LOST TIME IS NEVER FOUND AGAIN (Benjamin Franklin)

Luhan membungkukkan badannya kemudian kakinya berlutut dan berdoa. Didepan vas abu seseorang dia memanjatkan doa, lalu matanya terbuka dan meletakkan setangkai bunga krisan putih. Senyumnya terulas. Kemudian tangannya menyentuh foto yang terletak disana, “Apa kabar jagoan kecil ayah? Ayah tahu, kau pasti kecewa karena ibu belum menjengukmu. Tapi percayalah, ibu sangat mencintaimu. Apa Kenzou memaafkan ibu? Harus ya sayang. Nanti, suatu hari nanti, ayah akan memastikan untuk datang bersama ibu. Sekarang ayah pulang dulu. Bye my prince.”

Luhan beranjak dari posisinya dan menghilang dengan sedan hitamnya.

......

Kris tersenyum sambil menuliskan baris demi baris kalimat untuk paper yang akan dikumpulkannya. Sementara disampingnya gadis itu tak berhenti menceritakan tentang seseorang yang dipanggilnya ‘oppa’, teman kecilnya selama mereka tinggal dikawasan yang sama. “Hey, Yifan! Apa kau mendengarkanku?” tegur gadis itu.

Kris menoleh dan mendapati wajah gadis itu nampak kecewa terhadapnya, tapi Kris masih bergeming ditempatnya. Sesungguhnya dia tak tahu harus merespon apa terhadap apa yang diceritakan gadis itu. “Yifan??? Ohh gosh! You are really cold hearted man. I hate you.” Ujarnya, kemudian gadis itu beranjak dari sampingnya. Kris masih bingung harus merespon apa.

“Yifan, terima kasih membantuku mengerjakan tugas kelompoknya. Thank you partner.” Sekali lagi Yifan masih bergeming tak merespon. Dia benar-benar tak mengerti harus melakukan apa. Dan karena itulah gadis itu sudah beranjak dari ruang kelas dimana mereka mengerjakan tugas bersama.

“Kris!” seseorang menyapanya. Kris menghentikan lamunannya, dan menoleh kearah datangnya sumber suara itu. “Xiao Lu!” sapanya dengan senyum lebar. Luhan yang disapa Kris tersenyum dan melambaikan tangannya, mempercepat langkahnya menghampiri Kris.

Mereka berjabat tangan dan juga berpelukan hangat selayaknya sepasang saudara yang memang jarang berjumpa. “Kau apa kabar, Luhan?”

“Aku baik-baik saja, Kris. Dan lihat kau jarang meneleponku. Kau sesibuk ini menyiapkan pelebaran sayapmu. Kau menakjubkan.” Puji Luhan tulus. Kris tersenyum akan pujian itu. “Duduklah dulu, Luhan.” Ujar Kris. Luhan mengangguk dan mengambil kursi di depan Kris.

“Ahhh sudah lama sekali kita tak bertemu, kan. Ahhh saat seperti ini aku malah ingin kita berkumpul lagi dengan Yixing, Chen, Xiumin dan Zitao.” Ujar Luhan sambil tersenyum lebar, tak lama seorang pelayan menuangkan air putih pada gelasnya.

“Coba saja, Luhan. Aku rasa Chen dan Xiumin tak keberatan bergabung. Kalau Yixing dan Zitao sudah pasti tak akan bisa.” Ujar Kris sambil meneguk champagne digelasnya. Luhan tersenyum, “Benarkah? Bukankah jadwal Tuan Wu belakangan ini padat? Kau bahkan harus menghadiri late night meeting?” Goda Luhan sambil mengeluarkan ponsel pintarnya.

Beep beep, Luhan tersenyum makin lebar begitu mengetahui ada notifikasi pesan masuk di ponselnya.

Han_Cherryl: Dear my deer, aku tahu kau sedang bersenang-senang dengan sahabatmu dan akupun sedang meeting dengan team dan partnerku. Tapi jangan lupa untuk pulang dalam keadaan sadar huh? Kita harus makan malam bersama. Aku akan membuat seaweed soup untuk menunya. *you know what I mean,kan?

 Luhan membaca pesan singkat hangat dari Cherryl dan mengetikkan balasannya dengan segera.

Xiao_Deer : Yes got it, love. Will come straight to your place after party with my bestfriends. Love you.

Kris mengobservasi cepat perubahan wajah Luhan dari tertarik karena bertemu dengannya menjadi sangat bahagia saat menerima sebuah pesan. “Kau sedang berkencan sekarang?” tanya Kris tiba-tiba disela-sela tegukan champagnenya. Luhan seketika menoleh dan menatap wajah Kris dengan berbinar, “Kau belum mendengarnya sih. Aku hanya memberitahu Yixing dan Xiumin beberapa tahun yang lalu, aku sudah bertunangan dengan seseorang.” Ujar Luhan santai. Badannya menyandar pada punggung kursi yang empku.

Kris agak terperanjat namun dai tersenyu akhirnya, “Benarkah. Aku turut bahagia untukmu. Maaf karena selama di kanada urusan banyak sekali jadi tak menghubungi kalian sedikitpun.” Ujarnya. Luhan menggeleng pelan, “Tak masalah, Kris. Aku mengerti.”

“Ah kalau begitu Luhan, aku harus menghadiahi calon iparku, dia suka apa? Ah katakan dulu namanya.” Tanya Kris. Luhan tersenyum sembari meraih gelas champagne yang tak tersentuh, “Namanya Cherryl. Han Cherryl.” Jawab Luhan.

“Nama yang cantik. Orang korea?” tanya Kris. Luhan mengangguk, “Aku dan dia saling mengenal sejak umur 7 tahunan, kami bertetangga, kemudian aku berpisah dengannya. Tapi kami tetap berkomunikasi dengan baik, dan yahhhh... aku melamarnya saat itu, 6 tahun yang lalu. Dan dia berkata, ya.”

Kris mengernyit, “Eh? Kenapa kalian bertunangan lama sekali?” tanyanya. Luhan memejamkan matanya sejenak, nampak sedang mempertimbangkan sesuatu, lalu matanya terbuka dan tanpa ragu dia berkata, “Ada beberapa hal yang dilaluinya, aku hanya ingin selalu disampingnya, dan menunggunya benar-benar membuka hatinya untukku.”

Kris mengangguk-angguk, tersenyum, “Tak diragukan lagi, Xi Luhan selalu penuh pertimbangan. Semoga kalian bahagia. Ehhh kenalkan padaku, supaya aku bisa memilihkan hadiah yang cocok untuknya.” Luhan tersenyum mendengar kalimat Kris, “Baiklah. Kau bisa datang ke pernikahan kami nanti.”

Kali ini Kris tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya, “Kapan? Gosh, Xi Luhan kau benar-benar merahasiakannya.” Luhan tersenyum, “3 Bulan lagi.  Aku akan mengundangmu, tenang saja. Kami hanya sedang mempersiapkan yang terbaik.”

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

He who learns but does not think, is lost! He who thinks but does not learn is in great danger.

(Confucius)

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~