*Dunia Manusia*

Malam ini kami isi dengan tawa canda. Semua orang yang berkumpul secara bergantian bercerita mengenai kesehariannya. Ketika satu orang tengah bercerita, yang lainnya mendengarkan dan menimpali di waktu yang tepat. Selain itu, masakan ibu Dongwoo sangat enak. Sudah sangat lama aku tidak merasakan masakan yang dibuat oleh sosok seorang ibu. Biasanya aku dan Sungjong hanya membeli makanan siap saji. Walau kami tahu itu tidak baik, tetapi kami tidak memiliki pilihan lain.

Selang setelah makan malam berakhir, Woohyun pamit pulang karena esoknya dia harus pergi ke suatu tempat. Awalnya Sunggyu merasa kecewa akan kepulangan Woohyun karena setelah mengetahui aku akan menginap, Sunggyu berharap Woohyun pun dapat menginap. Namun, penjelasan Woohyun akhirnya dapat membuat Sunggyu merasa tenang dan tersenyum kembali.

”Hoya, malam ini kau tidur bersamaku. Bagaimana? Kita dapat bercerita banyak hal. Pasti menyenangkan!” ucap Sunggyu padaku.

”Wah...anak ibu yang merajuk sudah kembali seperti semula rupanya. Ibu tidak ingin kau mengganggu tidur Hoya, jadi Hoya akan tidur di kamar tamu, tetapi sebelum itu ada beberapa hal yang harus ibu bicarakan dengan Hoya. Jadi, Hoya akan ke kamar tamu setelah pembicaraan kami selesai. Ok sayang?” tanya ibu Dongwoo sembari mengelus pelan kepala Sunggyu penuh kasih.

”Ehem...tapi sebelum itu, aku ingin meminjam Hoya sebentar. Boleh kan, Bu?” tanya Dongwoo sembari menarik tubuhku ke rangkulannya. Ibu Dongwoo menjawab dengan anggukan.

Dongwoo mengajakku ke taman belakang rumah. Di taman ini banyak mawar hijau. Selain itu, ada beberapa bunga dengan warna cantik dan wangi yang menenangkan. Dongwoo mengajakku duduk di sebuah bangku yang menghadap ke arah kumpulan mawar hijau.

”Bunga-bunga di sini sangat indah.” ucapku setelah duduk di atas bangku bersama Dongwoo.

”Ibuku sangat menyukai bunga. Kau lihat kumpulan bunga di sudut itu?! Itu adalah kumpulan bunga yang didapat setelah ibu melakukan beberapa percobaan.” Hening sesaat muncul di antara kami. ”Hoya, percayalah suatu saat nanti aku akan membawakan bunga biru padamu. Aku akan menepati janjiku padamu.” Sambung Dongwoo sembari menatap mataku.

Malam yang tenang membuat suasana semakin menenangkan. Kusenderkan kepalaku ke bahu Dongwoo. Rasanya sangat nyaman dan hangat. Tak lama Dongwoo pun menyenderkan kepalanya di atas kepalaku. Entah siapa yang memulai, tetapi kini kami saling menggenggam tangan satu sama lain.

”Kau tahu Dongwoo?! Kemarin aku membeli buku yang berisi mengenai macam-macam bunga. Di buku itu pun terdapat beberapa taman. Sangat indah.” ucapku memecah keheningan yang sebelumnya tercipta.

”Kau, benar-benar suka bunga ya?”

”Hmm...sebenarnya aku lebih suka janji yang kau ucapkan. Bukankah sejauh ini janji kita seputar bunga?!”

”Hehehhhehehe...kau benar. Sejauh ini janji kita seputar bunga, tetapi aku pun berjanji akan mengajakmu ke pantai. Jangan lupakan itu! Hoya, kau tidak akan meninggalkanku kan?”

Deg... ’Andai aku manusia yang tinggal di dunia ini. Tentu aku tidak akan kesulitan menjawab pertanyaan itu.’

”Hoya...!” seru Dongwoo.

”Tentu Dongwoo. Aku tidak ingin meninggalkanmu. Aku ingin selalu berada di sisimu.” Jawabku sembari mengeraskan genggaman tangan kami berdua dan berharap apa yang aku ucapkan dapat menjadi kenyataan.

”Aku pun tak akan meninggalkanmu Hoya. Pasti! Aku menyukaimu. Aku menyayangimu. Aku mencintaimu. Dan aku ingin hidup bersamamu. Ouh iya Hoya, aku punya hadi