#5

Contract Girl [in indonesian]

 

Duduk di pinggiran toko 24 jam dengan rokok di tangan kiri dan sekaleng minuman beralkohol di tangan lainnya. Ya, itu Song Irin. Dia terlihat berantakan, lusuh. Pikirannya melayang kemana-kemana mencari cara bagaimana mendapatkan uang untuk biaya operasi ibunya.

Dia menghisap rokoknya lagi. Menghembuskan asapnya dengan hembusan panjang. Terlihat dari sudut matanya ada seseorang yang berlari-lari kecil menghampirinya.

“kau disini rupanya.” Suara itu, Itu Son Dongwoon.

“dongwoonie oppa?” irin berusaha melihat pria itu dengan jelas, karena dengan kaleng minuman beralkoholnya yang kelima membuat penglihatannya sedikit kabur.

“apa yang kau lakukan disini?” Dongwoon duduk di samping Irin.

“justru aku yang bertanya, apa yang kau lakukan disini?” balas Irin ketus.

Irin kembali menghisap rokoknya, menghembuskan asapnya keatas. Dongwoon tidak sabar melihat perilaku Irin yang seperti ini. Dengan cepat dia merampas rokok dari tangan Irin dan menginjaknya di tanah.

“apa separah itu masalahmu sampai kau harus merusak tubuhmu dengan rokok dan alcohol?” dongwoon menatap mata Irin tajam.

Tapi Irin tidak peduli. Dia memberiikan senyum sinisnya, kemudian meneguk kaleng birnya.

“dalam minggu ini aku harus dapat uang 6500 dolar. Darimana aku bisa dapat uang sebanyak itu?” dia tersenyum sinis sembari melihat mobil yang berlalulalang.

“sedangkan kontrakku dengan Yoseob oppa akan selesai 2 minggu lagi. Aku harus bagaimana?” Irin menyandarkan kepalanya yang berat.

“kontrak? Kontrak apa?” dongwoon bingung.

“memangnya yoseob oppa tidak memberiitahumu?” Irin menatap dongwoon datar.

Dongwoon menggeleng dengan polosnya.

“Yoseob oppa menjadikan aku pacar kontrakannya selama 2 bulan ini. Dia membayarku setiap minggunya. Di luar aku sebagai pacarnya, tapi ketika sudah di dalam apartemen aku memberisihkan, memasak, mencuci, menyetrika, dan melakukan pekerjaan rumah lainnya.” Jawab Irin sembari memasang senyum bodohnya, karena dia sudah setengah mabuk selesai meneguk setengah kaleng bir yang baru dibukanya.

“sudah berhenti minumnya.” Dongwon merebut kaleng bir dari tangan Irin dan melemparnya asal.

“kenapa kau setuju?” dongwoon kembali memandang Irin yang sedang memicing-micingkan matanya, berusah untuk melihat bis yang melintas.

“uang.” Irin menoleh ke Dongwoon dengan senyum meremehkan.

“aku butuh uang. Banyaaaaaak sekali.” Dengan setengah mabuk Irin membentangkan tangannya, tanda untuk menggambarkan jumlah yang sangat besar, seperti anak TK.

“kalau saja ada yang mau mengontrakku dengan bayaran 65oo dolar untuk minggu ini, aku akan memberiikan apapun yang dia mau. Kalau perlu, keperawananku akan aku berikan.” Lanjut Irin sembari menatap Dongwoon dan mengakhirinya dengan senyuman bodohnya lagi.

Tiba-tiba Irin terjatuh. Dia terlalu mabuk untuk melanjutkan perbincangannya dengan Dongwoon. Dongwoon melihatnya penuh iba. Dongwoon menggendongnya dibelakang menuju apartemen Yoseob.

Dongwoon POV

Kau lebih muda dariku. Tapi beban hidupmu lebih berat dariku. Aku piker menjadi pewaris perusahaan besar adalah suatu tanggung jawab yang besar, tapi melihatmu seperti ini aku sekarang tau kalau tidak hanya aku yang mempunyai masalah berat.

Heuh, seberat apa masalahmu Irin-ah? Sampai-sampai kau rela menjual keperawananmu. Aku tidak rela kalau kau sampai menjual keperawananmu. Jangan Irin-ah, jangan.

 

_________________________________________________________________________________________________________________________

Comment and subscribe is welcome :D

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
LS35879
#1
Wah bagus cerita nya!!
babyindigo #2
aaaahhhh >.<
makasih komentarnyaaa :DD
ini bisa jadi introspeksi buat fanficku selanjutnya :DD
jeongmal gamsahamnidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa xoxoxoxoxo
yutarou #3
saya komen menggunakan b.indonesia saja ya...
sebenarnya saya sudah sangat lama dan tidak terbiasa membaca straight fic, bukan berarti saya anti straight fic, hanya saja saya saya lebih suka sho-ai fic...
fokus cerita ini sebenarnya irin kan? saya rasa kurang tepat jika anda mengatakan bahwa ini cerita tentang dongwoon...
perjuangan irin agar bisa membiayai pengobatan ibunya memang bagus, walau dengan cara seperti itu. untungnya dia bisa mendapat lelaki yang baik.
menurut saya,karakter dongwoon di sini sesuai dan karakter kikwang juga terasa keceriaannya...
mengenai bahasa, saya berkomentar tentang satu hal saja, anda cukup menulis 'ibu dongwoon' daripada 'ibunya dongwoon'...
maaf jika komentar saya kurang menyenangkan dan menyakiti hati anda...
hwaiting...
babyindigo #4
this is fanfics in Indonesian. thank you for every who have read this :)) terima kasih..
and for reader under 18, keep away from chap 13 & 14, it's rated M. i've warned you guys ;)