Kemasi Barang-Barangmu Buat Besok

Dong Bang Boarding High School: Dorm number 13

“Peringkat 10 besar?” ibu Jaejoong langsung memeluk anaknya itu dengan bangga begitu selesai membaca hasil ujian anaknya. Jaejoong senyum-senyum bangga. “Kamu hebat banget Jaejoong! Dulu kamu rangking satu di kelas dan sekarang kamu rangking 10 besar di ujian?”

Rangking satu? Jaejoong mau membetulkan kata-kata ibunya, tapi ibunya buru-buru bilang, “Rangking satu dari bawah maksud ibu.”

“...”

“Omong-omong, kamu sekarang kemas-kemas ya. Besok kamu pergi ke Seoul.”

“Eh?”

“Kamu akan sekolah di sekolah asrama.”

“MWO?”

“Iya, biar kamu mandiri nak. Kamu kan udah 16 tahun.”

“Tapi—tapi—tapi—tapi—”

“Gak ada tapi-tapi. Lagipula kalau kamu sekolah di sekolah berasrama kamu kan bisa dapat teman baru baru enggak cuma dari satu kota.”

“Tapi—tapi—tapi—tapi—”

“Udah, sekarang siapin baju-bajumu buat di sana, alat tulis, buku-buku, alat masak, udah sana cepetan!” ibu Jaejoong bergegas meninggalkan anaknya buat masak di dapur. “Eh, jangan deh. Jangan bawa alat masak. Ayahmu mesti ngambek lagi kalo ibu minta panci baru. Udah sana!”

Jaejoong masih tergagap-gagap meski ibunya udah ngacir. “Tapi—tapi—tapi—tapi—tapi—tapi—tapi—tapi—tapi aku gak pernah mandi sama orang lain. Aku selalu mandi sendiri.”

~~~

Yunho barusan pulang jogging. Masih ngos-ngosan, dia liat orang tuanya lagi sibuk diskusiin sesuatu. Tapi dia gak penasaran sama sekali.

Ayahnya Yunho menoleh, menatap anaknya yang baru pulang. “Yunho ah,” ayahnya memulai pembicaraan. “Yunho ah, nilai ujianmu—”

“Peringkat 21?” sambung ibunya. Yunho mengangguk.

“Yunho, sesuai perjanjian, kalau nilaimu tidak masuk 10 besar sekolah lanjutan kamu adalah sekolah yang dipilih ayah sama ibu.” Yunho mengangguk lagi, masih cuek.

 “Karena itu, kamu akan melanjutkan ke DongBang Boarding High School. Kamu berangkat besok.”

Yunho mengangguk, tapi waktu ngerti apa maksudnya orang tuanya, dia terbelalak.

“Eh?”

“Ya, kamu berangkat besok.”

Yunho melongo.

~~~

“Yoochun ah...” ayah Yoochun memanggil anaknya dengan suara lirih. Tampangnya yang udah melankolis semakin terlihat menyedihkan. “Kamu dapat peringkat berapa di sekolah? Hasil ujiannya bagaimana?” tanyanya dengan suara lemas.

“Aku peringkat 13 di sekolah! Lumayan kan?” Yoochun menyeringai bangga. Tampang melankolis warisan ayahnya gak memberi pengaruh sama sekali sama sifatnya yang hiperaktif.

“Hmm... jadi ingat dulu. Ayah cuma bisa rangking 17...” katanya dengan lirih. Yoochun pura-pura gak dengar omongan ayahnya itu.

“Nanti aku lanjut ke sekolah mana yah?”

“Ayah dengar ada sekolah yang bagus di Seoul. Namanya DongBang Boarding High School. Kamu ke sana aja ya?”

“Eh? Sekolah berasrama?”

“Iya Chun... ibumu juga udah setuju.”

“Ricky juga ke sana?”

Ayah Yoochun menatap anaknya dengan tampang sedih. “Harusnya ibumu ngidam ikan laut waktu hamil kamu supaya kamu jadi cerdas. Tapi dia malah ngidam tongseng jadinya kamu kayak gini...”

“...”

“Ricky kan masih kelas satu SMP. Sekarang kamu siapkan barang-barang buat dibawa besok ya. Ayah mau merenung kenapa hidup itu tidak berwarna... bahkan rumput pun kelihatan abu-abu.”

“Heh?”

Emang appa sekarang buta warna ato apa? pikir Yoochun.

Lalu Yoochun baru sadar kalo ayahnya itu tadi lagi baca buku fotografi hitam putih.

~~~

“Junsu ah! Kamu mau lanjut ke SMA mana?” tanya Eunhyuk. Mereka barusan kelar latihan ngedance di studio punya cowoknya Eunhyuk, Donghae.

“Gak tau!” kata Junsu dengan riang, tersenyum lebar. Tapi kemudian senyumnya jatuh. “Eh, kalo aku gak tau mau lanjut ke mana aku harusnya senang ato sedih ya?”

“Aku sama Dongie mau lanjut ke DBBHS. Itu loh, Dong Bang Boarding High School”

“Oh.” Junsu merengut, tapi kemudian tersenyum lebar lagi. “Aku masih gak tau harus lanjut ke mana,” katanya, terkekeh-kekeh. Eunhyuk memandang Junsu kayak mandang orang pake sepatu di kepala.

“Su!” Donghae masuk ke ruangan itu, bawa surat. “Junho tadi ke sini. Dia bilang ayah sama ibumu pergi ke Jepang sampai minggu depan.”

Junsu melongo. “Mereka janji mau milihin sekolah buat aku. Kok sekarang malah pergi? Aku juga mau nitip belikan miniatur Menara Eiffel.” Dia merengut lagi.

Donghae memandang dia dengan bingung. “Kok Menara Eiffel?”

“Maksudnya Tokyo Tower chagiya,” kata Eunhyuk.

“Ah iya Hyukkie! Tokyo Eiffel!” kata Junsu dengan polosnya.

“...” susah ngomong sama Junsu.

“Bukan Junsu, Tokyo Tower, bukan Tokyo Eiffel,” kata Donghae dengan sabar.

“Tokyo Evil?” Junsu memandang Donghae dengan tampang horor. “Aku gak mau ke Tokyo lagi!”

Donghae menutup wajahnya dengan tangan. “Su ah, aku belum selesai ngomong kan tadi?”

“Belum...” Junsu merengut.

Donghae menarik nafas. Tapi kemudian dia lupa mau ngomong apa. “Eh? Aku sampai mana tadi?”

Eunhyuk memicingkan mata, merasa jadi satu-satunya orang yang waras di sini. “Orangtuanya Junsu ke Jepang.”

“Oh iya, hehe. Katanya kamu mau disekolahkan di Dong Bang Boarding High School. Besok kamu berangkat sama kita.”

“Oh...” Junsu mengangguk. Kemudian dia gak berkata-kata lagi. Eunhyuk sama Donghae agak kecewa sama reaksinya Junsu. ‘Mungkin emang dia gak mau satu sekolah sama aku,’ pikir Donghae. ‘Lagipula kita udah selalu satu sekolah sejak jaman Jurassic.’

Selama beberapa menit gak ada yang berkata-kata. Kemudian mata Junsu berkilat-kilat, tanda kalo dia lagi seneng. “Jadi aku satu sekolah sama kalian?”

“Iya Su. Kalo kamu gak mau juga—”

“Horeee!!!” Junsu loncat-loncat.

“Dia baru nyadar?” Donghae melongo.

Eunhyuk mengangguk. “Aku bener-bener gak percaya di ujian dia bisa rangking 5 se-sekolah...”

~~~

“Horeeee!!!”

Changmin melahap mi gorengnya, gak peduli sama sepupunya Leeteuk yang sorak-sorak gak jelas sambil megangin selembar surat. “Akhirnyaa!!!”

“Changmin ah!” Leeteuk mengacung-acungkan surat di tangannya tadi. “Dari ortumu!”

Yang diajak ngomong diem aja, masih sibuk makan mi.

“Mereka mau kamu nerusin sekolah ke SMA! Jadi...” dia narik nafas dalam-dalam. “Kemasin barang-barangmu buat pergi besok!”

Changmin menatap Leeteuk tanpa ekspresi. “Bilang aja kalo kamu gak mau aku di sini makan makananmu terus. Aku udah bisa cari uang, beli makan sendiri. To the point aja lah.”

Jleb.

 

A/N: Hiyaaa!!! Sedikit teaser buat fic baru ini :D Comment please :D

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
keyhobbs
#1
Chapter 26: Hahaha...bener deh ini, tapi dari semua aku paling suka pas junsu sma yoochun akting jadi mayat lumba-lumba pake saos:D
kjjjyh #2
Chapter 2: Sejak kapan muka kyu uda bapa-bapa mukannya aja masih unyu" wkwk
kjjjyh #3
Chapter 1: Yang jae paling jleb wkwk. Masa rank saty dari bawah jadi bisa masuk 10 besar dari berapa murid?? 15? Wkwkw
kjjjyh #4
Suara junsu ga baik untuk kesehatan???! Wkwkw
carissawhite #5
Chapter 26: huaaaa, changmin ngegombal. ugh, I feel like vomit but want to laugh out loud.
carissawhite #6
Chapter 25: eyyy, gak bs bayangin tingkah ny yunjae yg dh jadian,. haha, gaje tp lucu. keep up the gaje work :D
carissawhite #7
Chapter 22: sian chunie, agk serem bayangin apa yg dilakukan voldemin pada ny.
tp yunjae emg kelewat lemot y.
carissawhite #8
Chapter 21: si jae psti mw blg yeobo, tp dasar yoochun dtg d saat yg salah, *geleng2*
carissawhite #9
Chapter 17: heechul ama noona ny jae klop amat y nyuruh yunjae bwt anak, wkwkwkwk
carissawhite #10
Chapter 18: banget gaje ny, tp suka.humor ny, hehehe.