"Baek Yerin!"
Emosi Amber tak bisa lagi terbendung. Ia menarik perempuan di depannya itu dan menatapnya laamt-lamat.

"Apa?" Balas Yerin sinis.
"Apa yang kita lakukan malam itu?"

Pertanyaan Amber membuat Yerin terkekeh. Sambil mengalungkan kedua tangannya di leher Amber, ia balas berbisik.

"Kalau lupa, direktur Pak? Ups, bukan direktur lagi, ya. Maksudku, Amber--"
"Jawab dengan cepat karena kita sedang berada di lift."

Kemudian pintu lift terbuka, beruntung tidak ada yang melihat--Amber menekan tombol lift dan menutupnya kembali.

"Kita bercinta malam itu, sewaktu kau mabuk"

"Bagaimana mungkin bisa? Kau tidak datang ke acara itu--"

"Oh, kebetulan aku datang belakangan. Kau sudah mabuk dan minta macam-macam padaku. Kau lupa, bodoh! Buka pintu lift dan biarkan aku keluar!"

Amber  kurang puas dengan jawaban Yerin. Tidak mungkin! Meskipun mabuk aku tidak mungkin sebodoh itu menidurinya!

"Hei, Yerin. Jawablah dengan jujur--bagaimana kita bisa bersama malam itu? Kau? Kau menjebakku kan?"

Merasa Amber tahu ada yang tidak beres, Baek Yerin pura-pura tak peduli dan bersikeras keluar dari lift.

"YERIN...."

Suara berat khas Amber mulai keluar. Perlahan, dengan lembut kedua pundak Yerin ia dorong hingga stuck ke belakang.

"Am-amber."

Yerin menutup kedua matanya, napas Amber bahkan berhembus melewati wajahnya.

"Amber, jangan main-main denganku! Jika lift ter