Part 12 : BE HONEST, BRUTALLY HONEST

SOMETHING BORROWED

BE HONEST, BRUTALLY HONEST. THAT IS WHAT’S GOING TO MAINTAIN RELATIONSHIPS (Lauryn Hill)

 

Author's Note : Paragraf yang tercetak dengan Huruf Italic berarti tertulis sebagai Flashback dari Tokoh

 

Luhan berjalan tergesa menuju apartemen kecil milik Cherryl,  setelah menerima telepon Cherryl semalam, Luhan benar-benar tidak menunda kunjungannya yang mendadak ke apartemen Cherryl. Dia khawatir luar biasa pada gadis itu. maka saat menemukan pintu bertuliskan angkat 77 berwarna hitam didepan pintu warna putih, maka tak ragu lagi Luhan menekan sederet angka. Angka hari lahirnya. Itulah kombinasi angka yang selalu dipakai Cherryl untuk semua pintu, kartu atm dan password banyak hal. Rahasia kecil yang diketahui Luhan.

Dulu Luhan pernah menanyakan alasan kenapa Cherryl hanya menggunakan kombinasi angka itu, berharap dengan begitu Luhan akan menemukan jawaban yang memuaskan hatinya. Namun Luhan ingat, saat itu Cherryl hanya menjawab malu, ‘karena kalau menggunakan angka lahirku, akan mudah ketahuan oppa. Kalau menggunakan milikmu, tak akan ada yang tahu, kan?’ jawaban sederhana yang membuat Luhan sedikit kecewa. Cintanya tidak terkonfirmasi.

Dan setelah bertahun-tahun yakin bahwa Cherryl hanya menganggapnya sebagai ‘oppa’ atau kakak yang tak pernah dimilikinya, Luhan tetap tidak menyerah. Dia tak pernah mengencani gadis manapun, beralasan dia masih ingin focus pada pendidikan, keluarga juga Cherryl. Padahal alasan sebenarnya adalah, Luhan tak sanggup mengganti posisi Cherryl dihatinya dengan gadis manapun. Dan kenyataan bahwa ibunya sendiri juga jatuh hati pada Cherryl membuat Luhan masih optimis menyimpan cinta sepihaknya.

Pun ketika Cherryl mengabarinya telah memiliki seorang pacar yang sampai sekarang tak pernah diketahui Luhan. Bahkan namapun tak pernah disebutkan oleh Cherryl. Yang dia tahu, kekasih pilihan Cherryl adalah seorang mahasiswa manajemen yang kebetulan pernah sekelas dengannya. Seseorang yang selalu berada disamping Cherryl. Satu hal yang tak mungkin Luhan lakukan, selalu mendampingi Cherryl. Terhalang kuliahnya yang sangat jauh.

Hari demi hari ketika Cherryl menceritakan kisah demi kisah cintanya dan semua kehidupan kuliahnya, membuat Luhan perlahan mengerti bahwa Cherryl menemukan kebahagiaannya. Namun demikian, Luhan masih tak bisa mengganti cintanya pada Cherryl. Dia terus terperangkap disana. Terpenjara oleh rasa sayang yang begitu melekat sejak pertama kali melihat kedua pipi Cherryl memerah saat peremuan pertama mereka belasan tahun yang lalu.

Dan saat Cherryl akhirnya mengatakan tak kuat menahan patah hati ketika seseorang yang dia cintai mengkhianatinya dengan berselingkuh dan meninggalkannya sendirian di Tokyo, maka Luhan benar-benar tidak bisa hanya berdiam. Maka disinilah Luhan. Berjalan memasuki apartemen kecil dan terkejut menemukan Cherryl yang terkulai persis didepan kamar mandi. Wajahnya pucat dan tubuhnya sangat kurus. Luhan tak tahu sudah berapa lama dia tak melihat Cherryl hingga dia berubah sedrastis ini.

Serta merta Luhan mengangkat tubuh Cherryl dan membawanya menuju Klinik terdekat.

……

 

Luhan menatap dengan bersemangat sekaligus khawatir saat menemukan Cherryl perlahan terbuka, Luhan tersenyum saat mata mereka saling beradu, “Oppa…uri oppa..” ujar Cherryl pada Luhan. Luhan bangkit dari duduknya dan memberikan pelukan hangat pada Cherryl, mencoba menenangkan hati gadis itu dan juga hatinya sendiri.

Tak mudah bagi Luhan memberikan pelukan itu setelah mengetahui kondisi Cherryl sebenarnya. Dia terluka, sangat terluka. Lebih terluka lagi saat menyadari Cherryl menghadapinya sendirian sejauh ini.

 

(Flashback Luhan, Saat Cherryl masih pingsan)

“Tuan XI” seorang dokter muda keluar dari pintu kamar observasi. Luhan yang duduk menunggu didepan ruangan itu serta merta berdiri. “Bagaimana kondisinya, dokter?” tanya Luhan dengan bahasa jepang yang fasih. Dokter itu tersenyum.

“Selamat, anda akan segera menjadi ayah.” Kalimat sederhana itu terdengar seperti ribuan jarum ditelinga Luhan yang berdersing seakan-akan ingin menusuknya ribuan kali pula. Dia tak mengerti, namun dia terdiam dan tersenyum ganjil, “Terima kasih dokter. Sudah berapa usianya?” tanya Luhan akhirnya.

“7 Minggu. Dan sayang sekali istri anda sangat kekurangan asupan gizi. Apakah nyonya Xi tidak nafsu makan akhir-akhir ini?” tanya dokter muda itu. Luhan mengangguk, menurutnya lebih mudah mengiyakan. “Saya sedang dinas diluar kota sementara dia menyelesaikan kuliahnya, dia banyak stress karena skripsinya, dan terakhir nafsu makannya berkurang.” Hanya alasan itu yang mampu dibuat Luhan.

Dokter muda itu nampak mengangguk-angguk dan tersenyum, “Saya sudah memberikan vitamin pada infusnya. Pastikan untuk mengwasi makanannya. Akan bagus kalau nyonya Xi mengontrol makanannya mulai sekarang. Baiklah, kalau begitu. Saya pamit dulu. Pasien lain menunggu.” Luhan membungkuk hormat dan sopan. Melepaskan kepergian dokter muda itu.

(flashback Luhan end)

 

“Oppa kapan datang?” ujar Cherryl sembari melepaskan pelukannya. Luhan tersenyum dan membelai puncak kepala Cherryl. “Tadi, saat aku datang ke apartemenmu aku menemukanmu pingsan. Dan kau tau betapa paniknya aku?” jawab Luhan dengan lembut, bukan dengan nada marah apalagi kesal, justru terselip banyak rasa sayang disana. Rasa sayang yang selalu disimpan Luhan untuk Cherryl, rasa sayang yang tak pernah habis dan bahkan tak pernah berkurang. ‘Bahkan rasa sayang itu makin membesar’ gumam Luhan dalam hati.

“Maafkan aku, oppa. Aku.. aku..aku selalu membuatmu khawatir. Aku memang tidak berguna.” Cherryl menunduk merasa bersalah. Seketika Luhan menarik Cherryl dalam pelukannya yang posesif. Dia tak kuasa menahannya lagi. “Lee Hyeshin, Cherryl, tolong jangan buat aku khawatir lagi, jangan melukai dirimu sendiri. Karena kalau kau melakukannya lagi, aku tak akan pernah memaafkan diriku sendiri.” Luhan berujar, lembut tapi tegas. Cherryl menangis mendengar kalimat demi kalimat Luhan.

“Iya oppa. Maafkan aku. Lucu ya oppa, kau begini memperhatikanku. Anyway oppa, Aku mencintaimu, karena itu aku akan berusaha tak lagi membuatmu khawatir. Aku bodoh ya oppa, baru mengatakan omong kosong ini sekarang. Setelah semua ini terjadi. Aku minta maaf. Aku selalu bahagia memilikimu selalu. Dan harusnya aku bersyukur dan tak pernah meminta lebih. Oppa selalu menjadi kakak yang baik untukku.” Ujar Cherryl panjang lebar. Penuturan yang sukses membuat Luhan bengong dan tak bereaksi, hanya spontan melepaskan pelukannya. Tepatnya bingung ingin bereaksi seperti apa. Dia tak pernah menyangka.

Menyadari Luhan hanya diam terpaku menatapnya, Cherryl menyadari kesalahannya sekali lagi, harusnya dia tidak berkata seabsurd itu pada Luhan, karena Luhan hanya menganggapnya sebagai seorang adik dan tak akan lebih. “Ah, mian oppa. Mian. Hehehe. Aku hanya ingin mengatakannya sekarang. Seandainya aku punya keberanian itu sedari dulu. Mungkin ceritanya akan berbeda. Tapi tenang oppa. Aku tak ingin memaksamu.” Tambah Cherryl.

Luhan menutup wajahnya dengan kedua tangannya, menutupi sejumlah air mata yang luruh tanpa dia mampu bendung. Adalah Luhan tak pernah menyangka kisah cinta pertamanya begini rumit. Berputar-putar sedemikian, membuat dia dan Cherryl terluka. Terlebih kesalahan yang dibuat oleh Cherryl. Luhan menahan nafasnya, kemudian menghembuskannya dengan berat, seolah beban dunia baru diletakkan dipundaknya. “Oppa kenapa?” Tanya Cherryl bingung melihat reaksi Luhan yang tak dimengertinya.

“Kau tahu kenapa kau pingsan?” Tanya Luhan. Cherryl mengernyitkan dahinya, “Umm, aku sudah beberapa hari tidak makan. Aku malas. Aku tidak berselera makan. Hehe. Mian.” Jawab Cherryl sambil menjulurkan lidahnya kecil pada Luhan, tanda merasa bersalah dan sedikit beraegyo. Luhan menahan nafasnya. Dia ingin mengkonfirmasi lebih jauh.

“Kenapa tak berselera? Bukankah kau tahu kau punya penyakit maag akut? Bagaimana kalau kau typhus?” ujar Luhan. Seketika raut wajah Cherryl berubah, “Omo. Apa aku terkena Typhus lagi?” Tanya Cherryl. Kali ini Luhan meremas tangan Cherryl, dia teryakini. Tapi dia butuh lebih dari sekedar diyakinkan dengan seperti itu.

“Kau kenapa? Kau sudah tak bercerita padaku belakangan ini. Kupikir karena sibuk dengan skripsimu.” Ujar Luhan membuka pembicaraan lebih jauh. Cherryl menunduk, air mukanya Nampak ragu, namun dengan sekali helaan nafasnya dia akhirnya berbicara, “Aku di khianati, oppa. Aku pikir lelaki itu baik, menawarkan cinta yang tepat. Tapi ternyata dia sama busuknya dengan semua kriteria lelaki busuk yang pernah ada.”

“Apa yang terjadi?” paksa Luhan. Cherryl Nampak menggigit bibirnya beberapa kali, “Dia ternyata tak hanya mengencaniku, dia juga mengencani gadis lain. Dihadapanku seolah-olah gadis itu sangat menyebalkan. Dan tahunan aku mempercayai itu semua. Bodohnya aku.” Jawab Cherryl dengan berapi-api.

Luhan diam, perlahan sambil menyuapkan bubur yang baru diantarkan oleh perawat, Luhan membalas berkata “Apa dia orang yang sama yang membuatmu jatuh cinta?” Tanya Luhan. Cherryl mengunyah dan mengangguk. “Ya, dia memang membuatku jatuh cinta, namun kini tidak lagi. Aku membencinya.” Jawab Cherryl.

“Berarti kau sangat mencintainya. Karena tidak mungkin ada rasa kecewa dan benci jika tidak pernah ada rasa sayang dan cinta yang sangat besar.” Ujar Luhan, Cherryl diam namun masih terus menerima suapan dari Luhan. “AKu benar kan?” Tanya Luhan. Cherryl mengangkat kepalanya, menatap Luhan tepat di manik matanya. Mata Luhan yang coklat keabuan menghipnotis Cherryl.

“Setidaknya dia membuatku lupa pada rasa pahit cinta pertamaku.” Ujar Cherryl akhirnya. Luhan memejamkan matanya, lalu menghela nafasnya dan kemudian baru membuka matanya. Tangan kanannya meletakkan sendok yang dipegangnya. “Aku kah cinta pertamamu?” Tanya Luhan. Wajah Luhan berubah serius dan menatap intens.

“Tak pernahkah oppa menyadarinya?” Tanya Cherryl. Luhan diam, menangkupkan kedua telapak tangannya pada kedua pipi Cherryl, membuat Cherryl tak mungkin berpaling dari tatapan Luhan saat ini, “Dan, kau? Apakah kau tak melihatnbya bahwa aku mencintaimu sejak dulu? Tak sadarkah jika kau adalah cinta pertamaku?” kali ini Luhan bukannya menjawab pertanyaan Cherryl tapi justru balik bertanya.

Raut wajah Cherryl nampak kaget, perlahan air matanya tergenang dan akhirnya jatuh menetes dipipinya yang pucat. Sementara Luhan menyaksikan itu merasa nelangsa, mereka saling mencintai, namun saling diam dan merasa asing satu-sama lain. Tidak berani saling mengungkap. Hanya dengan satu alasan, ada rasa takut yang terselip dihati mereka, takut kehilangan dan takut keadaan berubah. Menjadi tak lagi antara Cherryl dan Luhan seperti sejak awal.

“Oppa…. Benarkah?” Suara Cherryl mulai terisak, membuat Luhan tak kuasa meneteskan pula air matanya tanpa dia sadari. “Seperti inikah kisah kita, Cher? Seandainya aku lebih berani. Seandainya aku lebih pintar membaca pertandamu.” Ujar Luhan. Hatinya terasa seperti disayat-sayat, dia mencintai gadis didepannya. Namun sepertinya gadis yang mengklaim juga mencintainya sebenarnya sudah melabuhkan cintanya pada orang lain, dan bahkan diperutnya sudah ada benih cinta mereka. Bukan milik Luhan.

Luhan melepaskan kedua tangannya kemudian bangkit dari duduknya, “Ternyata aku sudah kehilanganmu, Lee Cherryl.” Luhan berbisik pelan. Kemudian dia berbalik meninggalkan Cherryl. Luhan butuh waktu, agar dia lebih kuat untuk mengatakan perihal kehamilan Cherryl. Luhan butuh waktu, agar dia lebih siap manakala Cherryl lebih memilih ayah si janin dalam kandungannya. Luhan butuh waktu, untuk menata hatinya yang mendadak terserang badai, dia selalu membayangkan saat Cherryl menerima cintanya dia akan tersenyum bahagia. Namun benang-benang merah yang lalu lalang antara dirinya dan Cherryl ternyata memiliki caranya sendiri.

…….

 

Cherryl masih menangis tanpa suara. Tidak menyangka, Luhan begitu mencintainya. Sejak awal. Sejak dulu. Tanpa dia sadari, dan tanpa dia tahu. Dia terlalu bodoh untuk tak membaca pertanda itu. dia juga terlalu naïf merasa Luhan menyayanginya hanya sebagai seorang adik. Dia terlalu dibutakan oleh rasa takut. Takut akan kehilangan sosok Luhan. Dia paling tidak siap jika kehilangan Luhan. Karena tanpa Luhan dia tak lagi punya pijakan.

Pintu kamarnya dirawat tergeser terbuka. Cherryl berharap Luhan yang muncul disana, namun ternyata bukan. Seorang perawat muda tersenyum, “Selamat malam nyonya Xi. Saya Shiho yang akan membantu anda. Kata Tuan Xi anda sudah makan malam, sekarang saatnya minum obat. Ini juga vitamin yang diberikan dokter, kaya akan omega 3 dan vitamin kompleks, sangat bagus untuk janin anda.” Perawat itu berujar panjang lebar.

Ada rasa hangat saat perawat itu menyebutnya sebagai Nyonya Xi. Nama keluarga Luhan terdengar begitu pas disebutkan padanya. Cherryl tersenyum, informasi selain nama Xi yang disebutkan padanya tak lagi dia dengar. Cherryl meraih 3 butir obat berwarna biru, keemasan dan pink. Meminumnya perlahan. “Terima kasih, suster.” Ujar Cherryl.

Perawat bernama Shiho itu tersenyum dan mengangguk, “Saya cek, tekanan darahnya ya.” Cherryl balas mengangguk. Saat Shiho melipat lengan bajunya dan meletakkan alat pengecek tekanan darah, Cherryl menerawang menatap pintu, berharap Luhan berdiri disana dan tersenyum. Namun tidak ada. Luhan pergi.

“Nyonya Xi? Nyonya Xi?” panggil Shiho. Cherryl menoleh, tergeragap dan kembali pada kesadarannya. “Ya, anda bicara apa tadi?” tanya Cherryl. Shiho tersenyum sambil merapihkan peralatannya, “Saya bilang, tekanan darah anda cukup stabil. Anda perlu banyak istirahat dan makan makanan bernutrisi, supaya janin anda terus sehat dan bisa tumbuh dengan baik.” Ujar Shiho. Cherryl mengangguk tapi keudian seperti tersadar akan sesuatu, Cherryl menahan lengan Shiho.

“Tunggu, anda bilang tadi Janin?” tanya Cherryl memastikan, dia khawatir salah mendengar setelah tadi melamun. Shiho nampak bingung, “Eh, apa Nyonya belum diberitahu oleh suami anda, anda sedang mengandung. Usianya sudah 7 minggu dan dalam keadaan sehat.” Jawab Shiho tanpa ragu, menambahkan senyuman diakhir kalimatnya. Kemudian dia membungkuk pamit, dan meninggalkan kamar Cherryl.

Cherryl mematung, tak mengerti, haruskah dia senang? Ataukah dia harus sedih? Sudah jelas janin didalam kandungannya adalah milik Kris. Tapi apa maksud Luhan yang tak mengatakan padanya?

……

 

Luhan menyelinap masuk dengan perlahan. Dia kembali ke kamar Cherryl setelah berjam-jam menenangkan diri mengunjungi sebuah gereja tua yang tak jauh dari rumah sakit dimana Cherryl berada. Luhan melirik kearah Cherryl yang sudah terlelap. Luhan dapat melihat ada bekas tangisan dipipi Cherryl. Perlahan Luhan mendekat dan membelai lembut rambut panjang Cherryl lalu mengusap pipinya yang lembab bekas tangisnya. Luhan juga memberikan kecupan lembut dikening Cherryl. Berusaha tak membangunkan gadis itu.

Lalu Luhan melangkah menuju sofa coklat didalam ruangan itu, membuka tabletnya. Membaca semua laporan pekerjaan yang dikirimkan padanya, Luhan hampir saja mulai tenggelam dengan pekerjaannya, namun tidak, seseorang menginterupsinya, “Sampai kapan oppa akan menyimpan fakta bahwa aku sedang mengandung?” tanya Cherryl. Luhan mendongak, sepasang mata Cherryl yang berlinang air mata kembali menatapnya.

Luhan menghela nafasnya, dan meletakkan tabletnya. Menatap Cherryl, tanpa suara. “Katakan padaku, sampai kapan? Sampai kapan aku harus bertanya-tanya, apakah oppa mencintaiku apa tidak? Apakah artinya oppa menginginkanku apa tidak? Apakah oppa menjadi jijik padaku setelah mengetahui bahwa aku mengandung anak dari lelaki brengsek yang sekarang meninggalkanku? Apakah..”

“Kau berlebihan Hyeshin-ah.” Potong Luhan. Cherryl menggigit bawahnya keras, menahan isakannya, khawatir makin mengeras, “Apakah benar oppa sekarang berbalik membenciku? Tak peduli padaku?” tanya Cherryl. Luhan menarik nafasnya, menghembuskannya dengan berat, “Tak pernah ada perasaan benci untukmu, Hyeshin-ah. Mana mungkin aku membencimu apalagi jijik padamu. Tak kah kau lihat, Hyeshin-ah?”

Ada jeda beberapa detik diantara mereka, terpatahkan oleh suara isakan ketus dari Cherryl, “Aku benci nama itu. Lee Hyeshin. Aku benci nama itu. nama itu yang selalu ayah janin ini sebut saat memanggilku, dan aku membenci nama itu.” ujar cherryl. Luhan tersentak. Kenyataan bahwa Cherryl benar-benar telah sakit hati dan terluka karena cintanya yang dikhianati membuat Luhan sadar. Mungkin inilah kesempatannya untuk mendapatkan cinta pertamanya.

“Dia anakku. Jangan kau membencinya.” Ujar Luhan. Mata Cherryl membulat kaget, dia tak pernah menyangka Luhan justru akan memberikan pernyataan sedemikian rupa, “Oppa!! Dia bukan…”

“Dia anakku. Perlu berapa kali untukmu agar yakin bahwa janin itu adalah anakku. Dia anakku, Cherryl Xi.” Ujar luhan akhirnya. Dia sudah memutuskan, mungkin inilah kesempatannya untuk meraih cinta Cherryl untuknya, bukankah dia yang paling dibutuhkan Cherryl saat ini?

“Oppa!” Cherryl berujar keras, isakannya masih tertahan. Luhan bangkit dari duduknya, menghampiri Cherryl, menatapnya tajam, “Sebegitunya kau membenciku? Sampai kau tak menginginkan anakku didalam rahimmu? Kau mau apa lagi, Cherryl Xi? Aku tak bisa kehilangan kalian berdua. Tidak lagi.” Ujar Luhan.

Brak!! Pintu kamar Cherryl menjeblak terbuka, nampak Ibu Luhan berdiri dengan sekeranjang buah-buahan yang tertata dengan cantik. “Apa-apaan ini Xi Luhan? Cherryl?” nyonya Xi bertanya. Luhan menoleh dengan tenang, menatap ibunya lembut, “Kami akan menikah, ma. Cherryl mengandung anakku.” Ujar Luhan. “Op..” Cherryl hendak membantah, namun Luhan yang merengkuhnya menekan lengannya keras, tanda marah dan melarangnya berbicara.

“Kalian harus menikah. Itu benar. Tapi tidak sekarang, aturan keluarga kita tidak ada pernikahan saat hamil. Itu akan buruk. Dan Mana mungkin, cucu keluarga Xi tidak diakui. Jangan bodoh Cherryl. Kau akan masuk ke keluarga kami, suka atau tidak.” Ibu Luhan berkata dengan tegas. Dan serta merta beliau menghampiri Cherryl dan memeluknya erat.

“Ibu bahagia, Cherryl. Kaulah menantu impian ibu. Kaulah malaikat yang sedang kami nantikan. Jangan berpikir bodoh untuk membuang bayi kecil didalam perutmu. Didalamnya mengalir darah keluarga kami. Kau harus mempertahankannya.” Suara ibu Luhan yang makin lembut dan melunak meluruhkan semua rasa yang teraduk baur dalam hati Cherryl. Dia merasa bersalah namun juga bahagia. Luhan yang mencintainya dengan tulus, kini juga menyelamatkannya.

Dan menggumpallah rasa benci Cherryl pada Kris. Membesar dan membesar.

 

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

We don't develop courage by being happy every day. We develop it by surviving difficult times and challenging adversity.

(Barbara de Angelis)

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
tiffanciel
Aku membuat perubahan di foreword ^^ selamat membaca. ^^

Comments

You must be logged in to comment
Galaxy_FanHan007
#1
berharap banget ini hmm
JSYStories
#2
Chapter 13: Wahhh makasih updateannya ^^ tapi ini udah tamat ceritanya? .-.
JSYStories
#3
Chapter 11: still waiting for nexr chapter T-T it's a year and a half now kkk bless my heart...
vivie_galaxyluhan #4
Chapter 9: wahhhhh jadi gini ceritanya cheryl sama yifan jadian,,jadi mbayangin nih tampangnya si daddy wu,,
keren unnie ditunggu lanjutanya,masih penasaran kalau mereka ketemu lagi,trs kenapa mereka pisah T.T
JSYStories
#5
Chapter 9: waaaaa akhirnya update lagi kwkwk kangen banget sumpah xD semangat yaaaa chinguu.. selalu ditunggu updateannya :3
JSYStories
#6
Chapter 7: Yahhhh, itu Cherryl sama Kris gak ketemu mulu ya? Kkk bacanya sampe gregetan sendiri aku ><
Thank you udah update :D
vivie_galaxyluhan #7
Chapter 6: yahhh ga jadi ketemu deh,,kalau ketemu gimana ya,penasaran,hehhe
JSYStories
#8
Chapter 6: ahhh padahal hampir aja ketemu Kris and Cherrylnya huhuhu... ada sesuatu yang terjadi nih pas ibunya Cherryl telp :/
berhubungan dengan Luhankah?? thaks for the update ciel.. and Update soonnnnnnnn ><
vivie_galaxyluhan #9
belum mudeng sih,,hehe
ayoo lanjutkan,penasaran,,
JSYStories
#10
okay.. confused confused.. bukannya Kenzhou namanya anak si Kei? kenapa Luhan yang jadi bapaknya? '-'?
apa mungkin nama anaknya key sama kayak nama anaknya Luhan and Cherryl?