BITTERNESS IMPRISONS LIFE, LOVE RELEASE IT (Harry Emerson Fosdick)

“Tuan Wu, bagaimana? Apakah anda sudah memutuskannya?” sekretaris Kris yang bernama Jung Hanna memastikan keputusan finalnya, sudah setahun terakhir perusahaan Kris, Wu Enterprise membuka cabang di Seoul semenjak progress permintaan dari negara Korea cukup besar setelah cabang kedua mereka di Jepang. Kris masih menautkan kedua alisnya nampak mempertimbangkan sesuatu.

Kemudian nafasnya terhela seperti dia sudah mencapai keputusan setelah perdebatan hatinya sendiri. “Aku menyetujuinya nona Jung, memang penawaran mereka paling sesuai untuk resort di Jeju.” Ujar Kris sambil menyerahkan proposal berlogo jembatan di sungai Han.

Sekretaris Jung tersenyum dan mengangguk, “Saya akan mempersiapkan keperluan penandatanganan kontraknya segera, Tuan Wu.” Ujarnya.

Kris bangkit dari duduknya dan menghadap jendela besar dari kaca tebal, bay window itu selalu menjadi kesukaannya, karena itulah setiap dia membangun ruang kerjanya dia selalu memesan jendela besar seperti itu, satu-satunya pelariannya.

“Kenapa kau selalu takjub saat kita kesini sih?” tanya Kris pada gadis muda disebelahnya, gadis itu tersenyum, “Terkadang, hidup terasa sangat berat dan kita merasa masalah kitalah yang terberat dibanding orang lain. Tapi lihatlah diluar sana lewat jendela besar ini, Yifan. Diluar sana banyak orang yang tak seberuntung kita. Kita harusnya lebih banyak bersyukur.”

Kris tersenyum, hanya gadis inilah yang dengan berani selalu memanggilnya dengan nama lahirnya, bukan nama resminya. Dan hanya gadis inilah yang berhasil mencuri hatinya tanpa dia ketahui. Setiap detik Kris merasa terus jatuh cinta padanya.

“Begitu? Suatu hari nanti, rumah kita tentunya akan banyak dikelilingi kaca sebesar ini. Supaya kau menemukan sendiri jendela besarmu.” Kris menarik gadis itu dengan satu lengannya, merengkuhnya dan mencium puncak kepalanya.

Gadis itu tersenyum simpul dengan mata tetap menerawang menembus jendela besar itu. “Rumah kita.” Bisik gadis itu lembut.

“Tuan Wu?” Kris tersadar dari lamunannya. Dia menoleh menatap sekretarisnya, “Kau berkata apa tadi, nona Jung?” tanyanya. Sesungguhnya dia tak mendengar apapun dari tadi. Setelah dia tenggelam dalam memori.

Nona Jung nampak menghela nafasnya, “Saya bertanya, apakah anda akan menghadiri undangan makan malam dari Tuan Xi dari Firma Xi? Beliau mengabari saya satu jam lalu kalau beliau datang ke Seoul hari ini.” Kris tersenyum, Xi Luhan yang tak lain CEO muda sekaligus pengacara berbakat dari Firma Xi yang juga merupakan firma hukum terkenal di Beijing, Jepang dan Korea juga di Kanada, tak lain adalah sahabatnya semenjak SMP.

“Apa waktuku cukup untuk itu?” tanya Kris memastikan. Nona Jung nampak mengecek kembali notesnya, “Jadwal anda kosong setelah jam 7 malam, tapi anda akan menghadiri late night meeting dengan HG Group.” Jawabnya lugas.

Kris mengangguk, badannya kembali menghadap jendela besarnya, “Aturkan pertemuan dengan Xi Luhan di Four Seasons saja.” Nona Jung nampak mengangguk dan mundur teratur meninggalkan ruangan Kris.

Lagi-lagi Kris memilih sendiri.

.......

Luhan membukan ponselnya, memilih aplikasi Kakao dan menekan sebuah nama untuk memulai chat. Dia terlalu merindukan gadis itu. Pujaan hatinya, Cinta pertamanya. Dibaringkannya badannya ke sofa empuk putihnya, rasa lelah tak merayapinya sedikitpun jika dia memikirkan Cherryl. Baru dua jam dia tiba di Seoul dan dia sudah tidak sabar mengabari Cherryl perihal kedatangannya.

Diketiknya sebuah pesan.

Xiao_Deer : Woof woof, Cherryl-ah...

Han_Cherryl: So, you decided become a dog now?

Luhan tersenyum mendapat balasan demikian.

Xiao_Deer : So mean...

Luhan menunggu tapi tak sedikitpun ada pertanda kalau Cherryl akan membalas pesannya.

Xiao_Deer : Kau tak akan membalas pesanku?

Han_Cherryl: kau mau bicara apa, oppa?

Luhan tersenyum sekali lagi. Kali ini badannya yang berbaring mendadak tegak, terlalu bersemangat.

Xiao_Deer : Coba tebak aku dimana?

Han_Cherryl: ummm... dikantor? Seharusnya jam segini kau dikantor bukan?

Xiao_Deer : No.. no.. kali ini kau salah. Coba tebak lagi.

Han_Cherryl: umm... dirumah bersama bibi? Kau sudah berdamai dengannya?

Xiao_Deer : ah soal itu, aku belum melakukannya.

Han_Cherryl: Dasar kau oppa! Cepatlah minta maaf pada bibi. Semalam beliau meneleponku, pantas saja beliau masih mengelak saat aku membicarakanmu.

Xiao_Deer : Aku akan melakukannya kalau kau bisa menebak dimana aku sekarang.

Han_Cherryl: hmmm T__T kau benar-benar menyebalkan. Kenapa sih tak bilang saja kau sudah di Seoul? Paman Xi sudah meneleponku kalau kau sudah disini. Jadi cepat angkat kakimu dari mansionmu di Gangnam menuju ke rumahku, aku sudah memasak masakan kesukaanmu. Mengerti?

Luhan kaget tapi sekaligus tersenyum. Tidak menyangka Cherryl sudah lebih dulu tahu dimana dia berada. Dengan segera diketiknya sebuah pesan singkat. Lalu segera dia mandi dan mengganti pakaiannya. Seseorang sudah menunggunya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Life is full of beauty. Notice it. Notice the bumble bee, the small child, and the smiling faces. Smell the rain, and feel the wind. Live your life to the fullest potential, and fight for your dreams.

(Ashley Smith)

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~