PART 4 – ENVIOUS

THEY SAID YOU ARE MY MOTHER

Yixing’s POV

“Jadi Appa tidak akan pulang?” Tanya suara diujung telepon. Aku menghela, aku berjanji akan menemaninya ke latihan piano hari ini. Tapi urusanku disini belum selesai karena ada beberapa permasalahan.

“Teya…”

“…”

“Nak?? Teya marah pada Appa?”

Terdengar suara isakan halus, “Teya cuma minta Appa pulang dengan selamat. Teya rindu Appa.”

“Appa juga merindukanmu, Nak. Percayalah.” Ujarku. Dia terisak kembali, “Nak, Appa pulang besok ya. Teya tidur ya sekarang. Selamat tidur.” Sambungan terputus.

Aku meletakkan ponselku kedalam saku, sebentar lagi meeting akan dimulai. “Mr.Zhang, silahkan. Mr.Wu sudah menunggu anda.” Aku bergegas merapihkan dasiku.

 

(flashback)

Dia menatapku dan menjulurkan tangannya yang lentik untuk membenarkan letak posisi dasiku. “Kau selalu tidak bisa menggunakan dasi, Xing.” Ujarnya sambil mencibir. Aku tersenyum kecil sambil menarik hidungnya.

“Sengaja, sayang. Supaya ada alasan untukku agar kau mau setidaknya menatapku 2 menit setiap pagi. Karena jujur aku cemburu dengan perutmu yang selalu kau perhatikan siang dan malam.” Ujarku. Dia tersenyum lalu mencubit otot perutku, “Awww!!! Sakit sayang!”

“Kelak kau akan lebih cemburu, karena setelah putri kecil ini lahir aku akan benar-benar melupakanmu. Aku akan lebih memilih menatap putriku seharian daripada memasangkan dasi untukmu.” Ujarnya sambil menatapku.

(flashback end)

***

 

Miyoung’s POV

From : [email protected]

To : [email protected]

Text : Annyeong… Aku akan tiba hari ini di Seoul. Menggunakan penerbangan CZ 9917, mendarat di incheon pukul 5 sore. Just wondering, will you come to me, princess?

 

Aku tersenyum membaca email yang masuk kedalam tabletku hari ini. Sudah dua minggu dia mengurus bisnis di Paris dan Amsterdam. Dia setiap hari mengeluh bahwa dia lelah menjadi CEO tapi tak sedikitpun dia berniat mengambil cuti hanya untuk beristirahat.

 

From : [email protected]

To : [email protected]

Text : I got it, duizhang. I will you before those polices come. Kekekeke.

 

Aku meletakkan tabletku dan meneruskan mengeringkan rambutku yang baru saja kucuci.

 

(Flashback)

tumblr_mt6f1gUljg1qbbha7o4_250.jpg

“Who are you?” seseorang bertanya padaku ditengah hujan deras. Aku menatapnya, sepasang matanya menatapku penasaran. “Stay away from me.” Sergahku. Aku menggeser dudukku. Dia mengikutiku.

“Apa yang kau lakukan ditengah hujan begini, dipinggir jalan pula. Kau menunggu bis atau apa?” tanyanya. Aku menatapnya.

“Dan kenapa kau peduli?” tanyaku.

Dia menatapku, tatapannya sangat tajam kemudian perlahan terlihat bahwa dia dengan tulus benar-benar mempedulikanku. Lalu dia berbalik kearah mobilnya, meraih jaket panjangnya, lalu menyelimutkannya ketubuhku, sebisa mungkin melindungi kepalaku.

“Aku hanya punya ini, tidak ada payung. Kau mau kutemani menunggu apapun yang kau tunggu?” tanyanya, aku menggeleng.

“Hell!!! Bahkan kau tak memakai alas kaki. Ehh tunggu.. kau lari dari rumah sakit?” tanyanya saat mengenali apa yang aku kenakan. Sebuah daster rumah sakit panjang warna biru selutut.

Dia merapatkan tubuhnya, berusaha sebisa mungkin tidak banyak air hujan yang mengenaiku, “Jawab aku, Nona. Kau mau kemana? Biar aku antar. Kau mau kembali kerumah sakit?”

“Tidak! Aku tidak mau kesana.”

“Lalu kau mau kemana?”

“Entahlah.”

Dia diam sejenak, aku melihatnya yang seperti berpikir dan mempertimbangkan sesuatu. Hujan makin deras mengguyur kami berdua, tidak tepatnya mengguyur seluruh kota. Dia menatapku, menarik nafasnya, kemudian berkata dengan mantap, “Ikutlah denganku. Aku berjanji tidak melukaimu dan tidak juga berniat jahat denganmu. Aku hanya inginmemastikan kau tak lagi mati kehujanan.” Ujarnya. Aku menatapnya sejenak kemudian mengangguk.

(Flashback end)

***

 

Incheon, 17.15

Aku mencari-cari sosok orang yang paling ingin kutemui. Diantara keremunan seharusnya dia mudah dikenali.  “Miyoung!” panggil seorang laki-laki jangkung berambut blonde. Tangannya yang luar biasa lebar melambai kearahku. Aku tersenyum kearahnya, kemudian berjalan menghampirinya.

“Welcome back to Korea, Duizhang.” Ujarku sambil mengulurkan sebuah pot berisi bibit bunga Daisy. Dia tersenyum lalu meraih pot bunga kecil dariku dan kemudian merengkuhku.

***

 

Yixing’s POV

tumblr_mu97th4mma1syfvnro7_500.jpg

Aku menatap Kris Wu, rekan bisnisku yang tengah disambut istrinya begitu keluar dari bandara. Mereka nampaknya pasangan yang sangat serasi dan terlihat sekali Kris sangat bahagia dengan istrinya. Ah, kalau saja Miyoung masih disisiku, tentu dia akan menyambutku dengan seperti itu.

Aku berjalan melewati Kris, kemudian mengangguk singkat sebagai tanda sopan santun, dan Kris membalasnya dengan anggukan kecil, mencoba terlihat berwibawa didepanku tapi dia tidak bisa menyembunyikan senyumnya.

(flashback)

“Oppa!!” teriak gadis didepanku dengan bersemangat, dia melambaikan salah satu tangannya berkali-kali. Aku melirik tangannya yang satu, dia memegang pot bunga kecil berisi bibit bunga. Aku tahu, pasti krisan putih, bunga favoritnya. Dia selalu berkeras membawa pot bungan beserta dengan bibitnya jika menjemputku di Bandar setelah aku kembali dari berlbur ke Changsa bersama orang tuaku.

“Krisan putih lagi?” tanyaku sambil menunjuk pada pot bunga yang dipegangnya. Dia mengangguk-angguk. “Tapi ada bedanya. Hari ini ada suratnya loh.” Ujarnya ceria. Aku meraih amblop wara kuning yang diselipkannya diplastik pembungkus pot itu.

“Baca dirumah Oppa.” Ujarnya. Kemudian dia melingkarkan lengannya dilenganku, dan membimbingku berjalan keluar bandara.

***

Dear Zhang Yixing,

Aku menghitung setiap hari. Kau tahu ini sudah hari ke 600 sejak kita bersama pertama kali. Dan setiap hari aku tak bisa berhenti memikirkanmu.

Tiap kau pergi, hujan selalu turun. Karena itu tiap hujan aku memikirkanmu.

Tiap kau mengantarku pulang, seekor burung akan bertengger dipohon depan rumahku. Karena itulah tiap melewati pohon itu aku memikirkanmu.

Tiap kau menjemputku ke sekolah, seorang bapak penjual Koran distasiun akan menawarkan korannya padanya. Karena itulah tiap melewati bapak itu aku memikirkanmu.

Tiap aku melihatmu kau selalu sama, menggunakan jaket hoodie biru dengan headphone warna ungu. Karena itulah dimanapun aku seperti melihatmu, aku selalu memikirkanmu.

Banyak hal kecil yang kita lalui bersama. Terima kasih untukmu. Dan aku selalu memikirkanmu.

~Jang Miyoung

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
riezaimar #1
sediiih... tapi gw suka kris nya bahagia...:)