joongki keren sekali” komentar Ara.

“Yaa~ kau pasti sudah jatuh cinta padanya ne?” godaku.

“Kau juga pasti sudah terjerat pesona Minho” balas Ara. Aku memutar mataku. Aku sibuk berdebat dengannya sedangkan Hyesan hanya memperhatikan pertandingan dalam diam.

Pertandingan tersisa beberapa menit lagi. Kampus kami dan lawan bersaing ketat dalam hal pengumpulan skor. Kampus kami mencetak skor. Kampus lawan juga. Aku semakin bersemangat. Aku sangat berharap kampus kami akan menang, karena itu artinya aku bisa minta traktir Minho. Hehehe.

Kulihat tiba – tiba Ara tercekat dan menatap lebar pada Joongki yang sedang melakukan three point.

 “Kalung itu....” Ara menatap shock pada Joongki. Aku menatapnya bingung.

“Kau kenapa?” tanyaku. Tanganku menyentuh bahu Ara. Ara menggelengkan kepalanya. Kembali ke dunia.

“A-ada yang aneh..” jawab Ara. Matanya masih menatap Joongki yang sedang melonjak – lonjak girang bersama teman – temanya karena baru saja memenangkan pertandingan. Aku mengerutkan keningku.

“Apa yang aneh?” tanyaku lagi. Ara tidak menjawab. Dia hanya diam dan memperhatikan Joongki.

Aku semakin bingung melihat Ara yang tiba – tiba berdiri dan berjalan keluar hall basket. Aku dan Hyesan berpandangan. Pasti ada sesuatu yang salah dengannya.

 

**

 

“Ara!” panggilku ketika berhasil menemukannya. Aku mencarinya bersama Hyesan di sekeliling hall.

Ara menoleh. Aku dan Hyesan menghampirinya. Aku kawatir melihat ekspresinya.

“Kau ini... ada apa? Kenapa kau tiba – tiba pergi setelah pertandingan usai?” tanyaku.

“A-Aku..” dia tergagap dan ada genangan air di matanya. Aku semakin kawatir melihatnya, dia sudah pasti akan menangis.

“Hey.. hey.. kau kenapa?” tanyaku sambil menyentuh pundaknya. Sebulir air matanya jatuh. Mataku membesar.

“Kau kenapa?” kali ini suara Hyesan.

Aku mengelus rambutnya. Tiba – tiba tangisnya pecah dan Hyesan memeluknya. Aku mengelus rambutnya. Aku benar – benar tidak tau apa yang sedang terjadi disini. Aku menoleh pada Hyesan yang sedang menenangkan Ara. Alis Hyesan bertaut menandakan dirinya terganggu. Tangisan Ara semakin terdengar menyedihkan. Dan membuat hatiku berdenyut sakit. Aku tidak suka melihat sahabatku seperti ini. Tapi aku juga tidak mengerti apa yang terjadi. Aku sepintas melihat Minho, Joongki, dan Haneul tadi. Aku mengambil ponselku dan mencoba menelpon Minho.

Setelah beberapa kali menelpon, jawabannya tetap sama, operator sialan itu mengatakan kalau telpon Minho tidak bisa di hubungi. Aku dan Hyesan sepakat mengatar Ara pulang ke apartemennya. Dia menolak, dia mengatakan ingin diantarkan ke tempat kerjanya saja.

 

**

 

Beberapa hari ini aku tidak melihat Minho. Aku sedikit kawatir, ponselnya tidak pernah aktif dan aku bingung apakah aku harus ke rumahnya atau bagaimana. Ara terlihat sudah sedikit membaik semenjak kejadian tempo hari. Tapi kali ini Minho yang jadi masalah. Aku juga tidak melihat Haneul. Dan beberapa hari ini Hyesan menjadi sedikit lebih emosian daripada biasanya. Dia bahkan tidak segan – segan berkata sinis dan menusuk ketika Hyomi dan Kimmi mengganggu kami. Hingga membuat Hyomi hampir menamparnya. Tapi dasar Hyesan memang tidak takut pada kontak fisik. Dia terlihat tidak takut saat Hyomi akan menamparnya. Aku dan Ara sudah menenangkannya. Tapi dia tetap terlihat emosional. Hingga dia sempat bilang ingin sendiri beberapa saat. Aku dan Ara hanya mengangguk dan menenangkannya. Dan beberapa hari ini dia tidak masuk kuliah.

Aku memutuskan mendatangi rumah Minho sore ini. Aku benar – benar kawatir padanya.

 

Aku mengetuk pintunya beberapa kali. Tidak ada jawaban. Aku memanggilnya.

“Minho? Minho-yaaa?” panggilku. Karena tidak ada jawaban, aku memberanikan diri membuka pintu. Dan ternyata tidak di kunci. “Minho?” panggilku lagi. Aku berjalan masuk ke ruang tengahnya. Seperti tidak ada orang. Aku berjalan memasuki kamarnya.

Mataku membesar melihat sosok Minho yang terbaring di lantai. Banyak memar di tubuhnya. Juga beberapa luka sayatan. Aku segera menghampirinya. Aku panik.

“Minho-ya! Minho!” aku menepuk pipinya. Tubuhnya panas sekali.

“Eunghhh...” aku menoleh ketika melihat Minho mengerutkan keningnya.

“Minho ireona!” aku menepuk pipinya dan meletakkan kepalanya di pangkuanku.

“Uh..” tangan Minho terangkat memegang kepalanya. Dia membuka matanya. “K-Kyungmi?” ucapnya. Dia terbatuk beberapa kali. Aku mencoba mengangkatnya berdiri. Dia meringis kesakitan beberapa kali. Aku mendudukkannya di tempat tidurnya sebelum membaringkannya.

“Chakkaman” aku menarik selimut dan menyelimutinya. Aku segera berlari ke dapurnya dan mengambil mangkuk dan handuk kecil. Aku kembali dan segera mengompres keningnya.

“K-Kyungmi-ya.. sedang apa kau?” tanyanya. Matanya menatap lemah padaku. Aku menghela nafas berat.

“Kau membuatku kawatir karena tidak muncul dan tidak menjawab telponku, jadi aku memutuskan mencarimu ke sini, dan aku menemukanmu sekarat di lantai” omelku. Dia terkekeh.

“Gomawo”

“Eh?”

“Sudah mengkawatirkanku” aku terdiam ketika tangannya menggenggam tanganku. Tangannya hangat. Cenderung panas.

“Demammu tinggi sekali huh?” aku menyentuh lehernya untuk mengetahui apa demamnya semakin tinggi. Dia terkekeh.

“Aku tidak demam, pabo” dia menyentil hidungku.

“Yaa!” aku menepis tangannya.

“Suhu tubuhku memang panas, ini normal, aku hanya lelah dan tubuhku sakit” jawab Minho. Aku menatap wajahnya. Banyak luka dan memar di sana.

“Apa yang terjadi denganmu? Apa kau berkelahi?” tanyaku. Minho terdiam sesaat. “Yaa, jawablah” aku mengusap tangannya. Dia memalingkan wajahnya. “Minho” panggilku. Dia tidak mau menoleh. “Yaa! Lee Minho!” panggilku kesal. Dia menoleh.

“Pulanglah”

“M-Mwo?!” seruku. Enak saja. Aku sudah capek – capek datang kesini, mengangkat tubuhnya yang berat seperti tronton, merawatnya, dan dia menyuruhku pulang?! Ah.. aniya aniya aniya.

“Shireo” jawabku.

“Jaebal” ucapnya. Wajahnya terlihat sedih. Aku jadi tidak tega. Tapi aku penasaran apa yang terjadi padanya. “A-Aku akan mengatakannya jika aku sudah sembuh, sekarang pulanglah, sudah hampir malam dan kau perempuan” tangannya terangkat mengelus rambutku. Aku terdiam.

“Janji?” tanyaku. Dia mengangguk. “Baiklah, lekas sembuh” aku berdiri. Masih cemberut. “Aku pergi dulu” aku melangkah menuju pintu.

“Hati – hati Kyung” ucapnya. Aku terdiam mendengarnya memanggil namaku. Aku berbalik. Dia tersenyum padaku. Aku berjalan kembali padanya. Dia menatapku bingung. Aku tidak tau apa yang membuatku melakukan ini, tapi aku menunduk dan mengecup keningnya. “A-Aku pulang” aku tersenyum kikuk padanya yang menatapku shock. Aku segera keluar dan pulang.

 

**

 

Aku duduk di bangku kafe langgananku. Segelas choco milkshake dan sepiring tiramissu cake menemaniku. Aku butuh asupan cokelat dan rasa manis untuk mengembalikan moodku. Beberapa hari ini banyak hal mengganggu pikiranku, dari mulai sikap Ara yang agak tertutup, Hyesan yang emosional, dan diriku sendiri yang bingung. Bingung karena banyak hal. Untungnya studi ku berjalan dengan baik. Aku tetap profesional dalam mengerjakan tugasku dan menyerahkannya tepat waktu. Tapi tetap saja aku merindukan Hyesan, Ara, dan... Minho.

Ah Minho. Dia berjanji untuk-

 

Author pov

 

Suara nada dering membuyarkan lamunan Kyungmi. Dia merogoh sakunya dan mengambil ponselnya.

“Oh? Minho?” Kyungmi buru – buru menjawab telpon itu. “Yeoboseo?”

“Kyungmi-ya, uh.. dimana kau?” tanya Minho.

“Aku? Uh.. di kafe dekat kampus”

“Aku kesana, jangan kemana – mana” Minho memutus telepon. Kyungmi menyimpan kembali ponselnya. Kyungmi terdiam. Dia merindukan Minho tapi dia juga bingung bagaimana menghadapi Minho akibat kelakuannya saat terakhir bertemu Minho. Sekarang dia bingung.

 

Apa yang terjadi padaku..?

 

Kyungmi menatap langit. Pikirannya melayang.

 

Aku takut sekali terjadi sesuatu pada Minho, kemarin dia benar – benar terlihat sekarat, apa dia sudah baikan?

 

Kyungmi menoleh melihat sosok Minho yang berjalan ke arahnya. Kyungmi merasakan wajahnya memanas dan jantungnya berdegup kencang. Minho tersenyum padanya sambil terus berjalan. Angin menerbangkan beberapa helai rambutnya dan membuat wajah God-Like nya semakin menawan. Kyungmi menahan nafas.

“Hey..” Minho berdiri di hadapannya.

“H-Hey...” jawab Kyungmi masih terpesona. Minho tersenyum padanya. Kyungmi berdiri. Tangannya terangkat. Minho mendekat dan tidak ragu untuk merengkuhnya. Kyungmi memejamkan mata ketika Minho memeluknya.

“Aku tidak tau kau sangat merindukanku, hahaha” Minho mengusap rambut Kyungmi dan mengecup pucuk kepalanya.

“Diamlah..” Kyungmi membenamkan wajahnya di dada Minho. “Apa kau sudah baik – baik saja? Apa masih ada luka?”

“Tidak, aku sudah pulih, dan aku ingat aku berhutang cerita dan kejujuran padamu.. jadi sebaiknya kau menghabiskan minuman dan makananmu sebelum semua itu terlanjur masuk ke perutku” jawab Minho. Kyungmi langsung menarik dirinya dan memukul pelan lengan Minho.

“Kau mau?” Kyungmi duduk kembali. Minho duduk di sampingnya. Minho mengangguk. “Buka mulutmu” Kyungmi menyodorkan sesendok kue ke mulutnya. Minho tersenyum ketika rasa manis menyeruak di rongga mulutnya.

“Kuenya manis”

Kyungmi menoleh.

“Sepertimu” sambung Minho. Kyungmi terdiam. Semburat kemerahan perlahan tampak di pipinya. Minho terkekeh. “Kajja, aku berhutang banyak cerita padamu” Minho berdiri setelah memastikan makanan Kyungmi habis. Kyungmi mengikutinya dan mereka berjalan bersama.

“Kita mau kemana?” tanya Kyungmi.

“Ke rumahku, kau ingat kan di belakangnya ada halaman luas?” Minho tersenyum sambil menatap Kyungmi yang sedang berjalan dengan riang. Kyungmi mengangguk. Minho menggigit bibir bawahnya. Tangannya bergerak dan menggandeng tangan Kyungmi. Kyungmi menoleh padanya. Dan tersenyum.

 

**

 

“Apa yang ingin kau tunjukkan padaku uh?” Kyungmi mengunyah keripik kentang yang di temukannya di lemari dapur Minho. Minho menatap Kyungmi. Dia ragu, takut, tapi dia harus mengatakan semuanya pada Kyungmi. Dia menyayangi gadis itu. Dia ingin Kyungmi tau siapa sebenarnya dirinya, sehingga dia bisa melihat reaksi Kyungmi. Apa Kyungmi akan tetap berada di sisinya jika tau siapa sebenarya dia? atau justru pergi.

“Kau pasti ketakutan jika melihatku” Minho menatap tajam Kyungmi.

“Takut? Kenapa harus takut?”

“Karena aku bukan manusia sepertimu” jawab Minho. Kyungmi berhenti mengunyah. Wajahnya berubah serius. Minho menunggu reaksi Kyungmi. Kyungmi kemudian menatapnya dari ujung kaki sampai kepala. Dia memejamkan matanya sesaat.

“Aku tau siapa dirimu”

Mata Minho membesar.

“Aku tau kau makhluk seperti apa, juga dengan bulu cokelatmu dan tubuh besarmu.. aku tau siapa kau” jawab Kyungmi. Masih menatap Minho dalam – dalam.

Minho tertegun. “T-Tapi darimana?”

“Aku tidak sengaja melihatmu berubah, saat itu malam hari dan aku lewat di taman Myungdeong.. aku melihat sesuatu yang aneh dari arah semak – semak. Aku bersembunyi saat itu untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan. Saat itu aku sangat kaget melihat seekor serigala berbulu cokelat tebal dan berukuran sangat besar keluar dari balik semak – semak. Tadinya aku ingin menelponmu untuk menjemputku karena aku sangat takut, tapi ketika aku mengambil ponselku, serigala itu tiba – tiba berubah... menjadi kau” Kyungmi mendekat dan duduk di sebelah Minho yang masih menatapnya takjub.

“Aku awalnya takut bertemu denganmu lagi. Tapi setelah aku memikirkannya berkali – kali.. akhirnya aku bisa mempercayaimu, aku yakin kau tidak akan menyakitiku, apa aku benar?” tanya Kyungmi. Minho tersenyum dan menarik Kyungmi dalam pelukannya.

“Kau mau melihatku?” tanya Minho. Kyungmi menarik dirinya dan menatap wajah Minho.

“Melihatmu..?”

“Iya, kau benar, kau tidak perlu takut, aku tidak akan menyakitimu, kau hanya perlu percaya padaku” Minho berdiri. Melangkah ke halamannya. Melepaskan kaosnya. Kyungmi menelan ludah. Semburat merah menghiasi wajahnya. “Wae? Aku terlihat seksi uh?” Minho terkekeh sambil berpose.

“Yaa! Mmoya... cepatlah!” protes Kyungmi. Minho tertawa. Dia mundur beberapa langkah. Kyungmi tersenyum menatapnya.

Minho melompat dan berubah menjadi serigala besar berwarna cokelat dengan mata hitam. Kyungmi berdiri. Menelan ludahnya. Matanya menatap nanar pada Minho. Minho menggeram dan berjalan mendekatinya. Kyungmi memejamkan matanya.

 

Aku hanya perlu percaya padanya... percaya.. percaya... aku tidak boleh takut... Minho tidak akan menyakitiku...

 

Kyungmi membuka matanya dan berjalan mendekati Minho. Minho menunduk dan duduk. Kyungmi mengulurkan tangannya dan menyentuh rambut di kepala Minho. Minho menggeram seperti anak anjing. Kyungmi tertawa.

“Kau lucu sekali” Kyungmi menunduk dan memeluk leher Minho. Minho mengeluarkan suara aneh. “Kau malu huh? Hahahaha” Kyungmi menggoyang – goyangkan wajah Minho. Minho menggeram manja seperti anak anjing. “Aku ingin menunggangimu, bolehkah?” tanya Kyungmi sambil tersenyum jahil pada Minho. Kyungmi mendengar Minho menolak. “Jaeballll....” Kyungmi memautkan bibirnya. Minho mendengus tertawa. Kyungmi terkekeh dan naik ke punggung Minho. Minho berdiri perlahan dan mulai berjalan mengitari halaman belakangnya. Sesekali dia melompat dan membuat Kyungmi terlonjak.

“Yaa! Sekali lagi kau mengagetkanku, kuubah rambutmu menjadi warna pink dan hijau!” ancam Kyungmi. Minho mengeluarkan suara protes. Kyungmi terkekeh bangga.

 

**

 

Author pov

 

Kyungmi duduk dengan lesu di apartemennya. Mendengar kabar Ara di culik membuatnya sedih dan kawatir. Dia sudah menelpon Hyesan tadi, memaksa untuk ikut menyelamatkan Ara. Tapi Hyesan mengomelinya dan menyuruhnya diam di apartemennya. Kyungmi agak kesal tapi dia akhirnya sadar. Memang apa yang bisa di lakukannya? Dia malah bisa merepotkan teman – temannya. Atau jadi sumber bahaya karena dia tidak bisa melindungi dirinya sendiri.

Bel apartemennya berbunyi. Kyungmi tau itu pasti Minho. Dia melangkah dengan lesu dan membuka pintu.

“Minho..” ucap Kyungmi lemah sambil menatap sedih pada Minho. Minho menghela nafas dan tersenyum. Kyungmi menariknya masuk.

“Aku tau kau sedih sekali” Minho mengelus rambutnya. Memeluknya dan mengecup kepalanya. “Aku ikut bersama Joongki, Haneul, dan Hyesan. Aku akan berusaha membawa pulang Ara kembali ne? Jangan sedih, aku benci melihatmu menangis” Minho mengusap pipi Kyungmi dengan lembut.

“Tolong... dia sudah seperti saudaraku, dia sudah seperti adikku, Minho.. tolong bawa dia pulang dengan selamat...” Kyungmi menangis. terisak mengeluarkan semua kesedihan dan ke kawatirannya.

Minho menariknya duduk di sofa dan berlutut di depannya. “Kau hanya perlu percaya pada kami” Minho menggenggam tangan Kyungmi dan menempelkan tangan Kyungmi di wajahnya.

“Aku percaya..” Kyungmi mengangguk dan mengusap air matanya. Tersenyum kecil dan terkekeh. Membuat Minho ikut tersenyum. “Dan kau Lee Minho!” Kyungmi memautkan bibirnya dan memukul lengan Minho. Membuat mata Minho melebar. “Kau harus pulang dengan selamat dan kita akan pergi keliling kota lagi untuk mencari makanan enak! kau harus berjanji padaku!” Kyungmi melipat tangannya di depan dada. Minho tertawa.

“Arraseo! Pria tampan ini akan pulang dengan selamat dan pergi bersama Cha Kyungmi untuk mencari makanan enak dan membelikannya es krim” Minho mencubit hidung Kyungmi.

“Tampan.. mmoya...” Kyungmi mendecak.

“Mwo? Aku memang tampan hey!” Minho protes, senyuman lebar masih bertengger di bibirnya. kyungmi menggigit bibirnya untuk menahan senyum.

“Arraseo! Kau memang tampan. Happy?” tanya Kyungmi dengan wajah pura – pura sinis. Minho tertawa dan mengusak rambut Kyungmi.

“Aku pulang dulu ne? Kau baik – baik di rumah, besok aku akan berangkat bersama yang lain, nanti aku telpon kau sebelum pergi” Minho berdiri dan melangkah ke pintu.

Kyungmi mengalami pergolakan batin besar – besaran. Untuk pertama kalinya dia tidak mau sendirian.

“Kajjima”

Minho terhenti ketika mendengar suara Kyungmi. Dia berbalik.

“Uh.. jangan pergi.. aku ingin kau disini malam ini... jaebal.. aku .. aku..” kalimatnya terputus. Suaranya tercekat di tenggorokan. Walaupun Minho berhasil sedikit menghiburnya tadi tapi tetap saja, rasa sesak itu datang kembali.

“Okay. Aku akan pulang sebentar mengambil barang – barangku” Minho tersenyum dan pergi. Kyungmi berbalik dan masuk kembali ke kamarnya. Tiba – tiba dia tersadar.

“OMO. APA YANG SUDAH KU KATAKAN?? TEMPAT TIDURKU HANYA SATU! Aisshhh... jinjja...” Kyungmi mondar mandir di kamarnya dan melihat sekeliling. “Aigooo.. kamarku berantakan!” Kyungmi hilir mudik merapikan kamarnya.

Kyungmi tersengal – sengal dan memperhatikan kamarnya. Sudah lebih baik daripada tadi. Dia melangkah keluar dan mencari segelas air di dapur. Dia meminumnya. Tiba –tiba sebuah pemikiran lewat.

 

Kalau aku merapikan kamarku..berarti malam ini dia akan tidur denganku!

 

BRUSSSHHH...

 

Air yang diminum Kyungmi menyembur. Dia meletakkan gelasnya. Shock.

“Omona....” Kyungmi memegang kepalanya. Panik seketika. “Apa yang sudah ku perbuat...” Kyungmi berjalan mengelilingi dapurnya.

Bel di pintu berbunyi.

Dan sistem syaraf Kyungmi putus seketika..

 

**

 

Minho pov

 

Aku berbaring di sebelah Kyungmi.

Dan situasi sangat... awkward...

Aku dan dia berbaring menatap langit – langit. Tidak berkata apapun. Jantungku memang sudah tidak normal dari awal aku menarik selimut dan tidur di sebelahnya. Wajahku terasa memanas dan darahku sepertinya mengalir sangat cepat.

Aku memberanikan diri menoleh padanya.

“Kyungmi” panggilku. Dia menoleh. Pipinya merah. Aku menelan ludahku.

“N-Ne?” jawabnya. sepertinya dia juga gugup.

 

Tunggu dulu.

Apa yang sedang terjadi disini.

Ini dimana?

 

Kasur.

 

Bersama siapa?

 

Kyungmi.

 

Kesimpulanku: aku berbaring di Kasur bersama Kyungmi.

Berbaring di kasur dengan Kyungmi... dengan Kyungmi... satu tempat tidur satu kasur..

 

SATU KASUR.

 

GOSH!!

Aku menoleh pada Kyungmi lagi. Sekarang seluruh syarafku sudah berfungsi dengan baik. Dan ini semakin membuatku gugup. Aku tidak bisa memungkiri juga aku ini laki – laki dewasa. Dan hormon ku berja dengan baik.

Ralat.

Sangat baik.

 

“Minho-ya..” suara Kyungmi mengembalikanku ke dunia. Aku menoleh. “Uh.. kira – kira malam ini Ara tidur dimana? apa dia sudah makan?” ucap Kyungmi. Tatapanku melembut padanya. Seluruh kegugupanku hilang.

“Dia akan baik – baik saja.. tenanglah” aku mendekat padanya dan menarik tubuh mungilnya. Memeluknya. Dia menghembuskan nafas dan membenamkan wajahnya di dadaku. “Tidurlah.. semua akan baik – baik saja” aku mengelus rambutnya.

“Hm.. tubuhmu hangat sekali” Kyungmi memelukku erat. Aku tersenyum dan meneruskan membelai rambutnya. “Aku tidur.. jumuseyo” ucapnya. Dan nafasnya mulai teratur. Aku mengecup kepalanya.

“Jumuseyo..”

Dan berbisik ketika dia sudah terlelap.

“Saranghaeyo..”

 

**

 

Kyungmi pov

 

Ini sudah hari ketiga.. dan Minho belum memberi kabar apapun. Apa dia baik – baik saja? Apa mereka berhasil kembali dan membawa pulang Ara? Tuhan.. aku tidak bisa membayangkan hal – hal buruk. Kalau mereka gagal.. aku akan kehilangan kedua sahabatku..

Dan Minho.

Aku menelan ludahku dan menaiki bus yang dari tadi kutunggu. Aku duduk dekat jendela sambil memandangi kota. Langit malam sangat indah, terutama dengan rangkaian lampu – lampu kota. Mataku menangkap satu toko di deretan toko – toko yang kulewati.

Toko itu tempat aku dan Minho membeli makanan ringan berbungkus – bungkus hingga kesulitan membawanya pulang. Kemudian saat kami menunggu di halte bus, hujan deras turun dan kami harus menyimpan baik – baik makanan kami agar tidak cepat kadaluarsa.

Aku tersenyum mengingat kenangan itu. Aku rasa aku mulai gila. Aku terlalu merindukan Minho sehingga merasa dia ada di dekatku. Aku terlalu merindukannya sehingga sekarang aku merasa dapat menghirup wangi tubuhnya yang lebih enak daripada parfum mahal sekalipun. Aku tersenyum miris.

“Cha Kyungmi”

Ada suara dari sampingku. Terdengar seperti Minho. Aku tertawa miris sekarang. Aku bahkan berhalusinasi mendengar suaranya.

“Yaa Cha Kyungmi”

“Aaawww!” aku menjerit ketika sebuah cubitan terasa di pipiku. Aku menoleh melihat orang yang duduk di sebelahku. Dan tertawa.

“Ahaha.. lihatlah bahkan sekarang aku berhalusinasi aku melihat Minho dan dia mencubit pipiku” Kyungmi menunduk membiarkan rasa sesak merasuki dadanya dan setitik air mata lolos.

“Kyungmi ini aku” suara Minho membuat Kyungmi menoleh.

“K-Kau benar – benar Minho?” Kyungmi menoleh dan menatap nanar pada Minho yang duduk di sebelahnya dan tersenyum padanya.

“Kau ini bodoh atau bagaimana? Ini kenyataan hey! Aku capek – capek mengejar bus ini agar bisa duduk denganmu, padahal tubuhku masih lemah dan banyak luka, kau malah mengacuhkanku dan menganggapku halusinasi, aku ini nyata hey..”

Kyungmi tidak lagi mendengar omelan panjang Minho dan protesannya. Tangan Kyungmi terangkat dan menarik kerah kemeja Minho.

Dan menyatukan bibir mereka.

Tangan Kyungmi terangkat dan memeluk leher Minho. Minho memeluk pinggangnya dan merapatkan dirinya dengan Kyungmi. Kyungmi merasakan air matanya kembali menetes dan Minho menarik dirinya.

“Yaa..” Minho mengusap air mata Kyungmi. “Kenapa kau menangis uh? Aku sudah kembali” Minho menyentuh wajah Kyungmi dan menatapnya dengan lembut.

“Aku.. aku..” Kyungmi menggigit bibirnya. “Aku senang sekali kau kembali.. dan-”

“Dan apa itu artinya kita sudah jadian?” tanya Minho dengan senyuman jahil di bibirnya. Kyungmi menatap takjub Minho.

“Ne.. kita sudah jadian” jawab Kyungmi dengan senyuman lebar di bibirnya.

“Aigoo.. aku punya kekasih..” Minho memeluk Kyungmi dan menepuk – nepuk kepalanya.

“Shut up... kau ini norak sekali” jawab Kyungmi.

Dan Minho tertawa..

 

END

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
VanillaCreamCookie #1
sumpah thor, aku ngefans banget sama Jongsuk dan disini Jongsuknya manis banget. duh beruntung banget itu si Park Kimmi...
friedrice #2
Chapter 3: baru baca sampe chap 3.. bentar ya meninggalkan jejak dulu hahahahaha xD
btw gue jadi agak sensitif dengan lalat..................................
friedrice #3
Chapter 2: uhuhuhuhuhuhuh joongkiii >/////<
friedrice #4
Chapter 1: LALAT................................................ PUHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA
karinoooy #5
Chapter 12: whooooaaaa sidestory nyaaa daebaaak (y)
tsubakitheshawol
#6
Eh ada Park Kimmi yang asli.. si nabilsey
nabilsey #7
Chapter 10: Omg! Kill me right now pls.
delevaprilla #8
Chapter 8: Uwooooo~
Thanks you for updating faster
좋아 XD
Next (y) ^^
delevaprilla #9
Chapter 7: Lanjut lahh.. XD cuss (y)
nabilsey #10
Chapter 5: Wuhuhuhu ternyata kimmi dengan lee jongsuk? Kampret gue gatau!! #brbsearching
Btw daebak thor ceritanya!!!!! Keep writing :D