First Day

Like a Drama - versi Indonesia
Please Subscribe to read the full chapter

Suara gemerisik pancuran air shower memenuhi isi kamar mandi tersebut sejak lima belas menit lalu. Sebuah tangan kekar terulur, memutar keran shower untuk mematikannya. Sebelah tangannya yang lain mengambil handuk di gantungan samping daun pintu. Menggunakan handuk putih tersebut, ia mengusap lehernya, memutar di bagian tengkuknya, lalu turun menlap dada bidang berkulit agak eksotis yang tampak kekar dan segar sehabis mandi. Terakhir, handuk putih panjang itu ia lilitkan di pinggul, di bawah abs chocolate-nya.

 

Dengan penampilan bertelanjang dada sehabis mandi, Ok Taecyeon pun membuka pintu kamar mandi tersebut. Berniat menggenakan seragam sekolahnya di depan lemari bajunya sendiri.

 

”Hyung....” suara bernada kantuk lain menyahut, menyambut Taecyeon di depan kamar mandi.

 

Taecyeon menoleh, melihat Wooyoung yang masih berpakaian piyama biru langit, berdiri di hadapannya. Namja chubby itu mengucek sebelah matanya sehabis menguap lebar. Dengan pandangan tak fokus –plus masih ngantuk, mendongak menatap kakak kelasnya. ”Boleh aku pinjam kamar mandimu lagi, hyung?” rajuknya. ”Junho masih saja terlalu lama berada di kamar mandi kami,” rengutnya cemberut, mempoutkan bibir merah mudanya.

 

Taecyeon terpaku sejenak, sebelum akhirnya ia tersenyum geli. Menatap Wooyoung dengan pandangan berbeda. ”Tentu saja.” Tangannya terulur mengacak gemas puncak rambut hitam Wooyoung. ”Memang sejak kapan aku bisa melarangmu?”

 

Wooyoung nyengir. ”Thanks hyung.” Ia melangkah hendak melewati Taecyeon untuk memasuki kamar mandi.

 

”Tunggu,” Taecyeon menahan lengan kecil Wooyoung sejenak.

 

Wooyoung menoleh dengan bingung. ”Ada apa, hyung?”

 

Taecyeon mengusap tengkuknya, diam-diam menelan ludah gugup. ”Sabtu depan ini, apa kau ada acara?”

 

Wooyoung yang tak mengerti arah pembicaraan ini, hanya menggeleng innocent. Taecyeon tersenyum tipis mendapati reaksi polos Wooyoung.

 

”Kebetulan aku punya dua tiket konser K. Aku ingin mengajakmu noton berdua, bisa kan?” pinta Taecyeon penuh harap. Melihat raut wajah bingung Wooyoung, Taecyeon kembali menambahkan. ”Oh ayolah, Wooyoung-ah. Aku tak punya teman untuk diajak nonton. Nanti akan kubelikan es krim untukmu sebagai imbalan mau menemaniku, mau yah?” bujuk Taecyeon.

 

”Es krim?” mata kantuk Wooyoung langsung berubah jadi lebih bersinar. ”Oke hyung.” Dan ia langsung menerimanya tanpa pikir panjang lagi.

 

Senyuman Taecyeon bertambah kian lebar. ”Bagus. Jah, cepatlah mandi agar tak terlambat masuk kelas.” Taecyeon mendorong punggung Wooyoung memasuki kamar mandi, dan menutupkan pintunya.

 

Tak lama kemudian, terdengar suara merajuk Wooyoung dari dalam kamar mandi. ”Hyung~ Aku lupa membawa perlengkapan mandiku lagi. Aang~ ottoke....”

 

Taecyeon yang berdiri di depan lemarinya, terkekeh geli. ”Pinjam saja punyaku yang ada di dalam!” sahutnya. Taecyeon menggunakan celana sekolahnya, lalu melepaskan handuk panjang putih yang melilit pinggangnya.

 

”Hyung!”

 

Taecyeon menoleh ke kamar mandi. Melihat kepala Wooyoung yang nongol di sela pintu yang sedikit terbuka. ”Pinjam handukmu,” melasnya.

 

”Astaga, kau ini–” Taecyeon memasang wajah –pura-pura– kesal. Lalu melempar handuknya yang dengan sigap ditangkap tangan Wooyoung yang keluar dari sela pintu kamar mandi.

 

”Gomawo hyung!” riang Wooyoung sambil nyengir. ”Kau yang terbaik!” Pujinya sambil mengacungkan jempolnya. Ia memasukkan kembali kepala beserta tangannya dan menutup pintu kamar mandi. Tapi tiga detik kemudian, kepalanya kembali nongol di sela pintu. “Sarangheyo hyung~” serunya dengan nada main-main. Lalu kembali menutup pintunya sambil tertawa riang dalam kamar mandi.

 

Taecyeon terdiam menatap pintu kamar mandi tersebut. Ia tersenyum miring –antara senang dan miris. Ah, andai saja Wooyoung mengatakan hal itu tidak dengan nada canda dan niat berbeda. Dalam arti benar-benar serius mengatakan ‘aku mencintaimu’ lebih dari sekedar ucapakan belaka terhadap hyung-nya. Mungkin, hati Taecyeon akan merasa lebih bahagia dari pada saat ini.

 

”Nado saranghe....” gumam Taecyeon pelan, tanpa ada seorang pun yang mendengarnya kecuali dia sendiri. ”....Wooyoung-ah....”

 

.

 

.

 

.

 

Junho melenguh, mendesah lelah sambil membaringkan kepalanya pada meja kantin. ”Semakin tahun, sekolah ini semakin ramai,” gumamnya sambil melihat beberapa siswa-siswi berseragam KIRIN berlalu lalang di depannya. ”Gara-gara Bi Rain hyung, dan Song Samdong sunbaenim yang lulusan sekolah ini telah meraih puncak ketenaran. Tahun ini banyak anak baru pindah ke sekolah ini. Aissh.... itu artinya akan semakin banyak persaingan,” keluh Junho cemberut.

 

Wooyoung yang duduk di samping Junho, menepuk bahunya pelan. ”Jangan khawatir,” hiburnya, setelah mengunyah roti panjangnya. ”Kau masih menjadi siswa teladan terbaik yang tetap akan menerima beasiswa. Aku yakin itu,” ujarnya memberi semangat.

 

”Yah, kuharap begitu.” Junho mengangkat kepalanya dari atas meja. ”Tapi, apa kau sudah tahu tentang ranjang baru yang dimasukkan ke kamar kita pagi tadi?”

 

Wooyoung menautkan alisnya, bingung. ”Ranjang baru?”

 

”Hm. Kita mendapatkan anak pindahan yang akan se-roommate dengan kita mulai saat ini.” Junho menghela nafas. ”Kita yang tadinya berdua, sekarang jadi bertiga dalam satu kamar. Rasanya kamar kita pasti bakal sempit.”

 

”Eyy, jangan bicara begitu,” sanggah Wooyoung. ”Kamar asrama kita cukup luas kok untuk dibagi bertiga. Yah, kecuali kamar mandinya yang mungkin harus ditambah satu,” sindir Wooyoung sambil mengerling tajam ke arah Junho. ”Kali ini kau benar-benar harus merubah kelakuanmu untuk tidak mandi terlalu lama di kamar mandi. Jangan sampai anak pindahan itu kewalahan menunggumu keluar kamar mandi seperti aku!”

 

”Kalau yang itu dia harus memakluminya,” titah Junho ngotot, tak mau kalah dengan Wooyoung. Tak ingin urusan pribadinya di dalam kamar mandi ditolerin oleh siapa pun. “Pokoknya anak pindahan itu harus bisa nurut dengan peraturan kamar kita. Yah semoga saja dia tidak punya sikap yang menyebalkan,” harap Junho, dan mendesah tanpa sebab di akhir ucapannya. Entah kenapa, ia memiliki firasat tak enak mengenai hal ini.

 

 

 

 

 

 

Keresahan yang dirasakan Lee Junho mengenai banyaknya anak pindahan tahun ini, juga dirasakan oleh Ok Taecyeon. Meski tidak segalau Junho, tetap saja Taecyeon merasa firasatnya mulai berantisipasi mengenai dua anak pindahan baru yang akan sekamar dengannya. Yah, ada dua anak baru dalam kamarnya.

 

Pasalnya, Jaebeom yang dulunya sekamar dengan Taecyeon dalam asrama, tahun ini malah akan pindah sekolah ke Amerika. Lihat saja, namja pendek itu kini sedang berfoto ria di dalam kamar untuk mengambil kenang-kenangan sebelum ia benar-benar pergi dari negara gingseng tersebut.

 

”Kau benar-benar aneh Jay," celetuk Taecyeon tak habis pikir. ”Di saat semua orang berlomba-lomba ingin pindah ke sekolah terkenal ini, kau malah pindah keluar.”

 

”Ini beda Taec. Aku pindahnya ke Amerika. Bukan Afrika. Lagipula sekolah yang kutuju di sana tak kalah hebat dengan sekolah ini,” bela Jaebeom, sambiil mengunci kopernya. Ia menyeret kopernya menuju pintu kamar.

 

Jaebeom menyempatkan diri untuk menepuk lengan Taecyeon yang berdiri di dekat pintu. ”Well, yang rukun yah dengan teman sekamarmu nanti. Dan jaga dirimu baik-baik,” pamitnya sambil nyengir kecil.

 

Taecyeon balas nyengir. ”Oke Jay. Kau juga.”

 

Sepeninggalan Jaebeom. Taecyeon memandang dua ranjang kosong –selain ranjangnya sendiri– yang sebentar lagi akan mendapatkan penghuni baru. Ia tak bisa menebak, siapa sajakah dua anak baru tersebut. Tapi yang jelas, Taecyeon berharap semuanya bisa berjalan baik dengan kehadiran dua anak baru itu dalam kamarnya. Yah, Semoga saja.......

 

 

.

 

.

 

.

”Kyaaaa.....!”

 

Suara para remaja putri itu sudah bergemuruh ke satu arah. Pada sebuah van hitam yang berhenti di depan gerbang kawasan sekolah KIRIN, sebuah sekolah seni berasrama yang ternama di Korea Selatan. Sekitar tujuh bodygurd handal dan kekar dikerahkan di hadapan pintu van tersebut, untuk meleraikan para fans girl histeris agar orang ternama di dalam mobil van bisa keluar dengan selamat.

 

Pintu van mobil bergeser dengan dramatis. Para yeoja mulai saling dorong atau pun berjinjit untuk bisa melihat sang artis yang akan menunjukkan dirinya. Baru satu kaki bersepatu sport putih yang keluar dari van, menapak pada aspal, membuat para fans terdekat menahan nafas dengan jantung berdetak kencang.

 

Ketika akhirnya seluruh badan namja tegap sang artis menyusul keluar van mobil beserta dengan puncak kepala berambut coklat gelap miliknya, ia berdiri tegak di samping van sambil menunjukkan sebuah senyuman ramah bak malaikat di wajah tampannya.  Teriakan histeris para remaja putri itu pun tak bisa dielakkan.

 

”Kyaaa!! Oppa! Oppa!”

 

Dan poster bewajahkan artis te

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ruellovcr
#1
Chapter 11: bingung aku sama nichkhun sjksjakjskaj
ruellovcr
#2
Chapter 10: siapa yang nyebarin foto itu deh?? apa jangan2 ada hubungannya sama junho yang nangis?
ruellovcr
#3
Chapter 7: KSKSKSSSKS KACAU ToT
ruellovcr
#4
Chapter 5: chansung sama junho ini kayanya apa2 bisa dibawa ribut melulu ya wkwkwk

oh ya, aku jadi bingung sama nichkhun ... sejauh ini dia lebih milih siapa deh?
ruellovcr
#5
Chapter 4: aku kasian sama nichkhun, tapi kasian juga sama minjun :((
ruellovcr
#6
Chapter 3: baru di chapter ini aja udah gemesin huhuhu
taeckayforever #7
Chapter 3: INI TAUN 2020 DAN AKU BARU BACA, tidak ada harapan lanjut kah? ㅠ.ㅠ
diyoungie #8
Chapter 14: Hai thor, aku kembali di 2019 :) aku tau sih kalo kamu gak bakalan update ff ini, cuma lagi kangen aja sama mereka :')
Amaliaambar
#9
Chapter 14: Aaaaaaaaaaa fix aku baper maksimal paraaahhh, ceritanya ngena banget ih feelnya dapet bgt sumpaaahhhhhhh
aaaah update lg dong author-nim jngn bikin saya mati penasaran, walaupun udh lama update lah author-nim saya penasaran banget bangetan iniiiiii
diyoungie #10
hai thor, aku datang lagi untuk mengingatkan mu agar mengupdate ff ini haha ^^~~~