DBBHS Days: Ekskul

Dong Bang Boarding High School: Dorm number 13

Jaejoong memandang bahan-bahan yang disiapkan guru mereka, Kim Ryeowook. Lalu dia terbelalak waktu tahu satu benda gak ada di situ.

“Coklat putihnya mana???”

Yunho menunjuk Changmin yang berdiri di sebelahnya yang juga mengamati bahan yang ada di meja, sambil makan sebatang coklat putih. Dia menoleh ke arah maknae itu.

“Changmin ah! Kok kamu makan sih?” tanya Yunho.

“Emang kenapa?”

“Kita kan mau bikin tumis daging!”

“Apa hubungannya sama coklat hyung?”

Yunho diam sejenak, lalu menoleh ke arah Jae. “Jae, coklatnya buat apa?”

“Aku laper Ho, belum sarapan tadi pagi. Maunya aku makan coklat itu.”

~~~

Daesung yakin pensilnya Yoochun bisa patah kalau terus digenggam sama pemiliknya tanpa ampun. Belum lagi suara geraman Yoochun yang mirip geraman anjing bulldog kena rabies.

“Yoochun ah...”

“Apa?”

“Kamu kenapa sih?”

“Aku gak ada ide nih!”

“Kalo gitu kamu tulis apa yang ada di pikiranmu aja, jangan pikir apa yang bakal kamu tulis. Apa aja yang sesuai sama pikiranmu.” Daesung kembali melanjutkan syair di kertasnya yang baru setengah jadi.

Apa yang ada di pikiranku?

“AKU TAHU!!!” seru Yoochun, mengangetkan semua anggota klub penyair berikut gurunya. Dia nyaris menusukkan pensilnya ke kertas malang di atas meja dan mulai menulis.

~~~

“Ah! syair karyanya Chunnie!” seru Junsu saat akan menempelkan salah satu hasil karya klub penyair di majalah dinding. Eunhyuk menoleh dan memandang selembar kertas putih yang nyaris kosong di tangannya Junsu. “Wow! Keren banget! Chunnie hebat deh!”

“Emang gimana isinya? Bacain dong Su!” seru Donghae.

“Oke!” Junsu berdehem sebentar, lalu dengan gaya orang mau deklamasi dia memegang kertas tadi dan memandangnya degan serius. Teman-temannya juga berhenti sejenak dari kegiatannya masing-masing.

“Blank. Oleh Park Yoochun.”

Hening sejenak. Beberapa menit kemudian Eunhyuk mulai memandang Junsu dengan aneh. “Su, kamu baru baca judulnya.”

“Aku udah selesai baca Hyukkie. Isinya blank, oleh, Park, dan Yoochun. Keren kan?”

~~~

 “Hyung...”

“Apa?”

“Kenapa kamu nangis hyung? Kamu kan lagi ngiris bawang, bukan nonton film Titanic.” Changmin memandang Jae dengan aneh.

Jae mengabaikan kata-kata si maknae. Tiba-tiba ada tangan yang memegang tisu dan mengusap air matanya. Dia menoleh dan langsung menatap Ryeowook.

“Yah, kalau kamu gak bisa nahan air matamu nanti masakanmu jadi keasinan!” omelnya. “Jung Yunho! Kalau dagingnya udah selesai kamu iris, bantuin Jaejoong biar garam dari air matanya gak merusak rasa masakan kalian.” Ryeowook membuang tisu tadi ke sebuah tempat sampah. “Dan pakai tisu baru!”

Kejam.

Jaejoong lanjut mengiris bawang, kali ini bawang putih. Tapi setelah mengiris delapan butir bawang merah tadi, air matanya masih belum mau hilang. Ditambah satu bawang bombay, matanya sekarang pedih plus berair banget.

Setelah beberapa saat...

“Sudah?”

“Iya,” jawab Jae. Tiba-tiba satu tangan mengangkat kepalanya dan lagi-lagi tisu mengusap wajahnya. Kali ini pelakunya adalah Jung Yunho.

“Yah, katanya Ryeowook sshi kita boleh pakai kecap buat masak nanti. Tapi aku gak tau apa-apa, jadi gimana nih?” tanya Yunho sambil terus menngusap wajah Jae dengan lembut. Jae melongo memandang Yunho yang ternyata kelihatan lebih ganteng dari dekat.

“Yah!”

Jae masih melongo.

“Jae, kita pakai kecap gak? Mumpung kecapnya belum habis dimakan sama Changmin!” seru Yunho, ngaco.

Lalu terdengar seruan Changmin, “Aku gak makan kecap hyung! Yang tadi itu saus tiram dan rasanya gak enak!”

Yunho mengabaikan si maknae. Pandangannya sekarang bener-bener fokus ke cowok cakep di depannya yang bernama Kim Jaejoong. Tangannya berhenti bergerak, tapi gak dia singkirkan dari wajahnya Jae.

Kalau dia menangis seperti ini gara-gara sebab lain, apa aku bisa mengusap air matanya seperti ini?

Changmin yang bertugas menumis bumbu sedang membawa sepiring kecil bahan yang akan ditumis dan melewati Yunjae yang sedang mengadakan kontes menatap. Dia berhenti sejenak di dekat mereka. Dia memandang kedua hyungdeulnya itu satu-satu dengan aneh.

“Jae hyung, kamu udah gak nangis lagi kan? Daun bawangnya belum diiris nih!”

Dia menoleh ke Yunho. “Yunho hyung, kamu baru ngiris daging kan? Udah cuci tangan belum?”

~~~

Yoochun keluar perpustakaan bareng Daesung. Mereka yang keluar terakhir karena harus beres-beres buku-buku yang dipakai sama teman-teman mereka sebagai hukuman atas syairnya Yoochun yang sangat ‘bagus’. Sebagai kawan setia, Daesung pun ikut bantuin dia.

“Yoochun ah, aku kan udah bilang jangan pikir apa yang harus kamu tulis, tapi tulis apa yang kamu pikir!”

“Emang. Tadi pikiranku ngeblank. Jadi bener kan aku nulis itu?”

Baru Daesung mau jawab, muncul suara lengkingan yang gak asing di telinga Yoochun.

“Chunnie!!!!”

Daesung sampai harus tutup telinga karena gak tahan denger suara di atas lima oktaf itu.

“Junsu ah!!!!” Ternyata si Yoochun juga gak mau kalah.

Keduanya lari-lari ke arah satu sama lain persis kayak di film-film India. Dan kali ini tetep gak ada lagunya.

Lalu Yoochun berhenti, kedua tangan direntangkan, dan langsung si Junsu memeluk dia.

“Syairmu keren banget deh Chunnie! Aku bangga banget sama kamu!!!”

Daesung memandang kedua pasangan itu dengan aneh sambil berjalan mendekati mereka. “Keren? Isinya cuma satu kata.”

“Dan syair itu kereeen banget!” Tanpa ragu Junsu mencium pipi pacar barunya. “Aku sayang Chunnie!”

Daesung menggeleng. Pantes aja dari tadi dia berpikir kedua orang ini cocok. Mereka sama-sama aneh.

“Hehe, siapa dulu dong yang bikin?”

Mereka enggak menghiraukan Daesung yang masih memandang mereka dengan aneh. “Ehem, Yoochun ah, katanya kita mau makan di tempat kesukaanmu. Di mana?”

Junsu mengerucutkan bibir. “Dia bilang gitu? Kok aku gak diajak?”

“Kamu aku ajak dong Su, kalo gak, aku sama Dae gak bisa pergi.” Yoochun tersenyum. “Karena tempat kesukaanku adalah tempat dimana ada kamu...”

~~~

“Hyung, kalian gak pulang?” tanya Changmin sambil makan tumis daging hasil masakan mereka tadi. Yunjae menggeleng sama-sama. “Kenapa?”

“Badminton. Kamu pulang dulu aja,” kata mereka bersamaan.

~~~

“Tadi malam aku mimpi buruk,” kata Yoochun yang merengut sambil mengaduk-aduk minumannya dengan sedotan. Junsu mengerucutkan bibir sementara Daesung penasaran. Jarang-jarang Yoochun ngomong beginian.

“Ah, mimpinya gimana Chunnie?” tanya Junsu.

“Ada Jae hyung, Yunho hyung, aku, sama Changmin. Kita lulus dari sekolah ini dan lanjut ke universitas keren di Inggris.”

“Emang itu mimpi buruk?” tanya Daesung.

“Iya...” Yoochun menoleh ke Junsu dan tersenyum. “Karena dalam mimpiku itu gak ada kamu...”

 

A/N: Yakin banget aku, pasti banyak readers yang benci aku sekarang karena gak update lama banget dan balik lagi dengan chappie ini. Aigo!!! Maaf!!! Masih writer’s block nih… >.<

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
keyhobbs
#1
Chapter 26: Hahaha...bener deh ini, tapi dari semua aku paling suka pas junsu sma yoochun akting jadi mayat lumba-lumba pake saos:D
kjjjyh #2
Chapter 2: Sejak kapan muka kyu uda bapa-bapa mukannya aja masih unyu" wkwk
kjjjyh #3
Chapter 1: Yang jae paling jleb wkwk. Masa rank saty dari bawah jadi bisa masuk 10 besar dari berapa murid?? 15? Wkwkw
kjjjyh #4
Suara junsu ga baik untuk kesehatan???! Wkwkw
carissawhite #5
Chapter 26: huaaaa, changmin ngegombal. ugh, I feel like vomit but want to laugh out loud.
carissawhite #6
Chapter 25: eyyy, gak bs bayangin tingkah ny yunjae yg dh jadian,. haha, gaje tp lucu. keep up the gaje work :D
carissawhite #7
Chapter 22: sian chunie, agk serem bayangin apa yg dilakukan voldemin pada ny.
tp yunjae emg kelewat lemot y.
carissawhite #8
Chapter 21: si jae psti mw blg yeobo, tp dasar yoochun dtg d saat yg salah, *geleng2*
carissawhite #9
Chapter 17: heechul ama noona ny jae klop amat y nyuruh yunjae bwt anak, wkwkwkwk
carissawhite #10
Chapter 18: banget gaje ny, tp suka.humor ny, hehehe.