#2

Contract Girl [in indonesian]

 

“bagaimana keadaannya hari ini dok?”

“stabil, tidak ada yang perlu dikhawatirkan untuk sekarang. Tetapi apa biaya untuk kemoterapi besok sudah kau siapkan?”

“jalankan saja terapinya, besok aku akan membawa uangnya.”       

“baiklah. Sebaiknya sekarang kau pulang saja, dia harus banyak istirahat.”

“baiklah dok. Aku percaya padamu.”

-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-

“berita apa ini?!! Kenapa media bilang kalau kau hamil?? Menyentuhmu saja tidak.” Yoseob sudah mengomel ketika membaca artikel-artikel tentangnya lewat tabletnya.

“hamil? Siapa?” Irin menoleh kearah Yoseob yang sedang duduk di atas meja dapur dekat wastafel.

“kau, babo!” jawab Yoseob sebal.

Irin tidak ambil pusing. Dia hanya menggedikkan bahunya dan meneruskan memasak serta memanggang lasagna.

“memangnya apa yang kau lakukan semalam ke rumah sakit??” Tanya Yoseob penasaran.

“. . . . . . “

“ya! Song Irin!” Yoseob tidak sabar.

“aku menemui dokterku yang kebetulan sedang jaga malam.” Sahutnya singkat tanpa menoleh ke Yoseob.

“untuk apa? Apa dia pacarmu?” Yoseob penasaran.

“memangnya kenapa? Kau cemburu?” Tanya Irin balik, sekarang menoleh ke Yoseob.

“eih, kau kan tau aku tidak tertarik dengan wanita.” Jawab Yoseob, Irin kembali memusatkan perhatiannya kemasakannya.

“aku hanya konsultasi tentang alergiku. Karena akhir-akhir ini sering kambuh.” Sahutnya.

“ini, makan siangnya sudah siap. Cepat turun dari situ.” Irin menyajikan makan siang Yoseob di meja makan.

“kau tidak makan?” Tanya Yoseob melihat Irin yang hanya diam saja di meja makan.

“op-oppa. . .”

“wae?”

“bisa tidak aku minta bayaranku untuk hari minggu besok??” Irin terlihat ragu.

“memangnya kenapa? Ini kan baru hari kamis.” Jawab yoseob dengan mulut penuh makanan.

“aku—aku perlu membayar tagihanku hari ini.” Irin mencari alasan.

“baiklah. Setelah makan akan aku berikan uangmu.” Irin mengangguk.

-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-

“eomma, bagaimana terapinya? Maaf ya eomma aku baru datang.”

“tidak enak. Sakit semua, irin-ah. Biarkan eomma pulang saja.”

“eomma, kalau eomma pulang siapa yang akan mengobati eomma? Aku kan bukan dokter.”

“heuh, tapi eomma bosan dirumah sakit terus. Nanti biayanya bertambah banyak irin. Eomma kasihan padamu.”

“eomma, lihat aku. Aku masih muda, tenagaku masih banyak, dan aku juga sayang eomma. Aku akan bekerja sekuat tenaga untuk kesembuhanan eomma. Jadi yang harus eomma lakukan adalah menuruti kata dokter, bagaimana?”

“ya sudah, ya sudah. Tapi jangan lupakan kesehatanmu ya.” Irin mengangguk patuh.

 

_________________________________________________________________________________________________________________________

Comment and subscribe is welcome :D

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
LS35879
#1
Wah bagus cerita nya!!
babyindigo #2
aaaahhhh >.<
makasih komentarnyaaa :DD
ini bisa jadi introspeksi buat fanficku selanjutnya :DD
jeongmal gamsahamnidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa xoxoxoxoxo
yutarou #3
saya komen menggunakan b.indonesia saja ya...
sebenarnya saya sudah sangat lama dan tidak terbiasa membaca straight fic, bukan berarti saya anti straight fic, hanya saja saya saya lebih suka sho-ai fic...
fokus cerita ini sebenarnya irin kan? saya rasa kurang tepat jika anda mengatakan bahwa ini cerita tentang dongwoon...
perjuangan irin agar bisa membiayai pengobatan ibunya memang bagus, walau dengan cara seperti itu. untungnya dia bisa mendapat lelaki yang baik.
menurut saya,karakter dongwoon di sini sesuai dan karakter kikwang juga terasa keceriaannya...
mengenai bahasa, saya berkomentar tentang satu hal saja, anda cukup menulis 'ibu dongwoon' daripada 'ibunya dongwoon'...
maaf jika komentar saya kurang menyenangkan dan menyakiti hati anda...
hwaiting...
babyindigo #4
this is fanfics in Indonesian. thank you for every who have read this :)) terima kasih..
and for reader under 18, keep away from chap 13 & 14, it's rated M. i've warned you guys ;)