"Apa? Apa kau bilang?"

Krystal mengulangi kalimatnya dengan bingung. Entah berapa kalinya ia mondar-mandir dari kursi kantornya, pernyataan Amber membuat dahinya berkerut.

"Membatalkan pernikahan kau bilang? Why? Apa aku menyalahi aturan? Pernikahan ini di lakukan secara kontrak, direktur Park. Ayolah!"

Amber mengamati perempuan di depannya dengan datar.

"Katakan padaku. Apa yg membuat kau membatalkan pernikahan kontrak ini secara pihak?"

"Krystal, aku akan membayar kerugian dari pembatalan kontrak ini....."

"Hei! Ini bukan masalah kerugian atau semacamnya. Kau dan aku sudah resmi bertunangan. Lihat ini? Lihaat?"

Krystal menarik tangan Amber dan menunjuknkan cincin di jari manisnya.
Kemudian dengan setengah berteriak ia kembali memaksa Amber untuk menajwab pertanyaannya.

Mengapa kau membatalkan pernikahan ini secara mendadak, bodoh?

"Ummmm....."

Amber melipat bibirnya dengan imut. Dengan santainya ia menjawab..

"Umm..aku takut kau tidak mau kuceraikan."

Mendengar jawaban Amber yg terkesan ngawur dan asal-asalan, Krystal melotot geram dan balas berteriak,

"Jangan sembarangan menuduhku, bodoh!"

"Kau belum jadi istriku tapi sudah berani mengumpat, pft."

Sergah Amber dengan helaan nafas.
Krystal urung memukul calon-suami nya itu dan tersenyum.

"Direktur Park yg terhormat. Jangan mempermainkan hidup dengan seenak jidatmu. Kita melakukan ini karena sebuah kesepakatan. Aku tidak mengerti alasan sebenarnya... tapi pikirkan baik-baik tentang pernikahan ini dan segera ceraikan aku. Ok?"

Amber mendongak menatap Krystal yg menghampiri dirinya lebih dekat. Sambil merapatkan jasnya yg mulai panas, Amber tersenyum se-manis mungkin sampai Krystal tak mampu berkedip di depannya.

"Baiklah. Ok."

Setelah mengatakan itu Amber berdiri. Ia bersiap-siap untuk bergegas ke kantor pusatnya.
Krystal menepis semua lamunannya dan kembali bertanya..

"Kau melupakan rencana pembatalan pernikahan kita dan bersedia menikahiku?"

Pertanyaan macam ini?

Krystal memaki dirinya sendiri karena menanyakan hal yg menurutnya sangat memalukan.

"Karena kau memaksa..apa boleh buat..."

"Hei! Aku tidak memaksa. Aku hanya mematuhi kesepakatan."

"Selama peraturan tidur satu ranjang tanpa melakukan apapun bisa kau hapus, mungkin aku bisa memberikan kau jawaban yg lebih pasti."

Krystal buru-buru memukul Amber dan menyuruhnya keluar dari ruangan.
Ia tidak mengerti mengapa calon-suami-pernikahan-kontrak nya itu lebih sering datang ke kantor.
Membuat para pegawai dan direksi lainnya membicarakan hal ini.

'Apakah bermula dari pertemuan di hotel mereka mulai jatuh cinta?' Omong kosong! Dasar pegawai tukang gosip.

"Tidak perlu menanggapi respon kakekku yg berlebihan. Abaikan saja kalau kau merasa risih."

Krystal buru-buru menggelengkan kepalanya,

"Tidak apa. Aku tidak merasa keberatan dengan hal ini."

Setelah mengantar Amber tepat di depan pintu, Krystal mulai menarik tangan Amber dan membisikkan sesuatu di telinganya.
Oranh yg melihat mereka bersikap seperti itu tidak akan merasa curiga, karena mereka sudah resmi bertu