PART 10 : INTENSE LOVE DOES NOT MEASURE

SOMETHING BORROWED

INTENSE LOVE DOES NOT MEASURE, IT JUST GIVES (Mother Teresa)

 

Author's Note : Paragraf yang tercetak dengan Huruf Italic berarti tertulis sebagai Flashback dari Tokoh

 

Kris menatap gadis yang berjalan menuju kearahnya, gadis itu tersenyum padanya namun Kris memilih mengabaikannya. Menurutnya jika dia menanggapi gadis itu maka gadis itu akan berprasangka lain. Seperti Nishiuchi Mariya yang karena dia bantu diawal masuk dulu, kini Mariya mengganggunya setiap hari. Seolah dia punya hak akan keberadaan Kris.

Sepanjang kelas, Kris memilih diam namun tanpa dia sadari dia terus memperhatikan gadis yang duduk disebelahnya, dia sempat mengenalkan diri saat bertanya pada dosesn, namanya Lee Hyeshin. Dan dia banyak bertanya. Kris berani bertaruh hampir seluruh mahasiswa dikelas ingin mencekiknya karena tak berhenti bertanya sepanjang kelas berlangsung.

Tapi diam-diam Kris mulai tertarik dengan antusiasme gadis bernama Hyeshin itu. Sedikit demi sedikit Kris menyunggingkan senyumnya saat gadis itu terus menerus bertanya, dan rasa hangat melingkupi hatinya. Sampai tiba di akhir kelas, dosen memberikan tugas untuk dikerjakan berdua. Kris dapat menebak semua mahasiswa dengan mudah menemukan partnernya. Dan bahkan dari sudut matanya Kris dapat melihat Mariya mulai menggelengkan pada setiap laki-laki yang mengajaknya menjadi partner.

Kris juga bisa menebak bahwa cepat atau lambat Mariya akan datang menghampirinya, untuk memintanya menjadi partnernya. Dan Kris bergerak cepat, sebelum kaki gadis disebelahnya sempat melangkah meninggalkan bangku yang didudukinya, Kris meraih pergelangan tangan gadis itu. Tepat saat Mariya datang menghampirinya dan berkata,  “Kris, kau mau berpartner denganku.”

 “No. I have a partner already.” Ujar Kris mengabaikan sosok gadis dalam genggamannya yang nampak memperhatikannya bolak-balik dengan Mariya. Gadis itu nampak menggelengkan kepalanya berkali-kali, “No no no.. we aren’t partner yet.” Ujar gadis itu. Namun dengan rasa tidak sabar Kris mearik tubuh mungil gadis itu, cukup dengan satu sentakan Kris berhasil menarik tangan gadis itu dan mengembalikannya ke tempat duduknya semula, “Yes we are. Don’t be silly. I bet all those chicks want to beat you now since you asking too many question today.” Ujar Kris sambil memelankan suaranya di kalimat terakhirnya. Berharap dengan demikian gadis yang kini kembali duduk disampingnya menjadi mengerti.

Gadis itu terdiam, menatap Kris lalu kembali menatap pada Mariya, “Ah, are we?” gadis itu nampak memastikan. Kris tak sedikitpun menoleh dan hanya mengangguk, lalu kemudian pandangan Kris menajam kepada Mariya, “So, Mariya, cant you leave us alone? We need to make a discussion. You will bother us if still standing there.”

Wajah Mariya nampak mendung namun dia memilih pergi. Kris menghela nafasnya kemudian melepaskan pegangan tangannya pada pergelangan tangan gadis disebelahnya, “Namaku Lee Hyeshin, kau boleh memanggilku, Cherryl.” Ujar gadis itu.

Kris menoleh menatapnya, “Kris.” Hanya itu yang akhirnya terucap dari bibir Kris.

……

 

Sudah satu bulan sejak Kris melihat gadis bernama Hyeshin itu  bergabung dikelas manajemen tingkat menengah. Yang berarti sudah satu bulan juga Kris mengerjakan tugas partner bersama gadis itu. Kris mempelajari sifat hyeshin yang bersemangat, meledak-ledak, ceria dan juga cerdas. Tak jarang disela mereka mengerjakan tugas bersama, gadis itu akan menceritakan apa saja. Seperti hari ini contohnya.

Kris diam-diam tersenyum sambil menuliskan baris demi baris kalimat untuk paper yang akan dikumpulkannya. Sementara disampingnya, Lee Hyeshin masih tak berhenti menceritakan tentang seseorang yang dipanggilnya ‘oppa’, teman kecilnya selama mereka tinggal dikawasan yang sama. “Hey, Yifan! Apa kau mendengarkanku?” tegur gadis itu.

Kris menoleh dan mendapati wajah gadis itu nampak kecewa terhadapnya, tapi Kris masih bergeming ditempatnya. Sesungguhnya dia tak tahu harus merespon apa terhadap apa yang diceritakan gadis itu. “Yifan??? Ohh gosh! You are really cold hearted man. I hate you.” Ujarnya, kemudian gadis itu beranjak dari sampingnya. Kris masih bingung harus merespon apa.

“Yifan, terima kasih membantuku mengerjakan tugas kelompoknya. Thank you partner.” Sekali lagi Yifan masih bergeming tak merespon. Dia benar-benar tak mengerti harus melakukan apa. Dan karena itulah gadis itu sudah beranjak dari ruang kelas dimana mereka mengerjakan tugas bersama.

Kris terpaksa beranjak juga dari duduknya, menjajari langkah kaki gadis itu yang cepat meskipun badannya cukup mungil, mereka berdua berjalan menuju bangku ditaman, setidaknya disitulah gadis itu menghentikan langkahnya. Gadis itu tersenyum dan mendudukkan dirinya. membuat Kris mengernyit dan duduk dihadapannya. Keduanya kembali bekerja dalam diam.

“Kris, why you change your name become Kris? Your born name is really beautiful. Wu Yifan is really good name.” ujar gadis itu  disela-sela waktu mereka mengerjakan tugas mereka. Kris mengangkat kepalanya dan menatap wajah gadis itu datar, diotaknya terselip kenangan bagaimana namanya berubah menjadi Kris dari pada tetap sebagai Kevin Li. Tapi kemudian dia kembali menunduk dan melanjutkan mengetik tugas yang sedang mereka kerjakan. Seolah pertanyaan gadis itu memang tidak penting.  “You know nothing, Lee Hyeshin.” Ujarnya.

“Why are you so stubborn to call my real name instead Cherryl?” tanya gadis yang masih menghentikan pekerjaannya. Kris mengangkat kepalanya, “I will stop if you stop bothering me with my name.” hanya itu yang keluar dari mulut Kris. Gadis itu nampak kaget, namun berkebalikan dengan dugaan Kris, gadis itu justru mengulas senyumnya. “So, I will call you Yifan then.” Cherryl melanjutkan pekerjaannya sementara Kris nampak tidak peduli.

“And I will call you whatever I like.” Balas Kris tanpa memalingkan matanya dari pekerjaannya.

……

 

“Kris…. Kris.. I need your help..” seseorang memanggil Kris. Baik Kris maupun gadis  yang tengah berdiskusi seru menoleh dengan wajah terganggu. Paper yang tengah mereka kerjakan harus diselesaikan dalam waktu kurang dari 24 jam sementara keduanya masih belum mencapai kata sepakat.

“I don’t have a time, Mariya.” Kris mengabaikan gadis itu yang nampak mengerucutkan bibirnya. Gadis itu memandang Kris yang kembali menuliskan grafik-grafik dengan penjelasan yang sedari tadi mereka bahas. Sementara Mariya akhirnya menyerah dan  meninggalkan mereka berdua.

“Got it, Lee Hyeshin?” tanya Kris akhirnya, menyelesaikan penjelasan panjangnya. Gadis itu mengangguk. Sudah satu semester lamanya mereka mengikuti kelas Manajemen tingkat menengah. Dan selama itulah Kris dan gadis itu  selalu menjadi partner dalam tugas apapun.

Meskipun terus menerus bersikap dingin, gadis itu tetap tinggal disampingnya. Memberikan pengalaman baru pada Kris dan setidaknya sebuah pertemanan, meskipun Kris tau dengan pasti perlahan hatinya sudah mulai mencondong. Kris berharap memiliki lebih banyak waktu, setidaknya untuk meyakinkan dirinya sendiri tentang hatinya.

Kris mendongak dan menatap gadis itu datar, “Ini apa?” tanyanya saat sebuah box disodorkan padanya. Gadis itu tersenyum, “Hari ini terakhir kita bertemu bukan? Setelah Ujian semester nanti kita mungkin tak akan bertemu. Aku membuat pudding ini sebagai rasa terima kasihku atas bantuanmu. Kau sangat membantuku dan menjadi temanku.”

Kris diam, mulutnya terkunci rapat. Kemudian tagannya yang panjang meraih kotak berisi pudding coklat berbentuk beruang yang terbungkus sangat cantik, “Apakah kita teman?” suara Kris melesat dan tentu saja kalimat lugas itu sukses membuat gadis itu terpengarah karena kaget.

“Kita bukan teman?” tanya gadis itu mencoba memastikan. Kris menatap lurus kearahnya. “Bukan.” Gadis itu nampak mengernyit, matanya bahkan mulai berkaca-kaca. Sejurus kemudian dia beranjak dari duduknya. Tapi lagi-lagi seperti pertemuan pertama mereka bulanan yang lalu, Kris menahan Cherryl dengan memegang pergelangan tangannya. Gadis itu  menoleh, tampak menunggu.

Kris masih menatapnya tanpa ekspresi, kemudian alisnya terangkat sedikit, “Kau.. maukah kau berkencan denganku?” kris berujar setelah mengumpulkan semua keberaniannya. Ada jeda beberapa detik diantara keduanya sampai akhirnya gadis itu berkata, “Ya. Aku mau.” Dan tersadarlah kris, dia akan mengalami pengalaman yang baru.

 

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

There is always some madness in love. But there is also always some reason in madness.

(Friedrich Nietzsche)

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
tiffanciel
Aku membuat perubahan di foreword ^^ selamat membaca. ^^

Comments

You must be logged in to comment
Galaxy_FanHan007
#1
berharap banget ini hmm
JSYStories
#2
Chapter 13: Wahhh makasih updateannya ^^ tapi ini udah tamat ceritanya? .-.
JSYStories
#3
Chapter 11: still waiting for nexr chapter T-T it's a year and a half now kkk bless my heart...
vivie_galaxyluhan #4
Chapter 9: wahhhhh jadi gini ceritanya cheryl sama yifan jadian,,jadi mbayangin nih tampangnya si daddy wu,,
keren unnie ditunggu lanjutanya,masih penasaran kalau mereka ketemu lagi,trs kenapa mereka pisah T.T
JSYStories
#5
Chapter 9: waaaaa akhirnya update lagi kwkwk kangen banget sumpah xD semangat yaaaa chinguu.. selalu ditunggu updateannya :3
JSYStories
#6
Chapter 7: Yahhhh, itu Cherryl sama Kris gak ketemu mulu ya? Kkk bacanya sampe gregetan sendiri aku ><
Thank you udah update :D
vivie_galaxyluhan #7
Chapter 6: yahhh ga jadi ketemu deh,,kalau ketemu gimana ya,penasaran,hehhe
JSYStories
#8
Chapter 6: ahhh padahal hampir aja ketemu Kris and Cherrylnya huhuhu... ada sesuatu yang terjadi nih pas ibunya Cherryl telp :/
berhubungan dengan Luhankah?? thaks for the update ciel.. and Update soonnnnnnnn ><
vivie_galaxyluhan #9
belum mudeng sih,,hehe
ayoo lanjutkan,penasaran,,
JSYStories
#10
okay.. confused confused.. bukannya Kenzhou namanya anak si Kei? kenapa Luhan yang jadi bapaknya? '-'?
apa mungkin nama anaknya key sama kayak nama anaknya Luhan and Cherryl?