You Are My Fiance

WHITE SUMMER

April 2014

Author’s POV

Jesse mengetuk berkali-kali pintu rumah mungil berwarna pink pucat didepannya. Sengaja Jesse bolos dari sekolahnya hanya untuk menyelesaikan apa yang telah diperbuatnya semalaman. Nenek Hanzawa memang tidak memarahinya karena dia datang sendirian. Justru Biancalah yang dimarahi nenek Hanzawa, dan itu membuatnya merasa bersalah. Karena sampai tengah malam Bianca tak kunjung muncul di rumah keluarga Hanzawa. Membuat Jesse makin merasa bersalah.

“Bi… Bianca…” panggil Jesse akhirnya. Ceklik. Terdengar bunyi kunci pintu yang terbuka. Nampak didepan Jesse perempuan dengan bermasker didepannya membuat Jesse sedikit kaget. Si pemilik rumah juga kaget melihat kehadiran Jesse. “Mau apa kau?” tanya Bianca. Jesse memperhatikan penampilan Bianca yang menggunakan piyama berupa celana pendek dan tanktop saja. Wajah Jesse yang memerah membuat Bianca menyadari satu hal. “Hei!!! Dasar mata keranjang!” ujar Bianca sambil memukuli Jesse. “Pergi-pergi!” bentak Bianca. Namun yang tak diantisipasi Bianca adalah Jesse lelaki muda dan tubuhnya jauh lebih besar darinya.

Dengan mudahnya, Jesse mampu menangkap kepalan Bianca yang memukul-mukul tubuhnya. “Aku hanya mau mengecekmu. Kenapa kau tak muncul dirumah nenek semalaman?” ujar Jesse lembut. Bianca terpengarah. Bisa juga dia berkata lembut. Pikir Bianca. Bianca berusaha melepaskan cengkeraman Jesse dipergelangan tangannya. “Bukan urusanmu!” bentak Bianca sambil berbalik dan mencoba menutup pintu rumahnya. Namun gagal, karena Jesse mampu menahannya.

“Tentu saja menjadi urusanku karena kau adalah tunanganku.” Jawab Jesse tenang. Bianca meradang, “Siapa yang memutuskan bertunangan denganmu? aku tak mau! Kau anak tidak sopan dan kau masih ekcil. Aku benci dirimu!” sembur Bianca tanpa tedeng aling-aling lagi. Tapi Jesse masih bersikap tenang menghadapi Bianca yang meledak-ledak didepannya. Bianca benar-benar kesal dengan anak lelaki didepannya ini. Kemudian Jesse sudah meraih Bianca dalam pelukannya.

“Kau tahu hal yang membuatku sedih adalah kau melupakanku.” Bisik Jesse lembut ditelinga Bianca, membuat Bianca merasa bersalah karena dia benar-benar tak mengingat siapa Jesse dan bertemu dimana mereka. “Bi?” suara seorang pria membuat Bianca terkejut, yang kemudian langsung mendorong tubuh Jesse yang tengah memeluknya. Jesse berbalik menatap seorang pria yang menatap mereka heran bercampur marah.

“Hika-chan… gomen… ini kenalkan, ummmm dia Lewis Jesse-kun.. diaaa… ummmm…”

“Tunangannya. Aku tunangannya.” Ujar Jesse tegas karena sebal dengan Bianca yang tak kunjung menjelaskan siapa dirinya. Mata Bianca melotot kemudian memukul lengan Jesse keras, “Itte.” Keluh Jesse sambil menggosok-gosok lengannya yang memerah karena pukulan keras Bianca. “Buka, Hika-chan. Dia bukan siapa-siapa. aku tak mengenalnya. Kau percaya padaku kan?” tanya Bianca.

Lelali yang bertama Yaotome Hikaru itu kemudian tersenyum, dan sekaligus menarik Bianca dalam pelukannya. “Tentu saja aku mempercayaimu Biancaku. Bagaimana anak yang masih berseragam SMA ini menjadi tunanganmu, huh?” ujarnya sambil mencubit hidung Bianca. Bianca tersenyum sambil memeluk singkat Hikaru. “Arigatou. Hei, kau sekarang menyingkirlah dari rumahku. Jangan kembali lagi.” Sergah Bianca.

Jesse menatap pasangan itu, namun dengan diam dia meninggalkan tempat itu.

……

 

Bianca memandangi laki-laki didepannya. Tatapannya hampir tanpa ekspresi. Sebaliknya, lelaki didepannya seperti nampak biasa saja, bahkan cenderung santai. Bianca meraih gelas winenya dan meneguknya singkat. “Baiklah. Kalau itu yang kau inginkan, Hikaru-san, kita akhiri hubungan ini. Terima kasih untuk hadiah ulang tahun yang menyenangkan.” Kemudian Bianca bangkit dari duduknya. Baru berjalan beberapa langkah Bianca berbalik kembali, kemudian tepat dihadapan Hikaru, Bianca melepaskan cincin berbentuk hati yang melingkar manis di jari kelingkingnya. Membuangnya digelas wine Hikaru. “Aku tak menyangka kau lebih pengecut dari lelaki manapun.” Bisik Bianca tajam. Cukup intens dan menyakitkan.

Bianca menahan nafas dan terutama tangisnya dalam-dalam. Dia begitu mencintai Hikaru setidaknya selama 6 tahun terakhiri, selama mereka memutuskan menjadi sepasang kekasih. Apa aku yang terlalu cepat memintanya untuk berkomitmen denganku? Apakah seharusnya aku tak memintanya untuk menemui nenek? Atau apakah sebenarnya dia tak pernah mencintaiku? Aku menyedihkan sekali. Aku pikir dia mencintaiku. Pikiran Bianca mulai kacau, kemudian sebelum dia mencapai mobilnya, tepat disamping pintu mobil merahnya. Bianca berjongkok. Dan menangis.

Dia mengeluarkan semua tangisannya disana. Mengabaikan lalu lalang pengunjung ataupun pejalan kaki yang lewat disekitarnya. Dia benar-benar tidak peduli. Dia hanya ingin menangis sekali saja. Kemudian melepaskan semuanya. “Hiks hiks hiks..” tangisan Bianca masih panjang dan belum ada tanda berhenti. Lalu sepasang lengan memeluk Bianca cari belakang. Bianca melepaskan pelukan itu dan berbalik, matanya yang memerah seketika membulat, karena disana ada Jesse yang memeluknya. Senyuman Jesse begitu hangat dan menenangkan.

Kemudian Bianca merebahkan kepalanya didada Jesse dan menangis disana. Sedangkan Jesse, yang sedari tadi hanya mencuri dengar pembicaraan Bianca dengan mantan kekasihnya hanya mampu membelai lembut rambut dan punggung Bianca.

……

 

Oktober 2007

Bianca’s POV

Lelaki itu sudah 15 menit berdiri didepan rumahku. Badannya basah kuyub dan ditangannya tergenggam erat serangkai bunga mawar putih yang seharusnya terikat rapih. Tadi siang aku menantang laki-laki itu untuk datang kerumahnya tanpa menggunakan mobil atau kendaraan pribadi. Harus menggunakan bus umum. Dan benarlah, 3 jam kemudian Yaotome Hiakru datang kerumahku dalam keadaan basah kuyub akibat hujan yang mendera dan dia tentu saja tidak membawa payung karena sedang membawa buket bunga itu.

Mau tak mau hatiku tersentuh karena perjuangannya. Aku pikir dia hanya sedang bertaruh dengan teman-temannya atau apalah. Karena tanpa ada pertanda apapun, tadi siang mendadak dia mengatakan dia menyukaiku didepan kelas, lalu memintaku menjadi kekasihnya. Aku hanya tersenyum tadi kemudian menantangnya. Karena sekalian aku ingin mengujinya, apakah benar dia tulus dan mencintaiku apa adanya. Bukan karena taruhan untuk menaklukkanku.

Aku sudah mendengar kabar kalau kerap kali murid laki-laki menjadikan proses penembakan sebagai bahan taruhan. Karena itulah aku harus waspada. Tapi ternyata Yaotome Hiakru berbeda. Dia benar-benar datang kerumahku dan menyatakan cintanya sekali lagi. Kemudian dengan selembar handuk hangat aku membalut tubuhnya, memeluknya erat. Dia membisikkan kata cintanya untukku. Dan aku hanya tersenyum dan mengangguk, mengiyakannya. Menerimanya menjadi kekasihku.

……

 

April 2014

Author’s POV

Bianca melepaskan pelukan Jesse setelah belasan menit berlalu. Mata Bianca yang sudah bengkak kini dia tutupi dengan kacamata yang selalu dia bawa ditasnya. Kaca mata bacanya. Bianca menatap sosok Jesse yang masih ikut berjongkok didepannya. Bianca kemudian beranjak dan diikuti dengan Jesse, “Kenapa kau disini? Kenapa kau mau menemaniku?” tanya Bianca. Jesse tersenyum, kemudian membelai lembut rambut Bianca. “Because, You are my fiancé, understand! I will never let someone to hurt you again.”

Bianca terpengarah dengan kalimat sederhana itu.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet