First Love

Like a Drama - versi Indonesia
Please Subscribe to read the full chapter

Sorry for Miss Typo n Hope you enjoy it~ ^^

 

...........

 

Wooyoung bisa merasakan darahnya berdesir begitu hebat, merambat naik hingga ke atas kepalanya. Seolah mampu mematikan seluruf saraf otaknya, membuatnya membeku di tempat, tak bisa berpikir dengan jernih apa yang sudah terjadi di sekitarnya. Wooyoung bahkan yakin nyawanya sempat melayang entah kemana.

 

Bahkan ketika Nichkhun melepaskan bibirnya sejenak, Wooyoung masih tak tahu di mana kakinya berpijak. Nichkhun mengubah posisi kepalanya, miring ke sudut berbeda, masih dengan mata tertutup, ia ingin kembali merasakan bibir merah muda yang telah menggodanya. Baru satu emutan pada belahan bibir atas Wooyoung, sebuah tarikan pada kerah baju Nichkhun dari belakang segera memisahkan tautan bibir keduanya.

 

Badan Nichkhun mundur karena tarikan tersebut. Ia berbalik dengan gerakan sempoyongan. Alis tebalnya bertaut marah karena kesenangannya diganggu, dengan mata sayu mencari pelaku yang sudah membuat ia kesal. Namun yang terjadi berikutnya malah sebuah hantaman keras mengenai rahang kirinya saat itu juga. Membuat badan lemas Nichkhun —karena mabuk— langsung tersungkur ke atas lantai. Bisa ia rasakan nyeri pada sebelah rahangnya, juga kepalanya yang terasa makin pusing. Perlahan kesadarannya menghilang dengan kelopak mata yang terlalu berat untuk tetap terbuka. Hal terakhir yang ia dengar adalah suara Minjun yang berteriak keras memanggil nama sang pelaku.

 

"Taecyeon! Mengapa kau melakukannya?!" Minjun berlari, segera menghampiri tubuh Nichkhun yang terbaring tak sadarkan diri di atas lantai.

 

Sementara itu, tubuh Wooyoung yang bersandar pada dinding, langsung merosot jatuh, terduduk selonjoran di atas lantai, dengan pandangan menerawang ke depan, dan bibir yang terbuka sedikit, masih tak sadar dengan apa yang terjadi di sekitarnya.

 

Tiga pintu kamar terdekat, satu-persatu terbuka dari dalam, dan penghuni kamar lain pun mulai keluar dari kamarnya setelah mendengar teriakan Minjun barusan.

 

"Ada apa ini?"

 

"Hei, bukankah itu Nichkhun? Kenapa dia?"

 

Minjun mulai panik, ketika salah satu dari mereka beranjak mendekatinya, hendak memeriksa keadaan Nichkhun. Bagaimana kalau dia menyadari aroma alkohol yang masih tercium dari nafas Nichkhun? Lalu melaporkannya pada pemimpin asrama. Belum sempat Minjun ingin mengatakan kalau semuanya baik-baik saja dan tak perlu ada yang dicek, Taecyeon sudah mendahuluinya.

 

"It's Okay," Suara Taecyeon terdengar tegas dan juga keras, cukup menghentikan segala keributan namja-namja lain di sekitar mereka. Taecyeon masih tetap berdiri di tempat, dengan kepala tertunduk, sehingga tak ada yang bisa menebak bagaimana ekspresi wajahnya saat ini. "Kubilang semuanya baik-baik saja. Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Jadi kembali lah kalian semua ke kamar sekarang," ia berkata dengan nada tegas. Namun para namja itu masih berdiri di tempat mereka, ragu terhadap apa yang dikatakan Taecyeon.

 

Kepalan tangan Taecyeon makin menguat menahan amarahnya, ia menahan nafas sesaat— "Aku bilang SEKARANG!" gertaknya menggelegar. Membuat semuanya bergidik, dan segera kembali ke kamar mereka dengan tergesa-gesa, sebelum Taecyeon yang terkenal dengan image Beastly itu mengamuk tak terkendali.

 

Chansung —salah satu dari mereka, juga ikut masuk ke dalam kamarnya sendiri. Namun ia terhenti di ambang pintu, berbalik dan melihat Junho masih berdiri di tempatnya, tak bergeming dengan gertakan Taecyeon barusan.

 

"Apa yang terjadi hyung?" Junho bahkan dengan berani bertanya, setelah suasana sepanjang koridor sekitar tampak sepi, menyisakan mereka berenam yang masih berada di luar kamar.

 

Detik berlalu, tak ada satu pun dari mereka menjawab. Taecyeon masih berdiri di tempatnya, dengan kepala tertunduk. Wooyoung masih duduk bersandar di dinding, dengan pandangan lurus yang masih menerawang —antara sadar dengan tidak. Dan Minjun yang duduk di samping Nichkhun —yang masih tak sadar diri berbaring di lantai— menatap lantai  di sampingnya dengan pandangan datar.

 

Bahkan bunyi helaan nafas panjang Chansung —karena lelah menunggu jawaban— terdengar menggema di sekitar mereka. "Oke. Aku tak tahan lagi." Ia memberanikan diri menghampiri Nichkhun dan Minjun. Berjongkok untuk melihat keadaan Nichkhun. "Apa dia benar-benar pingsan?" Chansung bertanya pada Minjun. "Haruskah ia dibawa ke ruang kesehatan?"

 

Minjun tersentak. Ia mengangkat kepalanya dan segera menggeleng dengan cepat. "Tidak usah." Minjun memandang langsung mata Chansung dengan sirat antisipasi, seolah memberi sinyal bahwa Chansung dapat dipercaya untuk menjaga rahasia. "Tolong bawa saja ke kamar kami. Dan jangan katakan pada siapa pun tentang keadaan Nichkhun yang sebenarnya."

 

Awalnya Chansung tak mengerti, tapi begitu ia membungkuk, mendekat ke arah Nichkhun untuk mengangkat bahunya, Chansung segera menyadari aroma alkohol dari hembusan nafas teratur Nichkhun. Chansung mengangguk singkat pada Minjun.  Lalu mengalungkan lengan kiri Nichkhun di tengkuk Chansung sendiri, untuk memapahnya. Minjun hendak meraih lengan kanan Nichkhun dan melakukan hal yang sama untuk membantu Chansung memapah Nichkhun—yang tentunya sangat berat karena Nichkhun sepenuhnya tak sadar—, tapi Junho menyela di antara Minjun dan Nichkhun.

 

"Biar aku saja hyung," Junho segera mengalungkan lengan kanan Nichkhun ke tengkuknya. Matanya sempat melirik ke samping, bertemu pandang dengan Chansung yang balas memandangnya dalam diam. Hanya bertemu pandang, tanpa adanya sahutan kasar atau kata mengejek dari kedua belah pihak. Untuk pertama kalinya, mereka menutup mulut masing-masing dengak jarak dekat seperti ini. Seolah keduanya sama-sama paham —tanpa diberitahu— bahwa dalam kondisi begini bukan saatnya mendebatkan hal yang tak berguna.

 

Dengan langkah yang sama, kedua maknae itu saling membantu memapah Nichkhun di kedua sisi tubu sang artis, membawanya masuk ke dalam kamar nomor 22, tanpa sepatah kata pun yang keluar dari masing-masing pihak.

 

Minjun mengambil satu langkah, hendak menyusul kedua maknae ke dalam kamarnya. Tapi Minjun membatalkannya, ia menoleh, melihat dalam diam, dengan pandangan berbeda pada Taecyoen yang masih terdiam menunduk.

 

Tak lama, Junho keluar dari kamar tersebut, Chansung menyusul di belakangnya. Junho segera menghampiri Wooyoung. Mengguncangkan bahunya agar terbangun dari lamunannya. Wooyoung tersentak, tapi pandangannya masih tampak linglung, seperti orang kebingungan, tak menyangka dengan apa yang baru saja ia alami, merasa dirinya masih terombang-ambing di antara alam mimpi dan nyata.

 

"Ayo bangunlah Wooyoung-ah. Kita harus kembali ke kamar," Junho memaksanya, menarik lengan Wooyoung agar berdiri, lalu menuntunnya berjalan menuju kamar mereka. Wooyoung hanya diam saja, tak mengatakan sepatah kata pun, dan menurut dengan baik ke mana Junho mengarahkannya. Chansung menunggu di ambang pintu kamar 23, membukakan pintu untuk Junho dan Wooyoung, lalu menyusulnya masuk ke dalam dan  menutupnya.

 

Menyisakan dua orang yang terdiam dalam keheningan, dengan pikiran masing-masing, berdiri di antara kesepian malam koridor yang tampak sepi. Taecyeon yang terus menatap lantai, dan Minjun yang memandang Taecyeon dengan tatapan yang sulit diartikan. Suara langkah pelan kaki Minjun yang mendekati Taecyeon, bahkan bisa terdengar sampai di ujung koridor.

 

Minjun menghela nafas pelan, mencoba tegar meski rasanya hatinya juga tersakiti, melihat bagaimana namja di hadapannya tampak begitu terguncang. Meski Taecyeon mencoba untuk menutupinya dengan sikap seribu bahasanya, Minjun tetap bisa menyadari hal itu. Karena Minjun sangat mengenal Taecyeon, bahkan lebih dari Taecyeon yang mengenal dirinya sendiri.

 

"Semarah apapun kau—" Minjun memulai dengan suara pelan. "—tak pantas bagimu memukul orang tanpa tahu alasannya. Lagipula, bukankah kita berdua sudah tahu, Nichkhun dalam keadaan—" Minjun tak melanjutkan katanya, tanpa disambung pun Taecyeon sudah tahu maksudnya.

 

"Maafkan aku," lirih Taecyeon, tanpa sekalipun mengangkat wajahnya.

 

Minjun mengepalkan tangannya. Sama sekali tak suka melihat sikap Taecyeon yang berubah menjadi lemah dan pasrah, apalagi setelah mengetahui apa penyebabnya, membuat hati Minjun terasa semakin sakit. Tapi, untuk kesekian kalinya, Minjun mencoba untuk bertahan.

 

Taecyeon tertegun, ketika tiba-tiba Minjun bergerak perlahan memeluk badannya, melingkarkan lengannya pada punggung tegap Taecyeon, dengan sisi kepalanya yang menempel pada dada tegas Taecyeon.

 

"Aku tahu," bisik Minjun pelan di dada Taecyeon. "Meski kau tak memberitahukan aku, aku sudah tahu." diam-diam Minjun menggigit bibirnya, menahan perasaannya sendiri. "Kau menyukainya kan?" tanpa menyebut nama, Taecyeon sudah cukup tahu siapa yang dimaksud Minjun. Dan Minjun pun semakin yakin dengan kebisuan Taecyeon sebagai jawaban dari pertanyaannya.

 

"Benar kan? Kau menyukainya," tambah Minjun lagi, dengan hati yang semakin terasa teriris. "Jangan khawatir," Minjun benar-benar menggunakan seluruh pertahanannya agar suaranya terdengar baik-baik saja. Meski rasanya ia ingin menangis saat itu juga. "....Apa pun pilihanmu, aku selalu mendukungmu...." ia bersungguh-sungguh dengan ucapannya, karena Minjun tak pernah ingin melihat Taecyeon terluka. "....Kau sangat tahu Taecyeon, bahwa aku selalu berada di pihakmu...." meski rasanya akan semakin sakit, itu tak masalah. Tambah Minjun dalam hati, mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

 

Perlahan Taecyeon mulai tersenyum singkat, terhibur, tanpa tahu bagaimana perasaan Minjun yang sedang memeluknya saat ini. Ia membalas pelukan Minjun, dan berbisik penuh rasa syukur. "Terima kasih....."

 

Minjun memejamkan matanya, tanpa ada yang tahu, bahwa ia sedang menarik paksa air mata yang menggenang di kelopak matanya, agar tak terjatuh di atas pipi putihnya, yang malah akan membuat baju Taecyeon basah.

 

.

 

.

 

.

 

.

 

.

 

Seperti hari sebelumnya, lagi-lagi penghuni kamar 23 memulai paginya dengan keributan dari dalam. Siapa lagi kalau bukan berasal dari Junho dan Chansung, yang mulai saling berdebat dengan suara keras. Padahal baru semalam, mereka tampak akur, walau hanya dalam waktu beberapa menit saja.

 

Kali ini yang mereka permasalahkan tentang pemakaian kamar mandi. Junho yang baru lima menit berada dalam kamar mandi, langsung dikagetkan dengan suara ketukan pintu bertubi-tubi dari luar.

 

"Aku akan menghitung sampai sepuluh!" terdengar suara teriakan Chansung dari balik pintu luar. "Sampai hitungan habis. Kau harus  segera keluar! Kalau tidak, aku akan mendobrak pintunya. Tak peduli dalam keadaan apapun kau ada di dalam, aku akan tetap masuk dan mandi!"  Chansung lalu terkekeh geli membayangkan hal itu. "Kalau perlu kita akan mandi bersama," tambahnya dengan nada canda.

 

"Mwo? Yach! Apa kau gila?" balas Junho berteriak dari dalam kamar mandi. "Aku tidak mungkin selesai mandi dalam waktu lima menit. Aku masih butuh 55menit lagi untuk menyelesaikan urusanku."

 

Chansung mendesah kesal. "Memangnya kau memiliki urusan apa di dalam kamar mandi sampai menghabiskan waktu satu jam?" ia bertanya pura-pura tak tahu. "Jangan-jangan kau sedang en sendirian di dalam," tebaknya asal dengan nada santai.

 

Junho melototkan matanya terkejut. "Yach! Aku tak mungkin semesum dirimu!"

 

"Cih. Mengaku saja. Kau kan memang mesum."

 

"Dasar  jelek! Berhenti mengatai orang mesum nyatanya kau yang jauh lebih mesum!"

 

"Aku akan mulai menghitung~" balas Chansung tanpa mempedulikan ledekan Junho. "Aku tau pintunya tak bisa dikunci, dan kekuatanku jauh lebih besar dari kau, kalau hanya sekedar untuk mendobrak pintu," Chansung memperingati. "Satu...." ia mulai menghitung dengan jarinya.

 

Junho mendelik tajam ke arah pintu yang tertutup. Seolah ia mampu memberikan tatapan mematikannya pada Chansung yang berdiri di luar.

 

"Dua...."

 

"Yach! Itu tidak adil!"

 

"Tiga..."

 

"Sialan. Berhenti menghitung!" Junho menghentakkan kakinya kesal.

 

"Empat.... Aku serius dengan ancamanku, Lee Junho," tegas Chansung menambahkan di sela hitungannya.

 

"Aku tidak akan keluar!" Junho masih bersisih kokoh dalam pendiriannya.

 

"Lima.... Oh, jadi kau menantiku untuk segera masuk dan mandi bersama denganku?" Chansung menyeringai lebar.

 

Wajah Junho langsung memerah membayangkan hal memalukan itu terjadi. "Andwae! Aku tidak mau!"

 

"Enam...." diam-diam Chansung mulai tertawa geli tanpa suara.

 

Junho mulai panik, bergegas mengambil shower untuk membasuh seluruh badannya.

 

"Tujuh...."

 

"Aissh! Jijja~" Junho mulai merengek di dalam. Chansung terkekeh di luar.

 

"Delapan...."

 

Sejenak Chansung bersiul penuh hiburan, menanti dengan apa yang akan segera terjadi.

 

"Sembilan...."

 

Tak ada suara apapun dari dalam kamar mandi. Suara air shower pun sudah mati dari detik sebelumnya.

 

"Sepuluh. Jah. Waktu habis." Chansung menepuk kedua tanganya. "Wah, sepertinya kita akan mandi bersama pagi ini." Ia terkekeh.

 

Braak!

 

Tapi pintu segera terbuka dari dalam dengan gerakan kasar. Junho berdiri di ambang pintu, dengan sehelai handuk biru panjang yang melilit pinggangnya. Menatap tajam penuh amarah kepada Chansung yang memasang senyuman lebar penuh kemenangan.

 

"Aku menang," seringai Chansung dengan wajah puas.

 

"Cih." Junho berdecih penuh kebencian. Ia langsung menendang tulang kering kaki kiri Chansung dengan penuh dendam.

 

"Akh!" Chansung meringis kesakitan. Membungkuk sambil memegang kakinya.

 

"Rasakan!" desis Junho, berjalan melewati Chansung.

 

"Yach!" Chansung hanya menggertak di tempat, tapi tidak membalas apapun pada Junho yang berjalan ke lemari. "Aku akan melakukan hal ini setiap hari!" ancam Chansung. "Mulai sekarang dan seterusnya kau tak bisa berlama-lama di dalam kamar mandi!"

 

"Mwo?" Junho berbalik. Hanya untuk mendapati sosok Chansung sudah menghilang di balik pintu kamar mandi yang tertutup. "Yach! Chansung jelek! Dasar kau menyebalkan!" makinya kesal.

 

Chansung berdiri, bersandar pada pintu dalam kamar mandi dengan tatapan menerawang tertuju pada setiap sudut kamar mandi. Bayangan tentang Junho yang

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ruellovcr
#1
Chapter 11: bingung aku sama nichkhun sjksjakjskaj
ruellovcr
#2
Chapter 10: siapa yang nyebarin foto itu deh?? apa jangan2 ada hubungannya sama junho yang nangis?
ruellovcr
#3
Chapter 7: KSKSKSSSKS KACAU ToT
ruellovcr
#4
Chapter 5: chansung sama junho ini kayanya apa2 bisa dibawa ribut melulu ya wkwkwk

oh ya, aku jadi bingung sama nichkhun ... sejauh ini dia lebih milih siapa deh?
ruellovcr
#5
Chapter 4: aku kasian sama nichkhun, tapi kasian juga sama minjun :((
ruellovcr
#6
Chapter 3: baru di chapter ini aja udah gemesin huhuhu
taeckayforever #7
Chapter 3: INI TAUN 2020 DAN AKU BARU BACA, tidak ada harapan lanjut kah? ㅠ.ㅠ
diyoungie #8
Chapter 14: Hai thor, aku kembali di 2019 :) aku tau sih kalo kamu gak bakalan update ff ini, cuma lagi kangen aja sama mereka :')
Amaliaambar
#9
Chapter 14: Aaaaaaaaaaa fix aku baper maksimal paraaahhh, ceritanya ngena banget ih feelnya dapet bgt sumpaaahhhhhhh
aaaah update lg dong author-nim jngn bikin saya mati penasaran, walaupun udh lama update lah author-nim saya penasaran banget bangetan iniiiiii
diyoungie #10
hai thor, aku datang lagi untuk mengingatkan mu agar mengupdate ff ini haha ^^~~~