Hate

Wae

 

Chapter 1

 

“HOOOOAAAAHHHMM!!!”

 

Bletak!

 

“Aissh!! Sakit tau. Apa yang kau lakukan sih, Lulu?!”

 

Seorang pemuda murid kelas 1 SMA dengan rambut coklat cerah itu menatap pria di sebelahnya yang memegangi kepalanya karena baru saja dipukulnya dengan tatapan menusuk. “Kalau menguap, kau harus menutup mulutmu, Chan Yeo-ah!” omelnya.

 

Laki-laki yang bernama Chan Yeol itu hanya menggerutu sebal. “Ah! Kau ini cerewet sekali sih. Terserah aku, dong. Huuuaahhh!!”

 

Lulu – yang sebenarnya bernama Lu Han ini – kembali menatap Chan Yeol dengan kesal. “Semalam kau tidur jam berapa, sih? Gara-gara kau susah bangun, hampir saja kita terlambat, tahu!!”

 

“Ah... tapi kan cuma hampir,” sahut Chan Yeol cuek dengan suara rendahnya. Ia mengusap-usap rambut coklat gondrongnya yang berantakan. “Yang penting kita masih tetap bisa masuk, kan?”

 

Lu Han mempercepat langkahnya sambil menggerutu sebal.

 

“Hei, jangan marah begitu, Lulu!” ujar Chan Yeol sambil berusaha mengejar Lu Han. “Sering marah-marah itu bisa membuatmu cepat tua, loh.”

 

Laki-laki dengan rambut coklat terang itu menghentikan langkahnya dan menghadap Chan Yeol. “YA! Kau pikir gara-gara siapa aku sering marah-marah!” bentaknya pada pria yang lebih tinggi darinya itu.

 

Chan Yeol membuka mulutnya untuk membantah, tapi..... “HATSYII!!!”

 

“Kau flu?” tanya Lu Han sambil mengernyit.

 

“Memangnya salah siapa!?” seru Chan Yeol kesal. “Ini kan, gara-gara kau tadi pagi mengguyurku dengan air dingin!”

 

“Salah sendiri. Suruh siapa kau sulit dibangunkan!”

 

“Jahatnya~ Padahal ini kan, sudah mulai memasuki musim dingin. Hatsyi! Lihat, gara-gara kau aku jadi masuk angin!” ujar Chan Yeol.

 

“Enak saja gara-gara aku! Kalau kau bisa bangun pagi sendiri, aku tidak perlu repot-repot membangunkanmu segala!”

 

“Aku kan, baru tidur jam 3 pagi. Makanya aku masih mengantuk,” Chan Yeol membela diri.

 

“Kalau begitu memangnya apa yang kau lakukan sampai-sampai jam 3 baru tidur?” sentak Lu Han.

 

“Main game. He..he..he..,” sahut Chan Yeol sambil nyengir lebar.

 

“Cih. Pembohong,” ujar Lu Han mendengus. “Memangnya kalau hanya main game, kau akan sampai babak belur begitu?”

 

“A –“ Chan Yeol sudah hendak menjawab, tapi Lu Han memotongnya. “Jangan bilang bahwa kau masuk ke dalam game dan bertarung sungguhan dengan tokoh game itu! Itu tidak mungkin, tahu!!”

 

“Aku tidak akan mengatakan itu, kok,” sahut Chan Yeol dengan tampang tak berdosanya. “Hanya saja... tokoh-tokoh game itu loh, yang keluar dari dunia mereka dan kami bertarung sampai aku babak belur begini.”

 

Lu Han kembali mendengus. “Kodjimal!” Ia kembali berjalan meninggalkan Chan Yeol , menuju ruang kelasnya di lantai 2. Sementara itu, Chan Yeol mengikutinya dari belakang. Diomeli Lu Han dan membuat pemuda itu marah bukan hal baru bagi Chan Yeol. Itu justru rutinitasnya sehar-hari. Meski kadang ia sebal karena Lu Han begitu cerewet, tapi sebenarnya ia senang juga ada orang yang memperhatikannya dan mau peduli padanya.

 

“Ya! Lulu! Jangan marah begitu! Aku tidak bohong, kok!” Chan Yeol berusaha mengejar laki-laki yang sedang kesal itu.

 

“Berisik! Aku tidak mau peduli lagi dengan urusanmu!” ujar Lu Han ketus.

 

“Ya.. jangan begitu. Masa sikapmu seperti itu. Apa itu sikap yang pantas sebagai seorang adik!?”

 

“Siapa yang sudi punya Hyung sepertimu!”

 

“Eeh jangan begitu. Aku kan, memang Hyung-mu!”

 

“Sampai kapan pun aku tidak sudi mengakuimu sebagai Hyung-ku! Lagipula kita kan, tidak punya hubungan darah –.” Lu Han tiba-tiba berhenti bicara. ‘Gawat. Aku kelepasan! Sial! Aku malah mengingatkannya akan hal itu...’ Lu Han menatap Chan Yeol dengan ragu-ragu. Takut melihat reaksinya. Takut jika pemuda itu kembali teringat masa lalu dan jadi sedih.

 

“Yah... salahmu sendiri,” sahut Chan Yeol. “Suruh siapa lahir beberapa bulan setelah aku. Kalau kau memang tidak mau jadi adikku, coba saja putar balik waktu lalu coba kau lahir duluan sebelum aku!”

 

“Mana bisa, pabo!” omel Lu Han.

 

Chan Yeol nyengir lebar. “Kalau begitu kau harus menerima takdirmu sebagai adikku!” Lu Han kembali ngedumel. Tapi meski terlihat kesal, sebenarnya dalam hati ia lega.

 

Sementara itu, murid-murid lain yang ada di lorong memperhatikan mereka. Bagaimana tidak menarik perhatian, jika setiap hari, sepanjang lorong menuju kelas mereka, mereka selalu bertengkar dan saling membentak seperti tadi?

 

“Setiap hari selalu begini, ya?”

 

“Mereka berdua adik kakak yang akrab sekali.”

 

“Meski berisik, tapi rasanya pasti sepi jika tiba-tiba mereka tidak lagi seperti itu.”

 

“Mereka benar-benar akrab, ya? Seperti kakak-adik sebenarnya....”

 

.

 

.

 

.

 

.

 

“Good Morning!!” seru seorang siswi kelas 1-1 begitu melewat pintu dengan wajah cerah. Sapaan nyaringnya dibalas oleh orang-orang yang dilewatinya. Akan tetapi, iris gadis ini terpaku pada satu sosok. Individu yang tengah begitu fokus memandangi benda di tangannya hingga sepertinya tidak mendengar sapaannya tadi.

 

“Morning, Mama,” ujarnya lagi dengan senyum cerah pada sosok bersurai coklat itu.

 

Seraut wajah manis terangkat dan sedikit gelagapan. “Ah.. Pagi Yoo Mae-ah~” sahutnya dengan seulas senyum indah yang membuat seisi kelas langsung menoleh padanya demi melihat senyum yang begitu bersinar itu.

 

Yoo Mae sempat merasakan pipinya memanas mendapat senyum seindah itu di pagi hari selepas latihan kendo-nya yang melelahkan. “Ehm.. apa itu?” tanya siswi ini berusaha mengalihkan tatapan sosok di hadapannya agar berhenti meradiasinya dengan pandangan menyilaukannya. Jari gadis ini menunjuk pada buntalan kain yang ada di tangan lawan bicaranya. Benda yang sedari tadi sepertinya sedang diperhatikannya.

 

“Boleh kami melihatnya?” siswi-siswi lain ikut berkerumun karena sebenarnya penasaran sejak tadi.

 

“Ah, bukan apa-apa,” sahut siswi yang jadi pusat perhatian itu.

 

Eh! Tunggu sebentar. Sepertinya ada yang salah. Biar kudeskripsikan anak itu. Tubuhnya ramping semampai. Jemarinya indah. Rambut coklatnya halus membingkai paras mungil dengan senyum menawan dari bibir yang merah. Matanya hitam bagai permata, meski terlihat sayu. Kulitnya putih bersih, meski terlihat pucat. Secara keseluruhan wajahnya sangat cantik. Posturnya terlihat begitu imut dan menggemaskan. Dengan sosoknya yang seperti itu, dia bisa jadi model cewek yang sangat terkenal. TAPI, perlu diingat satu hal yang amat sangat penting. Dia... memakai seragam laki-laki murid Soo Won High. Selain itu di dalam data sekolah pun, dia tercatat sebagai PUTRA dari keluarga Byun. Jadi, kesimpulannya...bukan siswi tapi, siswa.

 

“Aku hanya sedang melihat ini,” siswa cantik itu menunjukkan apa yang jadi fokusnya sejak pertama tiba di kelas tadi. Itu adalah sebuah syal berwarna biru tua.

 

“Omo. Ini syal rajutan tangan, kan?”

 

“Kau yang membuatnya, Baek Hyun-ah~?”

 

Siswa bernama Baek Hyun itu tersenyum manis. “Ne,” ujarnya.

 

“Daebak! Kau hebat, Baek Hyunnie! Padahal laki-laki tapi rajutanmu rapi sekali.

 

“Omo omo, aku saja tidak bisa.”

 

“Eh, ada inisial di ujungnya. C. Y.”

 

“Siapa itu C. Y, Baek Hyunnie?”

 

“Jangan-jangan.... Chan Yeol-ssi? Park Chan Yeol-ssi dari kelas 1-8 ya?”

 

Baek Hyun tidak menjawab, tapi wajahnya yang tersipu seolah menjadi jawaban.

 

“Aaah! Aku tahu! Kau ingin memberikan syal ini pada Chan Yeol, kan?”

 

Kepala Baek Hyun semakin tertunduk. “Aku tidak yakin apa dia mau menerimanya...” ujarnya perlahan. Sementara, siswi-siswi yang mengerumuninya itu tampak bersemangat dan saling bertatapan dengan mata berbinar.

 

“Kau tenang saja, Baek Hyun-ah~! Kami akan memberikan syal rajutan penuh cinta ini pada Chan Yeol-ssi.”

 

“Ne! Kami akan membantumu, Baek Hyunnie!”

 

“Eeehh??” Baek Hyun mendongakkan kepalanya dengan sangat terkejut. “Aku tidak benar-benar bermaksud –“

 

“Ah! Itu Park Chan Yeol!”

 

“Omo, kebetulan sekali! Kajja!”

 

Siswi-siswi yang penuh semangat itu langsung berlari menuju pintu ruang kelas begitu melihat Park Chan Yeol lewat di depan kelas mereka.

 

“PARK-SSI!” panggil mereka berbarengan. Semua kepala serentak menoleh ke arah mereka dengan penasaran.

 

Dua orang siswa yang baru saja melewati ruang kelas 1-1 itu pun ikut menoleh karena merasa dipanggil. Yang berambut cerah menengok dengan ekspresi bertanya-tanya. Sementara yang bersurai gondrong terlihat malas-malasan. “Apaan, sih?” gumamnya sebal.

 

Para siswi yang tadi mengerumuni Baek Hyun itu menghampiri yang bersurai berantakan.

 

“Ini untukmu, Park Chan Yeol-ssi,” ujar siswi dengan rambut hitam terikat menyerahkan syal rajutan tangan berwarna biru.

 

"Igo mwoya?" tanya Chan Yeol tampak tak tertarik.

 

“Ini syal rajutan tangan buatan Baek Hyunnie. Dia sudah susah payah membuatnya untukmu. Dibuat dengan penuh cinta, loh. Terimalah!” jelas gadis itu sambil menyodorkan syal di tangannya.

 

Samar-samar terlihat rona merah di pipi Lu Han. Akan tetapi, tak ada yang menyadari karena semua perhatian tertuju pada Chan Yeol.

 

“Baek Hyun?” tanya Chan Yeol sambil mengangkat alis.

 

Tepat pada saat itu, Baek Hyun berlari-lari dari arah kelasnya dengan kalang kabut. “Yoo Mae-ah~!” panggilnya dengan panik.

 

Gadis bernama Yoo Mae itu tidak mempedulikan panggilan Baek Hyun. “Ne. Ini buatan Baek Hyun. Dalam setiap rajutan benangnya  terkandung cinta yang sangat dalam,” ujarnya. Lalu ia menoleh pada Baek Hyun. “Ne, Baek Hyun-ah~?”

 

Chan Yeol ikut menoleh ke arah yang sama dengan Yoo Mae. Saat mata hitam Chan Yeol yang tajam itu menoleh ke arahnya, Baek Hyun cepat-cepat menunduk. Wajahnya sangat merah karena malu. Ia jadi salah tingkah berada di bawah tatapan Chan Yeol.

 

Yoo Mae kembali menatap Chan Yeol. “Jadi...?” tanyanya menuntut respon dan jawaban.

 

“Cih. Geu-neun jae-su-eop-sseo!” ujar Chan Yeol sambil berbalik pergi dengan tampang bete.

 

Semua yang kebetulan ada di sana terkejut dengan reaksinya itu. Termasuk Yoo Mae. Dia benar-benar tidak menyangka reaksinya akan seperti itu. “Ya! Tunggu! Apa maksud kalimatmu itu?! Baek Hyunnie sudah membuatnya dengan sepenuh hati untukmu. Kau tidak mau menerimanya?” tanya gadis itu.

 

“Jeoldae!” sahut Chan Yeol dingin.

 

“Wae yo?!” seru Yoo Mae.

 

Chan Yeol melirik gadis itu lalu Baek Hyun yang terdiam di tempatnya, dengan sorot mata tajam. “Dia laki-laki, kan?” ujarnya sinis dan terdengar merendahkan. Lalu ia melangkah pergi menuju kelasnya yang ada di ujung lorong, setelah terlebih dahulu mengirim tatapan tajam yang amat menusuk pada Baek Hyun yang masih tak berkata apa-apa.

 

Tanpa disadari oleh Chan Yeol, sikapnya itu telah membuat seseorang marah. Bukan Baek Hyun, tapi seseorang yang peduli dan memiliki perasaan khusus pada Baek Hyun.

 

Lu Han menatap punggung Chan Yeol dengan ekspresi yang sulit sekali dibaca. Ia menoleh pada Baek Hyun yang kini tertunduk sambil dikelilingi teman-temannya, termasuk Yoo Mae yang berusaha meminta maaf padanya.

 

Rasanya seperti ditusuk oleh ribuan jarum yang lagsung menohok hatinya. Itulah yang dirasakan Baek Hyun sekarang ini. Dia sudah memperkirakan hal seperti ini, tapi tetap saja, terasa begitu menyakitkan. Baek Hyun menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan hatinya, lalu tersenyum sedih. Perlahan ia mengangkat wajahnya dan menatap sosok tinggi Chan Yeol yang semakin menjauh.

 

Saat itulah manik kelamnya bertemu dengan mata coklat Lu Han. Begitu pandangan mereka bertemu, Lu Han langsung membungkukkan badannya ke arah Baek Hyun, seolah seperti memberi hormat. Baek Hyun membalasnya dengan seulas senyum. Selama beberapa detik, Lu Han menatap Baek Hyun, seolah hendak mengatakan sesuatu. Akan tetapi, kemudian dia hanya membalikkan badannya dan berlari ke arah yang sama dengan Chan Yeol.

 

Tanpa diketahui siapapun, sebenarnya ada satu orang lagi yang sangat benci dengan perbuatan Chan Yeol tadi. Ia bersembunyi di balik tembok dan menatap kepergian Chan Yeol dengan penuh dendam.

 

“Kurang ajar kau, Chan Yeol! Tidak akan kumaafkan!!” bisiknya. Lalu ia pergi karena bel masuk sudah berbunyi. Rambut pirangnya yang panjang bergelombang dan rok seragamnya tersibak karena angin saat ia berbalik pergi.

 

.

 

.

 

.

 

.

A/N:

Igo mwoya? = apa itu?

Geu-neun jae-su-eop-sseo = he’s disgusting

Jeoldae = tidak akan

Wae yo? = kenapa?

 huwaaahh.... Chapter 1 akhirnya kelar....

Aku tahu, Lu Han lebih tua dari Chan Yeol, tapi demi keberlangsungan cerita, kubuat sebaliknya xP Mian buat semuanya m(_ _)m

Oh iya, kosakata bahasa korea-ku payah sebetulnya, jadi bila ternyata ada kata-kata yang tidak seharusnya atau ada yang salah, sangat ditunggu koreksinyaa xD

Dan ya, ada beberapa OC yang akan muncul di sini

Pemilik render dari pic2 yang kupakai, gomawo~ mian pic2nya saya ambil untuk fic ini m(_ _)m

Comment, please?

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
stellarstarlight
#1
it make me feel so many emotions!
Nisa_Park
#2
Chapter 10: emaaakk!
Padahal baekhyun udah berhasil mendapat tuh si chanyeol...
Kenapa author udh nyulik dia aja TT_TT aku nangis... Emaak.. Huhuhu
tapi ya.. Ini emang bagus.. Kenapa setiap angst selalu diakhiri dgn salah satunya pergi? Kenapa gk keduanya aja #nista
biar kyk romeo juliete gitu #plak
5 jempol buat author-nim
jujur awalnya sempat gk ngerti soalnya author nulis percakapannya pake rahasia2an jadi aku gk tau siapa aja yg ngomong..
Tapi, akhirnya aku ngerti sangat ngerti..
Ditunggu karya selanjutnya!
gotikuneko
#3
Chapter 10: T_T bagus bgt ff nya... Tp sad ending... Tp baguuuus bgt T_T
gotikuneko
#4
Hueee suka bgt ma ceritanya author-nim xD
chyshinji
#5
Chapter 10: T_T Sad ending ..... Kasian sekali chanyeol. Wah, ternyata Kris suka sama Luhan yah? Masa takut kalah sama Baekhyun sih,, kekekek,, ayo taklukan (?) Luhan.
chyshinji
#6
Chapter 9: Huweeeeeeeeeee,, gimana bisa Baekhyunnya malah metong T_T Padahal kan baru aja dapet first kiss dari chanyeol kan, huwaaaaaa,, nyesek sekali kalo jadi chanyeol, masa baru beberapa menit bahagia, langsung sedih selamanya -_-
chyshinji
#7
Chapter 8: Aigoooooooooooooooooo,, Chanyeol, lo bego apa tolol sih? Kan cuman mata baekhyun doang yang ditutup, wajahnya kan engga, masa engga kenal sih sama bidadari lo itu. Itu baekhyuuuuuuuuuuuunn >.< Aigooo,, itu baekhyun gak mati kan ya? semoga,, kekekek
chyshinji
#8
Chapter 7: Aigoooooo Lulu udah tau ada masalah sepenting ini lah malah masih mentingin gurunya, harus bisa dong pilih yang lebih penting -_- Urusan nyawa mah gak bisa ditunda, gak kayak urusan sekolah -_- Aigoooooo,, takutnya kalo nanti sampe Baekhyun nolongin Chanyeol trus mati, huwaaaaaaaaaaa
chyshinji
#9
Chapter 6: KYAAAAAAAAAAA!!! Bawa Sehun buat Luhan please!! Sumpah aku malah kasian sama Luhan disini. Oh ayolah Luhan kamu gak boleh suka sama baekhyun, masa namja cantik sama namja cantik juga. uke uke dong. Luhan lindungin Chanyeol yah,kekek
chyshinji
#10
Chapter 5: Luluuuuuuuu,, jangan jangan Chanyeol ini bisa terdeteksi sama para Iblis gara gara perlindungan Luhan yang mulai luntur. habisnya Luhan dalem hatinya marah marah terus sih sama Chanyeol, malah kayaknya lumayan benci juga gitu sama Chanyeol. Lindungi Chanyeol ya author. kasih pasangan buat my Lulu, biar dia nantinya gak ngerecokin Baekyeol, kekekek. kai ataupun Sehun gak masalah, dua duanya oke.