TUJUH kah ini?

We Are Family, Aren't We?

warning: !


"Wow. Ternyata banyak juga yah cewe-cewe yang pengen dapetin dompet limited edition itu."

 

Junmyun terkesima melihat banyak nya wanita yang berkumpul di depan kotak kaca bertuliskan 'New Arival'

 

"Gak cuma dompet kok. Ada tas, sepatu, juga kacamata. Dan juga bukan cuma wanita yang pengen. Pria nya juga, liat tuh." Layla menunjuk beberapa orang pria yang sedang memilah milih sepatu yang cocok.

 

Junmyun mengekor di belakang Layla yang masih mencari jenis dompet yang di inginkan nya.

 

"Emang sebagus apasih barang nya?" Tanya Junmyun sambil mengambil sebuah dompet panjang dengan satu zipper di tengah. "Cuma dompet biasa gini, apa bagusnya?"

 

Bukan Layla yang menjawab pertanyaan Junmyun karna Layla makin sibuk mencari dan memilah dompet-dompet kualitas tinggi yang menurut Junmyun 'terlalu biasa'.

 

"Hey, produk Gucci itu tidak pantas di pertanyakan kebagusan nya, tauk!" Terdengar suara seorang wanita yang menginterupsi monolog di kepala Junmyun.

 

Ketika Junmyun menoleh ke sumber suara, terlihat seorang wanita tinggi (bahkan lebih tinggi dari Junmyun) yang merangkul boneka panda kecil di lengan kanan, dan sebuah tas tangan Gucci di lengan kiri.

 

Matanya dikelilingi oleh lingkaran hitam seperti panda, tatapan mata nya sangat tajam dan mengintimidasi, juga warna kulitnya yang lebih gelap dari wanita kebanyakan. Telinganya pun di hiasi oleh beberapa buah tindikan.

 

Junmyun yang sangat terkejut dengan penampilan wanita di belakangnya hanya berbalik dan menunduk, "M-Maaf, aku gak bermaksud meremehkan barang-barang Gucci, sekali lagi, maaf." Ia membungkuk.

 

"Hey, hey, hey! Jangan membungkuk seperti itu!" Ia menyentuh lengan Junmyun dan membantu Junmyun berdiri tegak.

 

"Loh, Junmyun. Ada apa?" Tanya Layla kebingungan melihat Junmyun membungkuk di depan seorang wanita yang tidak di kenal.

 

"I-Ini, tadi a-aku, a-aku..."

 

"Ah, dia cuma sedikit berkomentar tentang Gucci, dan aku sedikit merasa terganggu dengan komentar nya. Tapi aku tidak berharap dia untuk membungkuk di depanku, kok." jelas wanita itu. "Aku Zita, by the way." Ia mengulurkan tangan nya di depan Layla.

 

"Oh, hay Zita. Aku Layla. Dan ini Junmyun. Maaf ya atas komentar nya yg kurang berkenan, dia memang bukan seseorang yang tau tentang Gucci." Layla terkikik pelan.

 

"Wah pantas aja. Aku harap sih kamu bisa ajarkan kekasihmu itu semua seluk beluk tentang Gucci," Zita mengedipkan sebelah matanya, "Duh, kayaknya aku gak bisa lama-lama disini. Paman ku udah nunggu di parkiran, sepertinya dia udah gak sabar nungguin aku." Ia melirik handphone nya yang mulai berbunyi.

 

"Semoga kita bisa bertemu lagi dan menjadi teman baik yah," Layla tersenyum manis pada Zita.

 

Zita pun pergi sambil sesekali menengok ke belakang dan melambaikan tangan ke arah Layla. Layla juga terus melambai hingga sosok tinggi Zita menghilang dari jangkauan pandang nya.

 

Junmyun yang memperhatikan percakapan antara Layla dan Zita akhirnya angkat bicara.

 

"Jadi, dia menganggap kita sebagai pasangan kekasih, dan kamu gak membantah, huh?"

 

Layla terkejut mendengar pernyataan Junmyun. "Apa? Aku gak ingat kalau dia bilang begitu."

 

"Dasar pelupa," ujar Junmyun sambil menjulurkan lidah nya ke arah Layla.

 

"Dasar anak TK," jawab layla sambil tersenyum geli melihat kelakuan Junmyun.

 

"Udah pilih dompet nya?"

 

"Udah nih, sekarang kita pulang yuk."

 

"Loh, kok pulang? Emang itu dompet gak di bayar dulu?" Tanya Junmyun sambil berfikir apa Layla bisa lupa membayar sebuah barang yang sudah di belinya.

 

Dengan wajah polosnya, Layla menjawab. "Udah aku bayar kok pas tadi kamu lagi adu argumen sama Zita."

 

"Loh kok kamu yang bayar sih? Aku kan udah janji mau beliin kamu dompet itu!" Junmyun menghentak-hentakan kaki nya ke lantai, kekanakan.

 

Layla hanya mengherdikan bahu dan memutar bola mata melihat kelakuan kekanakan dari Junmyun, sang Ketua Osis SM School.

 

"Oke. Kalau begitu, aku akan traktir kamu makan di mana aja kamu mau, dan jangan pernah berfikir kamu bisa mendahului aku untuk lari ke kasir untuk membayar semuanya!!!"

 

"Oke, deal." Layla tersenyum dan menarik Junmyun keluar dari Gucci Home Shop. "Kayaknya aku lagi ingin makan pizza, nih."

 

 

"Anything for you, princess."

 

 

 

***

 

 

Seorang wanita tinggi semampai berjalan tergesa-gesa menuju parkiran. Ia langsung menghampiri sebuah mobil range rover evoque warna putih susu.

 

Dia berdiri di samping pintu penumpang, kedua tangan berada di pinggang.

 

Tidak lama kemudian kaca pintu mobil itu terbuka dan memperlihatkan seorang pria 30an berpakaian serba hitam lengkap dengan kacamata hitam nya.

 

"Ayo masuk, paman akan tunjukan jalan ke apartment baru kita. Juga jalan dari apartment itu ke sekolah. Senin depan kamu sudah mulai sekolah, Zita."

 

"Secepat itu, om??" Zita memasuki mobil mewah itu.

 

"Yaiyalah! Mau berapa lama lagi kamu bolos terus? Mentang-mentang pindahan dari luar negri." Pria itu melirik sinis dan mulai menyalakan mesin mobil.

 

"Hahaha.. Yaudahlah om, aku kan pengen cari suasana baru. Disana udah sumpek banget!" Zita mengibaskan tangan nya. "Lagian kan om sendiri yang minta sama papa supaya aku tinggal dan sekolah di kota ini, di sekolah tempat om kerja."

 

"Itukan supaya aku bisa ngontrol kamu! Liat tuh kehidupan kamu di cina dulu, berantakan kan? Kalo disini seenggak nya ada aku yang bisa ngawasin kamu!" Pria itu menarik nafas dan menghembuskan perlahan untuk menahan emosi.

 

Zita memandang keluar jendela, fikiran nya menerawang. Dia adalah seorang anak dari keluarga kaya raya. Ayah nya adalah seorang pemilik hotel bintang lima yang tersebar di seluruh provinsi cina. Ibu nya meninggal sesaat setelah melahirkan nya. Dia pun tumbuh sendiri tanpa kasih sayang seorang ibu, dan seorang ayah yang selalu sibuk dengan pekerjaan nya.

 

Semakin lama, dia merasakan kejenuhan tinggal di rumah besar itu yang hanya di temani oleh para pelayan. Jiwa nya memberontak, dia pun mencoba mencari kesenangan yang dapat memenuhi kebutuhan batin nya yang kosong.

 

Saat kegalauan menyelimutinya, ia bertemu seorang pria yang memberikan perhatian dan kasih sayang yang melimpah. Diapun memutuskan pergi dari rumahnya dan tinggal bersama dengan pria itu.

 

Tiga bulan. Cukup tiga bulan setelah tinggal seatap dengan pria itu. Selama itu Zita tidak hanya di berikan limpahan cinta dan kasih sayang, dia juga dijerumuskan ke lembah hitam.

 

Secara perlahan pria itu mengenalkan Zita oleh dunia malam. Drugs, free , dan alkohol mewarnai kehidupan nya setiap malam.

 

Sampai akhirnya dia ditemukan oleh paman nya di salah satu bar murahan sedang tergeletak di lantai dengan mulut penuh busa. Ya, dia over dosis.

 

Setelah dirawat selama seminggu di rumah sakit, ia pun akhirnya sadar. Ia juga sudah tidak mau lagi bertemu dengan kekasihnya itu. Dan ia juga tidak mau pulang ke rumah nya, rumah yang sudah membuat dia seperti ini.

 

Kehidupan kelam nya semasa di cina akan perlahan di tinggalkan nya. Dia sudah bertekad dalam hati. Beruntunglah dia memiliki seorang paman yang menyayangi nya dan dengan tangan terbuka menerima dirinya.

 

"Makasih, om." Gumamnya.

 

"Sama-sama." Paman nya tersenyum, lalu melanjutkan. "Dan jangan pernah panggil om atau paman di sekolah! Bisa-bisa aku dikira pedhopil lagi."

 

Zita memutar bola mata nya, paman nya memang kadang-kadang suka gak jelas.

 

 

***

 

 

"Eh, jongin, item, buluk, muka ngantuk! Lo udah denger belum gosip terbarunya?" Kata Taemin setelah pelajaran pertama selesai.

 

"Denger apaaa? Gosip apaaa?" Jawab Jongin sambil memanjangkan kata akhir nya.

 

"Katanya hari ini sekolah kita kedatangan murid baru loh!"

 

"Hah? Murid baru? Yakin? Minggu depan kan kita udah uas, kok masih nerima murid baru ajah?" Jongin bertanya-tanya.

 

"Kayaknya dia anak orang kaya deh, tadi sih gue denger dari Sulli sama Krystal, dia berangkat sekolah bawa mobil!" Taemin memukul meja pelan, "Dan mobilnya itu yang atap nya bisa di buka!" Taemin terdengar sangat excited.

 

"Ya, terus?" Tanya Jongin tanpa ada rasa tertarik sedikitpun.

 

"Ya berarti kita bakal punya temen baru, orang kaya!! ORANG KAYA!!!!!"

 

"Taem sayang.. Apa gue kurang kaya buat lo???" Tanya Jongin sambil mengedipkan sebelah matanya.

 

"Ih beda, item. Bedaaaaa. Lo itu cowo, kalo murid baru ini, dia cewe!"

 

"HAH? CEWE?" Jongin berteriak sambil membelalakan matanya.

 

"Nah, itu dia. Keren banget kan? Pindahan dari luar negri, bermobil pula. Gak sabar pengen tau dia masuk kelas mana." Taemin menaruh sikunya di atas meja dan menopangkan dagunya di kedua tangan. "Jangan-jangan dia sekelas sama kita!"

 

"Kalo menurutku thih, gak mungkin dia mathuk kelath ini.." Sehun angkat bicara.

 

"Maksud lo?"

 

"Thecara dia ke thekolah ajah udah bawa mobil, brarti kan dia udah punya thim, Taem" Jelas Sehun.

 

"Hah? Apaan tu tim?" Jongin bertanya.

 

"Thim, jongin, thim! Thurat Izin Mengendarai!!!!"

 

"Oooo SIM....." Jongin dan Taemin berkata serempak.

 

"Dathar, udah temenan lama juga mathih aja nggak ngerti bahatha aku." Sehun cemberut. "Lagian kalo dia mathuk kelas kita pathtinya udah dari pelajaran pertama tadi dia mathuk thini."

 

Taemin menepuk jidatnya. "Bener juga. Kok lo pinter, Hun?"

 

Sehun hanya mengerdikan bahu, tidak mengerti akan kebodohan teman-teman nya.

 

 

***

 

"Aku gak nyangka loh ternyata kita satu sekolah, satu kelas, bahkan kita duduk bersebelahan!"

 

"Aku juga gak nyangka ternyata kamu seumuran denganku. Aku fikir waktu itu kamu udah kuliah atau bahkan udah kerja."

 

"Setua itukah wajahku?" Zita terlihat sedikit sedih sambil meraba-raba wajahnya.

 

"Hahahaa.. Kamu sangat lucu, Zita. Aku sangat beruntung bisa berteman denganmu." Layla tersenyum tulus.

 

"Oia, berhubung aku belum punya teman dan gak tau apa-apa tentang sekolah ini, mau gak kamu temani aku berkeliling? Zita memandang Layla, memperlihatkan puppy eyes nya.

 

"Of course I would." Layla mengacak-acak rambut Zita. "Nanti aku kenalin deh sama teman-temanku."

 

"Huaaaa, Laylaaaa. Kamu baik banget, sih!!!!" Zita memeluk Layla erat hingga Layla tidak bisa bernafas.

 

"I-Iya aku baik, baik banget. T-Tapi plis, Zita. A-Aku gak bisa napassss...."

 

Zita langsung melepaskan pelukan nya, "Ups, maaf."

 

Layla hanya bisa terkikik melihat kelakuan teman baru nya. "Kamu lucu, Zita. Pasti semua orang ingin berteman dengan mu."

 

Ketika Layla mengatakan hal itu, dia sangat bersungguh-sungguh. Memang benar Zita anak yang ramah dan mudah bergaul dengan siapa saja. Baru beberapa jam bertemu dengan nya, seperti sudah berteman lama dengannya.

 

Zita si panda girl, begitu Layla menyebutnya, adalah si anak baru yang ramai dibicarakan oleh seluruh siswa siswi SM School.

 

Gaya nya yang trendi dengan pearcing dan tubuh tinggi semampai berbeda dari anak kebanyakan membuat semua mata tertuju padanya. Bahkan Yoona, si pemandu sorak tercantik pun sampai ternganga melihat nya.

 

Dan yang mengejutkan, ternyata Zita itu setahun di bawah Layla, -dia akhirnya bercerita setelah di anggap lebih tua oleh Layla- tapi karna waktu masih TK ia kebelet ingin masuk SD, akhirnya papa nya langsung memasukan nya ke Sekolah Dasar, padahal usia nya baru 5 tahun.

 

"Mungkin itu takdir. Kalau aku masuk sekolah nya normal seperti anak kebanyakan, aku pasti gak mungkin ketemu teman sebaik dan secantik kamu, Layla"

 

Layla tersipu mendengar pujian dari Zita. Dia jarang di puji seperti itu, apalagi oleh orang baru. Dia juga bahagia. Karna Zita dapat membuat mood nya jadi membaik.

 

"Thank you, Zita. You are such a mood maker to me."

 

Layla bersungguh-sungguh atas ucapan nya. Dari kemarin malam mood nya memang sangat berantakan. Dan yang membuat ia bad mood itu adalah, tidak lain tidak bukan, Kris.

 

"Layla, aku ke toilet sebentar yah. Toilet nya ada di ujung lorong kan?" Tanya Zita membuyarkan lamunan Layla. Dan sebuah anggukan dari Layla mengantarkan Zita keluar kelas dan menuju toilet di ujung lorong, dekat kelas 3A, kelas nya Kris.

 

Ketika Layla sendirian di bangku nya, angan nya pun kembali melayang pada kejadian semalam di rumah Kris.

 

 

Flashback.

 

 

Sekarang jam 8 malam dan Layla sedang berjalan kaki ke apartmen kekasihnya, Kris.

 

Apartment tempat selama ini Kris tinggal memang tidak terlalu jauh dari kompleks perumahan Layla yang memang di tengah kota. Sekitar 20 menit berjalan kaki, sampailah Layla di depan gedung bertingkat 20 yg terlihat megah dengan lampu-lampu yang menghiasinya.

 

Dia berjalan masuk ke pintu depan gedung yang dapat terbuka secara otomatis. Lalu dia langsung memasuki lift yang berada di lorong sebelah kanan dan memencet tombol 18, karna apartmen Kris berada di lantai 18, salah satu lantai tempat tinggal orang-orang kaya.

 

Dia hanya sendiri di dalam lift yang sisinya berbentuk kaca yang menampilkan potret dirinya. Malam ini ia mengenakan sepatu kets, dengan celana sebetis dan kemeja putih berlengan panjang. Rambut ikal nya di biarkan tergerai bebas di pundaknya.

 

Pintu lift terbuka, sekarang ia berjalan ke arah yang sangat di hapalnya. Mencari pintu bernomor 1807, nomor apartmen Kris.

 

Setelah menemukan pintu yang di maksud, diapun memencet bel yang di iringi langkah berat menuju pintu depan.

 

Pintu pun terbuka.

 

"Hay! Akhirnya kamu dateng juga, Lay. Aku kira kamu gak jadi dateng." Kris membuka pintu lebar dan mempersilahkan Layla masuk.

 

"Kalau aku gak kesini, bisa-bisa kamu ngambek sama aku. Aku tau siapa kamu, Kris." Layla duduk di sofa empuk di depan tv flat 48 inchi yang sedang memutar sebuah film. "Lagi nonton apa?"

 

"Titanic." Kris tersenyum dan menghampiri Layla. "Mau minum apa?" Tanya nya.

 

Kalau boleh jujur, sampai sekarang pun Layla tidak pernah mengerti seperti apa Kris sebenarnya. Tampilan luar nya jelas-jelas menandakan kalau dia adalah sosok tegar, kuat, tahan banting dan bertanggung jawab. Tapi sangat berbeda 180 derajat dengan tampilan dalam nya.

 

Tampilan dalam yang dimaksud adalah sifat aslinya, bukan apa yang ada di balik pakaian atau celana nya.

 

Kris adalah anak yang manja, cengeng, dan sangat bergantung pada Layla, kekasihnya. Dia juga bisa berkali-kali menonton film titanic favoritnya, dan juga berkali-kali menangis karenanya.

 

"Aku ambil sendiri aja." Layla lalu berdiri dan berjalan ke arah dapur. "Kamu mau dibikinin popcorn gak buat temen nonton?"

 

"Boleh." Kris tersenyum lebar memamerkan gusi nya.

 

Layla membuka kulkas besar yang ada di dapur. Dia mengeluarkan sekardus susu putih low fat yang selalu ada disana. Kris memang tinggal sendiri karna orang tua nya tinggal di luar negri, tapi mereka tidak pernah membiarkan anak satu-satunya hidup dalam kesusahan. Mereka pun menyewa seorang wanita paruh baya yang bertugas untuk mengurusi segala keperluan Kris.

 

Tidak lupa layla mengambil sebungkus popcorn instan dan langsung memasukan nya ke dalam microwive.

 

Lima menit kemudian Layla keluar dari dapur dengan membawa sekantong popcorn dan segelas susu dingin dan langsung duduk di samping Kris yang masih fokus dengan adegan Hampir-Bunuh-Diri nya Rose.

 

Di pertengahan film, ketika mulai adegan menegangkan ketika kapal Titanic mulai menabrak bongkahan es, ada sesuatu juga yang menegang di tubuh Kris. Ia pun melirik kekasihnya yang duduk bersila di atas sofa, masih fokus dengan Titanic.

 

"Lay.." Kris dengan lembut memanggil nama Layla yang hanya di jawab dengan gumaman.

 

Kris bergerak mendekat, membuat tidak ada lagi jarak di antara mereka.

 

"Bisa gak kalau kamu gak terlalu deket sama Junmyun?"

 

Pertanyaan Kris membuat Layla terhenyak.

 

"K-Kenapa gitu?"

 

"Aku gak nyaman aja kalo harus ngeliat dia terlalu deket sama kamu. Kamu kan pacarku, milikku. Aku gak suka kalau harus membagi kamu dengan orang lain, karna.." Kris mendekatkan bibirnya ke telinga Layla, "...You belong with me."

 

Layla bergidik karna Kris menghembuskan nafas nya tepat di telinganya. Dia memejamkan mata.

 

"T-Tapi kan aku dan dia hanya berteman, seperti aku dengan Chanyeol, Jongdae, atau dengan Jonghyun.."

 

Kris melingkarkan tangan nya di pinggang layla, bibir nya mulai menciumi daerah paling sensitif dari tubuh Layla: Leher.

 

"Tapi aku gak suka.." Dia terus menciumi kulit leher layla yang membuat layla menggeliat kegelian. "Aku cemburu, Lay. I'm so ing jealous."

 

Ketika Layla ingin membela diri, tiba-tiba bibir nya sudah di kunci oleh bibir Kris. Kris melumat bibir atas Layla dan menjilat bibir bawah nya.

 

Awalnya Layla hanya diam menerima serangan dari kekasihnya. Matanya terpejam menikmati permainan Kris. Hingga tangan Kris mulai menyusup ke dalam bajunya dan menyentuh kulit Layla.

 

"Kris... Stop it..." Layla mendesah sambil menarik tangan Kris dari dalam bajunya.

 

Kris menghiraukan larangan dari Layla dan terus melanjutkan aksinya. Kini lidah nya sudah menjelajahi rongga mulut Layla.

 

Tubuh Layla melemas karna sentuhan nakal Kris dan permainan lidah nya. Kini Kris ada di atas nya, mencium, menyesap dan menggigit pelan lehernya hingga meninggalkan bekas.

 

Bisa di bilang berciuman seperti ini bukan hal baru bagi mereka. Tapi jelas, Layla punya batasan sendiri yang sangat di hargai oleh Kris.

 

"Kris... Udah yaa..." Layla berusaha menarik lagi tangan Kris yang kini sudah berada di dalam baju nya, meraba punggungnya, mencoba melepas kaitan bra yang dia pakai.

 

"Why we should stop, honey? Don't you enjoy it?" Kris kembali melumat bibir Layla. Tangan kanan nya sudah berhasil melakukan pekerjaan nya di bagian belakang tubuh layla, dan kini tangan kirinya mulai membuka kancing kemeja putih layla satu persatu.

 

Layla kembali menjauhkan tangan Kris dari tubuhnya ketika kancing ketiga nya hendak di buka oleh kekasihnya itu.

 

"Yes, we should stop it. Get away from me, Kris." Layla membuka matanya dan mendorong tubuh Kris untuk menjauh. Tapi Kris terlalu kuat, bahkan usaha Layla tidak berarti apa-apa.

 

Kris menciumi setiap inchi kulit Layla yang terekspose. Hingga kini, semua kancing kemeja Layla pun terlepas.

 

Dia berhenti sebentar, menjauhkan dirinya untuk melihat hasil karya nya. Baju Layla sudah berada tidak pada tempatnya. Tapi Kris berfikir itu sangat y.

 

"You are so beautiful, Layla. You're mine and always mine." Kemudian dia kembali mencium bibir Layla yang sudah sangat berwarna merah dan membengkak.

 

Ketika tangan nya mulai menjelajah bagian bawah tubuh Layla, Kris tersenyum, lebih tepatnya ia menyeringai dalam ciuman nya. "Should we going further?"

 

Layla terhenyak. Ia menjauhkan wajah nya dari wajah Kris. Ia menatap ekspresi penuh nafsu dari kekasihnya. "No, Kris. We should stop this."

 

"Oh, why? Don't you know that your kiss always ?" Kris memojokan Layla.

 

"Please, Kris. Aku gak mau. Aku belum siap. I'm nor ready for this, Kris. Please understand me."

 

Kris yang sudah dikuasai oleh hawa nafsu tidak menghiraukan penolakan dari layla. Dia terus menyentuh tubuh layla dengan bibirnya. Sampai ia menemukan kancing celana Layla dan membuka nya.

 

"Stop, Kris! I said STOP!!!"

 

Kris terkejut, ia tidak pernah mendengar Layla berteriak padanya. Ia menatap wajah Layla. Wajah nya ketakutan dan air mata nya sudah mengalir dari sudut matanya.

 

Layla menangis, dan ia lah yang membuat Layla menangis.

 

Tapi hawa nafsu benar-benar sudah mengambil alih akal sehat nya.

 

Kris menggeram, ia kembali menyerang layla dengan ciuman. Tapi kali ini bukan ciuman lembut yang di berikan, tapi ciuman kasar yang penuh nafsu.

 

Layla yang berfikir bahwa ini sudah sangat keterlaluan dengan tenaga yang tersisa mendorong Kris hingga terjatuh dari atas sofa dengan bunyi dentuman yang lumayan keras.

 

Layla menghampiri Kris dan menampar wajahnya. "Jangan pernah kamu menyentuhku lagi, Kris. Ini bukan kamu, AKU BENCI KAMU!!!" Lalu dia mengambil hoodie putih Kris yang terjatuh di pinggir sofa dan memakainya.

 

"Layla, please. Jangan kaya gitu dong." Dia mencoba mengejar Layla ke pintu depan. "Aku bisa jelasin..."

 

"Gak. Aku gak mau dengar apa-apa lagi dari mulutmu. Jangan pernah dekati aku lagi. Aku udah muak sama kamu!" Dengan itu Layla keluar dari apartment Kris dan membanting pintu di depan wajah Kris. "We are done!"

 

"Arghhh!" Kris menjambak rambutnya sendiri, lalu dia keluar mencoba menyusul perginya Layla.

 

Ketika di luar, dia tidak bisa menemukan kemana perginya Layla. Dia berjalan kesana kemari seperti orang kebingungan dengan 'Adik kecil' nya yang juga masih butuh perhatian.

 

Saat itu juga dia melihat seorang wanita keluar dari lift hanya mengenakan bikini yang berbalut baju mandi. Sepertinya ia baru selesai berenang karna memang kolam renang nya ada di lantai 5.

 

"Hallo. Aku baru kali ini melihatmu, baru pindah yah?"

 

"Emm, iya. Baru kemarin pindah." Jawab wanita itu sambil tersenyum.

 

"By the way, namaku Kris. Apartment ku no 1807." Ia menunjuk ke arah apartment nya. "Mau mampir sekalian ngobrol-ngobrol? Supaya kita lebih akrab ajah. Kita kan bertetangga." Dia tersenyum manis.

 

Wanita itu menatap Kris dari ujung rambut hingga ujung kaki. Lalu pandangan nya berhenti tepat di bagian 'adik kecil' Kris yang butuh perhatian.

 

 

"Hmm, sepertinya kamu butuh sedikit bantuan. Baiklah, aku terima tawaranmu."

 

 

***

 

a/n

 

wow, update kilat hahaha.

ga kilat-kilat juga sih ya, yaudah sih /abaikan

 

udah baca warning di atas kan? hahaha muka Kris emang cocok banget sih buat jadi manusia asusila xD

sayang nya disini ga ada kaisoo moment, soalnya kaisoo momment kebanyakan di real!! hell yeah kaisoo is too ing real!!!!!!!

maaf buat Zita yang karakter nya jadi begitu, tp cocok kok sama muka nya. ahahaha.

piss ^-^)v aku exo stand yang cinta damai..

*kalo mau ngomel, di box koment aja yaaa*

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
xolafsonv #1
Chapter 4: You're welcome eechaayy
Keep writing~ and fighting! ^^
I always support you
Clovexo
#2
Chapter 12: finally oh finally...
setidaknya ada perubahan yg menunjukka masih suka sama kris cihuyy..
ini bocah cadel mau ngapain sih? ckck
lulubaekkie
#3
Chapter 12: astaga thooor! kraynya manis bangeeet~ tapi aku lebih suka sulay sih sebenernya._. tapi ngeliat ini jadi demen kray kkk~ jadi penasaran itu hunhan ngapain. terus penasaran juga gimana reaksi layla pas tau dia dipeluk dengan keadaan.... ahaha lanjut ya thor, hwaiting:D
liuliuyifan #4
Chapter 12: ffnya seruuu thor aku senyum2 sama ketawa2 semdiri bacanya aah lanjutkaan
mirayunda #5
Chapter 12: Asdfghjkl gilirannya hunhan kok malah selesai ceritanya T__T lol
Wah author knp ga bisa nonton tlp? Tp gpp deh thor mending, aku kmrn nonton tp gila itu festivalnya penuh sesak jadi aku kurang puas nontonnya :(
Semoga taun depan ada lagi \^^/ nanti kita nonton bareng yah author hihi~
dyofanz #6
Chapter 11: authornim, Aku reader baru, salam kenal
doh kray bakal balikan gk nih? trus si jong in kpn jadian sama kyunga
btw authornim, Aku mau Tanya. Di CH 4 itu ada 'thanks to dyofanz'
dyofanz aku atau gimana? Dan utk apa? maaf kepo hehe
taohunhun
#7
Chapter 11: Waaa penasaran banget ;; semoga kris sama layla balikaaannn:'3
Pandananaa
#8
Chapter 11: aduh aduhhhhh... aaaakkkk! suka krislayla-nya manis banget eonni :3
endingnye ngeselin ihhhh... egantung gitu, hehe... tapi keren, seruseru.. bikin penasaran... ditunggu :3
Clovexo
#9
Chapter 11: wwaaaaaaaahhhhhhhhhhh O.O
layyyyyyyylaaaa
apakah itu pertanda layla bakalan baikan sama kris?
aaaaaaaaa...
nan joahaeyo~~
mirayunda #10
Chapter 11: Sdsghgkdllgjfl kray maniiiiiiiiis bgt author~!!! Aaa sialan endingnya pas bgt gantungnya T_____T hahaha ditunggu chap selanjutnya. Fighting! ^^~