Krystal dan Amber saling berpandangan. Keduanya tidak berbicara, saling menatap satu sama lain dengan pikiran masing-masing.
Wendy yg melihat keduanya bersitegang hanya duduk manis, menunggu kakak dan calon-kakak-ipar nya itu utk angkat bicara.

Apa mereka sedang bisu?

Krystal menyilangkan sebelah kakinya dengan gusar. Kedua matanya masih saja melirik ke arah laki-laki tampan yg sudah ia akui sebagai kekasihnya. Terlihat jelas di wajahnya ia berusaha untuk tidak gugup.

Menunggu waktu yg sangat lama, Amber memutuskan untuk lebih dulu bicara.

"Aku bahkan tidak menyuruhmu datang ke kantorku... hum..."

Amber melepas jaket mahalnya dan menaruh tepat di sisi sofa.

Mendengar ucapan Amber yg begitu menyebalkan, Krystal menarik tubuhnya dan langsung berteriak.

"Kenapa kau bersikap seolah-olah aku memaksamu?! Bukannya kau yg lebih dulu datang padaku dan memintaku untuk menikah denganmu? Ouh, daebak! Dan skrg kau menyalahkan aku krn datang ke kantormu? Lihat! Aku menyelamatkan dirimu dari desakan ayahmu..ish.... lihat dengan mata kepalamu, direktur Park! Kau bisa menghindari perjodohan karena aku."

Amber merasakan telinganya mulai bising. Suara Krystal yg tengah mengamuk memang terdengar mengerikan.

"Kau sudah menolak tawaranku. Kalau sudah menolak--yasudah. Kenapa harus datang dan mengaku seperti itu di depan ayahku?"

Oush, God. Direktur gila ini hobi sekali membuat keributan.

"OH, BEGITU. Memangnya kau sudah punya calon istri?"

Krystal melipat kedua tangannya dengan santai. Membuat Amber semakin ngeri karena Krystal lebih seram dari yg ia duga.

"Nah kan! Lalu kenapa terlihat menyesal aku yg jadi calon istrimu?"

"Memangnya kita akan menikah?"

Ucapan Amber membuat Krystal terkejut. Ia merasa dirinya yg lebih memaksa pernikahan ini di lakukan.

"Hanya memastikan aku punya kekasih. Um... sebenarnya seperti itu... tapi kalau harus menikah.. apa boleh buat, aku tidak akan menolak jika istriku adalah kau."

Sahut Amber sambil terkekeh. Ia menarik poni pendeknya ke belakang dan membuat wajahnya semakin tampan.
Melihat hal itu Krystal langsung terpana. Namun ia segera menghentikan raut kagumnya dan menoleh ke arah Wendy.

"Wendy, sudah kau siapkan?"

Wendy yg sedaritadi menunggu dengan sabar hanya mengangguk. Ia bahkan tidak mengerti mengapa harus ikut campur dengan urusan yg menurutnya terlalu rumit.

"Aku tidak peduli dengan semua pikiran anehmu, direktur Park."

Krystal mwngeluarkan sesuatu dari amplop besar, dan menunjukkan pada Amber.

"Kau melakukan ini karena tidak mau di jodohkan. Dan aku.. yaps.. aku juga tidak mau di jodohkan. Kita menikah--secara kontrak--dalam jangka waktu yg cukup untuk kemudian ...cerai."

Krystal nampak frustasi. Namun ia tidak punya pilihan lain selain ini.

"Kau mau jadi janda Park Amber?"

Amber meletakkan dagunya, memasang wajah se-imut mungkin di depan Krystal.

"Aku tidak peduli, just marry me and close ur mouth...."