#16

Contract Girl [in indonesian]

 

Irin merasakan lututnya sudah tidak sanggup menahan berat bebannya. Diapun jatuh bersimpuh, Dongwoon mensejajarkan badannya dengan Irin. Dia merengkuh wajah Irin yang bersimbah air mata, mengusapnya lembut dengan ibu jarinya.

“maafkan aku oppa, aku sudah berb-bohong padamu…”

“katakan Irin-ah, aku akan mendengarkan penjelasanmu.” Dongwoon memberiikan senyum hangat yang meyakinkan Irin untuk meluapkan isi hatinya.

“aku-aku menggunakan uangmu untuk biaya operasi.” Irin kembali menangis mengingat kenyataan yang sudah dilaluinya.

“operasi siapa?” Dongwoon berusaha sebisa mungkin untuk tidak menunjukkan nada yang menuntut pada kalimatnya.

“uri eomma.” Hati Irin terasa sesak ketika mengingat ibunya.

“ibumu?” dongwoon ingin memastikan sekali lagi, dan Irin mengangguk pelan.

“bagaimana keadaannya sekarang?” Dongwoon menatap mata Irin dan terlihat kesedihan yang teramat besar pada tatapan mata Irin.

“dia-dia sudah pergi.” Irin menatap lantai dengan pandangan nanar dan air matanya terus mengalir dengan derasnya.

Dongwoon langsung menarik Irin ke dalam pelukannya. Dia memeluk Irin seerat mungkin. Dapat dia rasakan bahwa Irin semakin meluapkan tangisnya dalam dadanya. Dongwoon mengelus rambut Irin dan mencium puncak kepalanya. Dongwoon mampu merasakan kesedihan Irin walaupun mungkin kesedihan itu tidak sebesar yang Irin rasakan.

Setelah dirasa Irin sudah lebih tenang, Dongwoon melepaskan pelukannya dan menatap Irin hangat.

“dimana ibumu sekarang? Apa masih di rumah sakit? Aku akan mengurus semua pemakamannya.” Ujar Dongwoon.

Irin menunjuk kearah guci kecil yang dia letakkan di atas meja makan. Dongwoon mengikuti arah jari Irin menunjuk. Dongwoon melihat Guci itu, dia tau apa pesan yang Ingin Irin sampaikan.

“besok aku akan ke sungai Han. Aku ingin menyebarkan abu eomma disana. Eomma sangat suka laut.” Senyum lemah tergurat di wajah pucat Irin.

Tiba-tiba ada sesuatu yang melintas di benak Dongwoon. Diapun segera berdiri dan mengambil Guci yang berisi abu dari jasad ibu Irin. Irin hanya bisa melihat apa yang akan Dongwoon lakukan, dia terlalu lemah walaupun hanya untuk berdiri.

Dongwoon mengeduk tanah pada pot berukuran sedang yang menjadi pajangan pada sekat antara dapur dan meja makan. Pot bunga krisan yang sedang menguncup itu di gali Dongwoon tanpa alat apapun kecuali tangannya sendiri. Setelahterbentuk lubang mengelilingi bunga, Dongwoon membuka isi Guci dan menuangkan abu dari ibu Irin ke dalam lobang yang sudah digalinya dan kemudian menutupnya kembali.

Irin melihat segala yang Dongwoon kerjakan. Senyum kecil akhirnya terkembang pada bibir indahnya. Dongwoon menghampiri Irin.

“biarkan ibumu didekatmu. Ibumu pasti juga akan bahagia jika bisa terus berada di dekatmu. Lihatlah bunga itu.” Dongwoon menunjuk bunga krisan yang masih menguncup itu.

“sebentar lagi mereka akan merekah indah. Dan keindahan itu akan bertambah sempurna karena ibunya juga berada diantara mereka.” Irin menatap Dongwoon penuh perhatian.

“aku tau, ibumu pasti lebih indah dari bunga krisan itu, tapi aku harap dengan cara ini kau akan tetap dekat dan mengingat ibumu serta seluruh kebaikan dirinya.” Dongwoon menatap Irin dengan senyum meyakinkan.

Irin menatap Dongwoon lekat-lekat. Dia baru menyadari begitu berharganya Dongwoon jika dia melepaskan pria yang begitu perhatian padanya. Irin bahagia dengan segala hal bodoh yang dilakukan Dongwoon untuk menyenangkan hatinya. Dia pun mengecup bibir Dongwoon perlahan dan memeluk Dongwoon.

“gomawo oppa. Gomawo.” Irin menenggelamkan wajahnya ke dada Dongwoon yang bidang dan hangat itu.

 

_________________________________________________________________________________________________________________________

Comment and subscribe is welcome :D

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
LS35879
#1
Wah bagus cerita nya!!
babyindigo #2
aaaahhhh >.<
makasih komentarnyaaa :DD
ini bisa jadi introspeksi buat fanficku selanjutnya :DD
jeongmal gamsahamnidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa xoxoxoxoxo
yutarou #3
saya komen menggunakan b.indonesia saja ya...
sebenarnya saya sudah sangat lama dan tidak terbiasa membaca straight fic, bukan berarti saya anti straight fic, hanya saja saya saya lebih suka sho-ai fic...
fokus cerita ini sebenarnya irin kan? saya rasa kurang tepat jika anda mengatakan bahwa ini cerita tentang dongwoon...
perjuangan irin agar bisa membiayai pengobatan ibunya memang bagus, walau dengan cara seperti itu. untungnya dia bisa mendapat lelaki yang baik.
menurut saya,karakter dongwoon di sini sesuai dan karakter kikwang juga terasa keceriaannya...
mengenai bahasa, saya berkomentar tentang satu hal saja, anda cukup menulis 'ibu dongwoon' daripada 'ibunya dongwoon'...
maaf jika komentar saya kurang menyenangkan dan menyakiti hati anda...
hwaiting...
babyindigo #4
this is fanfics in Indonesian. thank you for every who have read this :)) terima kasih..
and for reader under 18, keep away from chap 13 & 14, it's rated M. i've warned you guys ;)