#3

Contract Girl [in indonesian]

 

“Irin-ah, kenalkan ini temanku. Yoon Doojoon dan Son Dongwoon.” Yoseob memperkenalkan dua temannya kepada Irin.

“hai, Yoon Doojoon.” Pemain timnas korea selatan itu menjabat tangan Irin, irin membalas dengan senyuman.

“Son Dongwoon.” Lelaki tinggi, berhidung mancung, dan berbibir tipi situ memperkenalkan diri dengan senyum simpul.

“Song Irin imnida.”

“kalian mau minum apa? Biar aku ambilkan.” Irin dengan sopan menawarkan.

“ambilkan orange jus saja Irin-ah.” Irin mengangguk patuh.

 

Dongwoon POV

Kenapa dia patuh sekali? Yoseob hyung tidak memperlakukannya seperti pacarnya saja.

Aish! Kenapa aku repot-repot memikirkannya??

Tapi kenapa aku tidak melihat kemesraan diantara mereka yang seperti diberitakan??

Aigoo~ son dongwoon, sudah jangan campuri urusan orang lain.

-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-

Akhir-akhir ini doojoon dan dongwoon sering sekali main ke apartemen Yoseob kalau Yoseob sedang tidak ada jadwal. Menurut cerita Yoseob kepada Irin, mereka bertiga sudah berteman sejak SMA. Doojoon memutuskan untuk menjadi pemain sepak bola professional sedangkan dongwoon memilih untuk membuka coffe shop sebagai persiapan untuk meneruskan perusahaan ayahnya yang tersebar di seluruh asia.

Hari inipun sama. Mereka bertiga berkumpul diapartemen Yoseob. Doojoon terlihat basah keringat karena dia baru saja selesai pulang latihan fisik, sedangkan dongwoon sudah main game dari tadi lawan yoseob.

Kalau doojoon sudah datang, Yoseob akan melupakan dongwoon, dan dongwoon akan berakhir main game sendirian atau duduk di meja makan memandangi Irin yang sedang memasak. Dan untuk hari ini, pilihan yang terahir sedang dilakukan dongwoon.

Irin sedang mempersiapkan makan malam mereka. Menu kali ini sedikit banyak, tapi tidak terdengar keluhan sama sekali dari Irin. Dongwoon memandanginya, setiap gerakannya.

Dongwoon POV

Cantik. Apalagi ketika dia sedang memasak. Kenapa hyung justru sibuk dengan doojoon hyung kalau dia punya pacar secantik Irin. Dasar hyung aneh.

Irin memang cantik, tapi kenapa mukanya selalu tanpa ekspresi kalau disini. Setiap terlihat di infotainment dia selalu tersenyum. Apa dia punya dua kepribadian??

“sudah puas melihatnya??” perkataan Irin membuyarkan lamunan Dongwoon.

“eh? Ne??” Dongwoon jadi salah tingkah.

“kenapa kau melihatku terus dari tadi?? Kau suka padaku??” Tanya Irin langsung pada Dongwoon, dan tentu saja membuat dongwoon kaget.

“a-ani. Jangan bilang begitu, nanti yoseob hyung bisa cemburu padaku.” Dongwoon mencari alasan seadanya.

“tidak akan. Dia sedang bersenang-senang sekarang.” Jawab irin sembari melihat sekilas kearah yoseob dan doojoon yang sedang tertawa bersama sembari bermain tablet.

“Irin-ah. . . “ Dongwoon memanggil Irin.

“wae?”

“apa kau cemburu dengan doojoon hyung? Mungkin karena kedekatan mereka.” Dongwoon memberianikan diri bertanya.

“ani. Untuk apa aku cemburu? Tidak ada gunanya.” Irin menjawab dengan cuek.

“Irin-ah. . .” dongwoon memanggilnya lagi, sedangkan Irin sibuk memotong-motong daging sapi.

“mwoeyo?” sahutnya asal.

“kenapa wajahmu selalu tanpa ekspresi? Kenapa tidak senyum? Atau cemberut? Kan aku jadi tidak tau kau ini sedang senang atau sedang sebal.” Dongwoon menghampiri Irin ke dapur dan membantu mencuci sayuran.

“pilihan terakhir.” Jawab Irin yang masih focus memotong daging.

“eh? Terakhir? Kau sedang sebal? Wae? Wae? Waeyo?” Dongwoon sekarang sedang menatap Irin dengan penuh rasa penasaran.

“sebal karena kau terlalu banyak bertanya. Bisa tidak kau duduk saja di meja makan, tunggu masakanku matang?” jawab Irin ketus, (masih) dengan muka tanpa ekspresi.

“aish, kau ini.” Dongwoon dengan muka sebal duduk kembali ke meja makan menunggu Irin selesai memasak.

-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-

“Irin-ssi, sebaiknya dalam minggu ini ibumu segera dioperasi. Karena aku melihat persebaran penyakitnya semakin meningkat.”

“apa harus minggu ini dok? Apa tidak bisa 2 minggu lagi?”

“kami, tim dokter, ingin segera memberisihkan ibumu sehingga beliau bisa cepat sembuh dan bisa segera pulang. Ini sudah pilihan yang tepat menurut kami.”

“baik, kalau itu memang menurut dokter jalan yang terbaik. Memangnya biayanya berapa dok?”

“sekitar 6500 dolar. Itu sudah termasuk obat dan biaya pemulihan.”

“baik dok, akan saya usahakan.”

-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-

Irin POV

6500 dolar? Harus pinjam dari mana? Mungkin aku bisa meminta gaji lebih awal untuk 6 bulan ke depan ke yoseob oppa, tapi kan kontrakku hanya tinggal 1 bulan lagi. Heuff, aku harus mencari pekerjaan lain.

 

_________________________________________________________________________________________________________________________

Comment and subscribe is welcome :D

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
LS35879
#1
Wah bagus cerita nya!!
babyindigo #2
aaaahhhh >.<
makasih komentarnyaaa :DD
ini bisa jadi introspeksi buat fanficku selanjutnya :DD
jeongmal gamsahamnidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa xoxoxoxoxo
yutarou #3
saya komen menggunakan b.indonesia saja ya...
sebenarnya saya sudah sangat lama dan tidak terbiasa membaca straight fic, bukan berarti saya anti straight fic, hanya saja saya saya lebih suka sho-ai fic...
fokus cerita ini sebenarnya irin kan? saya rasa kurang tepat jika anda mengatakan bahwa ini cerita tentang dongwoon...
perjuangan irin agar bisa membiayai pengobatan ibunya memang bagus, walau dengan cara seperti itu. untungnya dia bisa mendapat lelaki yang baik.
menurut saya,karakter dongwoon di sini sesuai dan karakter kikwang juga terasa keceriaannya...
mengenai bahasa, saya berkomentar tentang satu hal saja, anda cukup menulis 'ibu dongwoon' daripada 'ibunya dongwoon'...
maaf jika komentar saya kurang menyenangkan dan menyakiti hati anda...
hwaiting...
babyindigo #4
this is fanfics in Indonesian. thank you for every who have read this :)) terima kasih..
and for reader under 18, keep away from chap 13 & 14, it's rated M. i've warned you guys ;)