Chapter 05

Touch of Love
Please Subscribe to read the full chapter

 

“Jadi Minhyuk Hyung masih belum bisa memaafkanku? Itu sebabnya ia tidak mengundangku makan malam? Lalu kau, kenapa tak memberitahuku lebih awal bahwa kau sudah mendapatkan surat penerimaan dari Oxford?” Tanya Sehun beruntun, membuat Jiyool menggigit bibir bawahnya dengan perasaan bersalah.

“Ya, Oppa masih belum bisa memaafkanmu dan aku juga belum siap mengabarimu tentang surat penerimaanku. Setelah melihat reaksi Soojung, kupikir aku takkan sanggup memberitahu bahwa dalam waktu beberapa bulan aku akan meninggalkanmu.”

Sehun mendengus pelan. Ia mengalihkan tatapan dari Jiyool dan memandang lurus ke arah luar jendela. Perasaannya begitu kacau. Pertama, terhitung sudah hampir tiga minggu sejak Minhyuk tak ingin berurusan dengannya lagi. Lalu kedua, Jiyool tidak lantas mengabarinya sesaat setelah ia mendapatkan surat penerimaan dirinya. Bagus, kini Sehun merasa seakan ia sudah tak dibutuhkan lagi.

“Maafkan aku, Sehun. Ini juga terlalu berat untukku.” Jiyool meraih jemari Sehun lalu menggenggamnya erat. Namun Sehun tak membalasnya. Ia masih tetap menghindari tatapan Jiyool.

Selama beberapa menit mereka hanya saling membisu satu sama lain, hingga akhirnya bel tanda perlajaran pertama berdering, Sehun pun beranjak dari duduknya untuk meninggalkan Jiyool. Ia keluar dari kelas dengan langkah cepat, sementara Jiyool hanya dapat menatapnya kecewa. Gadis itu tahu Sehun akan bersikap seperti ini padanya. Memangnya apa lagi yang ia harapkan? Jika posisinya kini berada di posisi lelaki tersebut, ia juga pasti akan bersikap sama.

Tanpa sadar, Soojung telah duduk di bangkunya—menatapnya dengan kedua alis berjingkat. Ia menyentuh bahu Jiyool, membuat kepalanya meneleng ke samping kiri dan mendapati tatapan kuatir Soojung.

“Kau baik-baik saja? Aku tadi bertemu Sehun di depan kelas.” Ujarnya pelan.

Jiyool memaksakan sebuah senyuman kecil. “Aku sudah memberitahukannya.”

“Mungkin dia juga butuh waktu untuk menerima. Aku yakin ia tak mungkin sanggup mengakhiri hubungan kalian.”

“Kurasa aku tidak yakin.”

“Jing…”

Jiyool menyela ucapan Soojung dengan beranjak dari kursinya. Ia menatap murid-murid lain yang mulai keluar dari kelas untuk menghadiri pelajaran olah raga di gedung seberang.

“Ayo, aku tak ingin mendapatkan hukuman lari dari Cha Sonsaengnim.” Ujarnya sembari berjalan keluar.

Soojung menatap sosok Jiyool yang nyaris tiba di ambang pintu. Masih bergelut dengan pikirannya sendiri hingga gelagat aneh dari gadis tersebut membuatnya refleks bangkit dari duduknya. Ia bergegas ke arah Jiyool yang kini tengah bertumpu pada birai pintu sembari memegang kening. Kedua alis gadis itu menyatu seakan sedang menahan nyeri.

“Jing, kau tidak apa-apa?” tanya Soojung, meraih lengan kiri Jiyool.

“Entahlah, aku merasa tidak enak badan sejak pagi tadi.”

“Mau kuantar ke ruang kesehatan?”

“Tapi hari ini pengambilan nilai untuk lompat jauh, ‘kan?”

Soojung berdecak kesal, “bagaimana mungkin kau bisa melakukannya jika kondisimu seperti ini? Sudahlah, jangan banyak omong. Aku tak ingin disalahkan Minhyuk Oppa lagi.”

Sebelum Jiyool sempat memerotes ucapannya, Soojung sudah menarik gadis tersebut menuju ruang kesehatan. Ia mengetuk pintunya sebelum akhirnya suara seorang suster penjaga mempersilakan mereka masuk.

“Soojung, ada apa?” tanya wanita yang sekiranya baru menginjak usia di awal dua puluhan. “Kau tidak sedang datang bulan lagi, ‘kan?”

Soojung memutar kedua bola matanya. Wajahnya memang tak asing lagi bagi Miss Seo, itu karena Soojung selalu mendapatkan kram di perut setiap kali ia kedatangan tamu bulanan. “Miss Seo, temanku sedang tidak enak badan. Bisakah kupercayakan padamu?”

Miss Seo terkekeh pelan sembari mengibaskan tangan. “Sejak kapan kau meragukan keahlianku dalam menangani murid sakit? Sekarang pergilah sebelum kau terlambat menghadiri kelas.”

Soojung menoleh dan menatap wajah pucat Jiyool. “Aku akan segra mengunjungimu setelah kelas Cha Sonsaengnim berakhir.”

Sebagai jawaban, Jiyool hanya mengangguk pelan. Soojung melepaskan kaitan lengannya ketika Miss Seo menghampiri mereka dan menuntun Jiyool menuju salah satu pembaringan di dekat meja kerjanya. Ia menarik selimut untuk menutupi separuh tubuh Jiyool.

“Wajahmu pucat sekali, siapa namamu?” tanya Miss Seo sembari menyunggingkan sebuah senyuman hangat.

“Kang Jiyool,” jawabnya lemas.

“Jiyool-ssi, apa yang kaurasakan sekarang?”

“Semalam tidurku tidak nyenyak, beberapa kali ke kamar mandi untuk mengeluarkan makananku lagi tapi sama sekali tidak keluar. Dan pagi tadi kepalaku seakan dipalu.”

Miss Seo terdiam sembari menggigit bibir bawahnya, mencerna setiap penjelasan yang diberikan Jiyool.

“Bisa jadi itu karena kau terlalu lelah dengan jam makan tidak teratur atau kau memiliki alergi terhadap sesuatu.” Ujarnya pelan.

Ia menyentuh kening Jiyool namun tak mendapati merasakan panas seperti yang biasa ia temui. Suhu tubuh Jiyool normal, jadi ia asumsikan bahwa gadis itu tak mengalami demam.

“Apa kemarin kau makan sesuatu yang belum pernah kaumakan sebelumnya?”

“Tidak, aku juga makan dengan normal.”

“Hm…aku tidak bisa sembarangan memberikanmu obat, karena bisa saja itu reaksi alergi. Lebih baik kau istirahat dulu, jika keadaannya menjadi semakin parah aku akan menghubungi walimu dan memberikan surat ijin pulang.”

Mendengarnya, Jiyool lagi-lagi hanya dapat mengangguk. Ia sudah tak memiliki tenaga untuk berbicara. Denyutan di kepalanya seakan memaksa matanya untuk memejam. Tentu saja gadis itu masih merasakan mual, tapi sejauh ini, ia tak perlu ke kamar mandi. Pagi tadi, Jiyool memaksakan diri untuk menghabiskan sarapan agar Minhyuk dan ayahnya tak curiga mengenai kesehatannya. Namun tak ada perubahan berarti, Jiyool pikir ini bukan karena masuk angin.

Tanpa sadar ia sudah terlelap selama dua jam dan bangun pada saat bel istirahat pertama berbunyi. Jiyool mendapati Soojung tengah terduduk pada sofa di tengah-tengah ruangan sembari berbicara akrab dengan Miss Seo. Denyutan di kepalanya telah sedikit berkurang dan ia rasa tubuhnya tak seletih tadi.

“Soojung?” panggil Jiyool serak.

Mendengar suara sahabatnya, sontak Soojung bangkit dari duduknya dan menghampiri Jiyool. Ia mendesah lega setelah menemukan Jiyool yang sedang berusaha menegakkan tubuh.

“Oh, syukurlah kau sudah sadar. Kupikir kau pingsan!” pekiknya panik.

Jiyool memutar kedua bola matanya sembari tertawa lirih. “Kau berlebihan. Aku baik-baik saja.”

“Merasa lebih baik, Jiyool-ssi?”

Kepala Jiyool menoleh manakala ia mendengar suara lembut Miss Seo. Wanita cantik tersebut kembali meraba kening Jiyool dan menilik wajahnya.

“Sudah tak terlalu pucat. Kau mau kembali ke kelas atau kubuatkan surat ijin untuk beristirahat di rumah?”

“Aku akan kembali ke kelas.” Jawabnya cepat, tak ingin membuat Minhyuk dan ayahnya merasa kuatir.

“Kau yakin, Jing?” tanya Soojung.

Jiyool mengangguk mantap sebagai jawaban.

 

(((*)))

 

Tiga hari berlalu, namun keadaan Jiyool tak juga membaik. Ia masih merasakan denyutan pening di kepalanya dan bahkan kini ia selalu memuntahkan sarapannya di sekolah. Hal itu tak urung membuat tidurnya terganggu lantaran reaksinya mulai terasa ketika waktu menjelang pagi. Selama tiga hari itu pula Jiyool akan mengunjungi ruangan Miss Seo dan beristirahat hingga waktu rehat pertama berakhir. Oh, entah sudah berapa banyak mata pelajaran yang ia lewati. Beruntungnya, para guru tersebut menginjinkan Jiyool meninggalkan kelas mereka.

“Jiyool-ssi, jangan bilang kau belum memeriksakan diri ke dokter?” ujar Miss Seo dengan mata memicing.

Faktanya, selama tiga hari belakangan ini, Jiyool berusaha menyembunyikan kesehatannya dari Minhyuk serta ayahnya. Ia takut jika ia memeriksakan diri ke dokter, maka mereka akan menemukan suatu penyakit yang tak diinginkan. Ibunya memiliki riwayat penyakit leukemia, lalu apakah penyakit mematikan tersebut juga akan menurun kepadanya?

“Aku belum siap.” Jawab Jiyool pelan sembari meremas ujung selimut.

Miss Seo berdecak kesal. “Jika kau terus-terusan merasa tidak siap, penyakitmu akan bertambah parah lalu bagaimana kalau sudah tak bisa disembuhkan lagi?”

Ucapan Miss Seo berhasil membungkam mulut Jiyool. Ia tak dapat membayangkan jika harus meninggalkan Minhyuk dan ayahnya. Apa yang akan terjadi pada Sehun serta Soojung? Lalu bagaimana dengan Oxford yang tengah menantinya?

“Dengar, penyakitmu ini tidak biasa. Bagaimana mungkin setelah hari menjelang siang kau akan merasa baik-baik saja sakan-akan kesehatanmu tak pernah terganggu?”

Dengusan napas keras meluncur dari kedua bibir mungil Jiyool. Jika Miss Seo yang sudah berpengalaman menangani murid sakit pun tak mengerti apa yang sedang terjadi dengan dirinya, bagaimana mungkin Jiyool?

Gadis itu hendak membalas ucapan Miss Seo ketika pintu ruang kesehatan menjeblak terbuka dan menampilkan sosok Soojung yang tengah tersenyum menatapnya. Ia berjalan menghampiri Jiyool sembari menyelipkan surai panjangnya ke belakang telinga.

“Sudah merasa agak baikan, Jing?” tanyanya.

Jiyool mengangguk. Ia menegakkan tubuh dan memaksa senyuman pada wajah pucatnya.

“Mau ke kafetaria sekarang?”

“Eum, aku sudah lapar sekali.” Ujarnya cepat lantas beranjak turun dari pembaringan. “Terima kasih banyak, Miss Seo. Mungkin aku akan kemari lagi besok.”

Miss Seo hanya dapat mendelik mendengar ucapan Jiyool. Ia berdecak sebelum membalas ucapan gadis tersebut. “Ingat periksakan dirimu ke dokter.”

Jiyool membalasnya dengan senyuman, lalu menarik Soojung keluar dari ruang kesehatan. Mereka berjalan menuju kafetaria dengan langkah lebar. Entahlah, belakangan ini Jiyool selalu merasa lapar berlebihan setelah ia

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
suthchie #1
Chapter 22: Nice ending...
Kagum banget sama persahabatan mereka...
Walaupun banyak masalah berat yang mereka hadapi, tapi kekuatan persahabatan mereka tetap berakhir manis...
Untung juga kebahagian berpihak pada jongin jiyool...
suthchie #2
Chapter 21: ayah macam apa seperti tuan kim itu...
apa dia ngak takut bakal ditinggal kan orang disekitranya dan hanya hidup dengan kesendirian...
pantas saja jongin jadi seperti itu
suthchie #3
Chapter 20: ayah jiyool sungguh besar hati...
tapi masalahnya dengan sehun gimana
suthchie #4
Chapter 19: menakutkan juga sih kalo bakal ketahuan sama ayah jongin
suthchie #5
Chapter 18: ya ampunnn part ini bikin aku nangis bombai...
sumaph ngak berhenti mengalir
suthchie #6
Chapter 17: ya ampun... ternyata jongin semenderita itu...
suthchie #7
Chapter 16: walaupun hanya sebagai teman dengan sehun, itu sudah cukup...

wow... jadi jongin teman masa kecil jiyool ya...
suthchie #8
Chapter 15: kasihan banget si sehun...
padahal dia sudah berbeesar hati bakal nerima jiyool lagi, taip... yasudahlah
semoga dapat yang lebih baik ya hun
suthchie #9
Chapter 13: kok kadang kotak comments nya ngk muncul ya...

serius nih perempuan itu kakaknya bukan seseorang yang dulu pernah disukai
suthchie #10
Chapter 13: setidaknya jongin memberi kebahagiaan ke jiyool sesekali