Prolog (First Time We Meet)

Wae

Saat umurku enam tahun, orang tuaku meninggal. Mereka meninggalkan dunia ini dengan cara yang aneh. Selama seminggu mereka menghilang dan tahu-tahu jasad mereka dikirim dalam paket dengan kondisi mengenaskan. Mungkin sejak itulah aku mulai bisa melihat hal-hal yang tidak masuk akal. Aku yang sejak saat itu sebatang kara dan dikirim ke panti asuhan, mulai didatangi makhluk halus dengan penampakan mengerikan. Iblis. Mereka selalu menggangguku. Mereka seperti... menghisap sesuatu dari dalam tubuhku. Entah apa. Mungkin jiwaku....

 

Kehadiran mereka  dalam hidup tentu saja membuatku kerepotan. tak ada seorang pun selain diriku yang bisa melihat mereka. Karena itu, semua orang tidak percaya dengan ceritaku dan mulai memandangku aneh. Setiap kali mereka  datang, aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku benar-benar tidak berdaya. Saat itu, aku benar-benar merasa sendirian. Aku tidak tahu lagi untuk apa sebenarnya aku hidup? Tak ada lagi yang kumiliki. Tak ada lagi yang bisa mewarnai hidupku yang kelam ini. Aku memutuskan untuk pasrah, apapun yang mereka lakukan padaku aku tidak peduli. Aku tidak mau peduli akan apapun lagi...

 

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku jika aku tetap seperti itu. Mungkin aku akan mati? Atau terbawa ke dunia iblis? Atau berada dalam kekosongan dunia yang kuciptakan sendiri? Aku tidak pernah tahu. Karena kedatangan iblis-iblis itu telah membawa sosok lain dalam hidupku.

 

Bidadari berambut perak.

 

Begitu aku menyebutnya. Dia datang di malam bulan purnama saat pertengahan musim gugur. Dia tiba-tiba saja muncul di hadapanku, menghalangiku dari iblis yang hendak menghisap jiwaku (seperti biasanya). Dia mengucapkan sesuatu dalam bahasa yang tidak kumengerti dan mengusir makhluk itu dengan cahaya keemasan yang hangat. Aku tidak pernah melihat wajahnya. Hanya rambut peraknya yang panjang terurai tertiup angin yang tak pernah bisa lepas dari ingatanku. Sosoknya selalu membelakangiku, seolah melindungiku. Dan ia memang melindungiku. Ia menyelamatkanku.

 

Aku juga tidak pernah tahu dia itu laki-laki atau perempuan. Tapi, dia adalah bidadariku. Rambut peraknya berkilau dengan sangat indah karena sinar bulan. Suaranya terdengar lembut tapi penuh keyakinan dan kekuatan yang luar biasa setiap kali ia mengusir iblis-iblis itu. Aku tidak tahu dia laki-laki atau perempuan. Dan aku tidak peduli. Aku jatuh cinta padanya.

 

Aku ingin melihat wajahnya. Aku ingin berbicara dengannya. Aku ingin lebih mengenal dirinya. Tapi, hal itu tak pernah bisa kulakukan, karena setiap kali setelah iblis itu menghilang, ia pun akan langsung pergi. Pergi begitu saja di balik hembusan angin dan dedaunan yang bertebaran. Selalu seperti itu. Dia selalu datang dan pergi dengan tiba-tiba. Hanya saja, sebelum ia menghilang di balik kegelapan malam, ia selalu mengatakan hal yang sama berulang-ulang padaku. "Jangan menyerah! Berjuanglah!"

 

Dia seolah bisa mengerti diriku yang sedang dalam keterpurukan. Lebih tepatnya sempat berada dalam keterpurukan. Karena sejak ia mengatakan hal itu, entah ia sadar atau tidak, kata-katanya telah membuat duniaku yang kelabu kembali berwarna. Karena sejak saat itu aku tak lagi kehilangan keinginan untuk hidup. 'Aku ingin hidup!' Kehadirannya yang misterius itu telah memberiku semangat ini. Aku tak bisa menjelaskan kenapa bisa seperti itu.

 

Sejak bertemu dengannya, aku tak lagi lari dari duniaku. Waktu terus berlalu dan aku tak ingin menyia-nyiakannya lagi. Aku tak mau lagi hanya pasrah pada apa yang terjadi di sekelilingku. Aku juga tidak mau pasrah saja membiarkan iblis-iblis sialan itu memakan jiwaku. Aku melatih diriku untuk menjadi kuat, agar bisa melindungi diriku sendiri. Iblis-iblis sialan itu, setidaknya aku harus memberikan perlawanan pada mereka.

 

Terkadang, jika iblis yang datang hanya kelas teri, mereka bisa langsung kuusir dengan tinju dan tendanganku. Meski aku agak sedih karena bidadari berambut perak itu jadi jarang menemuiku.... Akan tetapi, apa yang kulakukan ini sesuai dengan nasehatnya, kan? Aku tidak boleh menyerah. Karena itu, aku harus kuat.

 

Namun sebenarnya tentu saja aku berharap ia akan menemuiku lagi. Meski tak bisa melihat wajahnya, hanya melihat sosoknya dari belakang saja selalu memberikan perasaan tertentu di hatiku.

 

Semakin hari, ia semakin jarang menemuiku. Dan kalimat yang biasa ia serukan padaku pun tak lagi ia ucapkan. Ia hanya sedikit menengok padaku dan tersenyum. Sebuah senyuman yang sangat indah. Meski tak bisa melihat secara keseluruhan, meski ia tak mengatakan apa-apa, aku tahu ia senang dengan perubahanku. Aku tahu aku sudah memenuhi harapannya.

 

Di hari ulang tahunku yang ketujuh, tiba-tiba saja ada iblis raksasa yang menyerangku. Padahal saat itu matahari belum sepenuhnya terbenam. Entah bagaimana, aku yakin, iblis yang datang kali ini bukan kelas rendahan. Pukulan dan tendanganku sama sekali tak berguna. Dia tetap bergeming dan menghisap jiwaku dalam volume yang jauh lebih besar dibandingkan dengan yang biasa diambil oleh iblis kelas teri. Aku tak berdaya. Benar-benar tak berdaya. Aku merasa seperti sekarat.

 

Saat itulah, ia kembali muncul. Dengan cara yang sama. Tiba-tiba saja ia hadir membelakangiku. Berdiri di antara tubuhku yang tergeletak dan sosok mengerikan makhluk yang kelihatan kelaparan itu. Bidadari berambut perak itu melawannya. Akan tetapi, sepertinya iblis kali ini benar-benar kuat. Ia terlihat kewalahan sementara iblis sialan itu justru semakin kuat karena terus menghisap jiwaku.

 

Dengan pandangan buram karena kesadaran yang semakin menipis, aku melihatnya terus berusaha melindungiku. Aku mengutuk diri sendiri karena membuatnya bertarung mati-matian dan terluka seperti itu. Aku melihatnya menengok ke arahku dengan cemas. Walau sedang takut dan terluka serta kelelahan, aku bisa melihat keindahan yang sangat mempesona milik wajah yang dibingkai rambut perak itu. Itu adalah pertama kalinya ia memperlihatkan wajahnya padaku. Meski samar-samar karena mataku buram dan hari semakin gelap, aku yakin aku tak akan bisa melupakan wajah cantik yang bersinar itu.

 

"Bertahanlah! Jangan menyerah! Aku pasti akan menyelamatkanmu. Jangan menyerah, Chan Yeol!"

 

Setelah mengatakan hal itu dengan suara lirih, ia mengucapkan mantra-mantra aneh dan detik berikutnya ia menghilang bersama iblis mengerikan itu. Hilang seiring hilangnya semburat merah terakhir di langit, dengan suara gemuruh mengerikan yang memekakkan telinga.

 

Aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku tidak tahu ke mana mereka pergi. Di tengah kesadaranku yang semakin menipis, aku melihat sesuatu berkilau berwarna perak. Sebuah ... kalung? Berbentuk matahari dengan rantai kecil di empat ujungnya. Mungkin itu milik bidadari berambut perak itu. Dengan sisa tenagaku, aku menghampirinya. Dan sebelum aku terjatuh ke dalam kegelapan yang ada dalam pikiranku sendiri, aku mengambil kalung itu dan menggenggamnya dengan erat dalam tanganku.

 

Saat sadar, aku sudah ada di kamarku di panti asuhan. Ibu panti bilang aku diantarkan oleh seseorang dalam keadaan tak sadarkan diri. Orang itu adalah pria dewasa dengan rambut coklat. Jelas bukan bidadari berambut perak yang kucari, karena ia masih anak-anak seumuranku.

 

Dua hari setelah itu, aku diadopsi oleh Keluarga Park.

 

Entah kenapa, sejak diadopsi oleh keluarga Park, aku tak lagi sering diganggu oleh iblis. Dan dengan begitu, aku juga tak pernah bertemu lagi dengannya. Kalung mataharinya masih kusimpan dengan baik. Aku selalu berharap suatu hari ia akan menemuiku lagi untuk mengambilnya. Akan tetapi, ia tak pernah datang, Malam itu, mungkin pertemuan terakhirku dengannya. Lagi-lagi ia pergi dengan tiba-tba. Menghilang di balik kegelapan, meninggalkan misteri bagiku.

 

Rambut peraknya.... kurasa ia bukan manusia. Bukan manusia biasa paling tidak. Mungkin ia memang benar-benar seorang bidadari yang sengaja dikirim Dewa untuk jadi penolongku? Bidadari mempesona yang bahkan tak kuketahui siapa namanya.

 

Bidadari berambut perak. Masa' aku harus menamainya begitu? Tidak mungkin itu benar-benar namanya, kan?

 

- Park Chan Yeol-

.

.

.

.

.

.

.

.

A/N: Yak, begitu prolognya~ Cerita dan konfliknya baru akan dimulai di chapter berikutnya :">

Komen dan saran, please? *suruh BaekHyun pasang aegyo* #eh

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
stellarstarlight
#1
it make me feel so many emotions!
Nisa_Park
#2
Chapter 10: emaaakk!
Padahal baekhyun udah berhasil mendapat tuh si chanyeol...
Kenapa author udh nyulik dia aja TT_TT aku nangis... Emaak.. Huhuhu
tapi ya.. Ini emang bagus.. Kenapa setiap angst selalu diakhiri dgn salah satunya pergi? Kenapa gk keduanya aja #nista
biar kyk romeo juliete gitu #plak
5 jempol buat author-nim
jujur awalnya sempat gk ngerti soalnya author nulis percakapannya pake rahasia2an jadi aku gk tau siapa aja yg ngomong..
Tapi, akhirnya aku ngerti sangat ngerti..
Ditunggu karya selanjutnya!
gotikuneko
#3
Chapter 10: T_T bagus bgt ff nya... Tp sad ending... Tp baguuuus bgt T_T
gotikuneko
#4
Hueee suka bgt ma ceritanya author-nim xD
chyshinji
#5
Chapter 10: T_T Sad ending ..... Kasian sekali chanyeol. Wah, ternyata Kris suka sama Luhan yah? Masa takut kalah sama Baekhyun sih,, kekekek,, ayo taklukan (?) Luhan.
chyshinji
#6
Chapter 9: Huweeeeeeeeeee,, gimana bisa Baekhyunnya malah metong T_T Padahal kan baru aja dapet first kiss dari chanyeol kan, huwaaaaaa,, nyesek sekali kalo jadi chanyeol, masa baru beberapa menit bahagia, langsung sedih selamanya -_-
chyshinji
#7
Chapter 8: Aigoooooooooooooooooo,, Chanyeol, lo bego apa tolol sih? Kan cuman mata baekhyun doang yang ditutup, wajahnya kan engga, masa engga kenal sih sama bidadari lo itu. Itu baekhyuuuuuuuuuuuunn >.< Aigooo,, itu baekhyun gak mati kan ya? semoga,, kekekek
chyshinji
#8
Chapter 7: Aigoooooo Lulu udah tau ada masalah sepenting ini lah malah masih mentingin gurunya, harus bisa dong pilih yang lebih penting -_- Urusan nyawa mah gak bisa ditunda, gak kayak urusan sekolah -_- Aigoooooo,, takutnya kalo nanti sampe Baekhyun nolongin Chanyeol trus mati, huwaaaaaaaaaaa
chyshinji
#9
Chapter 6: KYAAAAAAAAAAA!!! Bawa Sehun buat Luhan please!! Sumpah aku malah kasian sama Luhan disini. Oh ayolah Luhan kamu gak boleh suka sama baekhyun, masa namja cantik sama namja cantik juga. uke uke dong. Luhan lindungin Chanyeol yah,kekek
chyshinji
#10
Chapter 5: Luluuuuuuuu,, jangan jangan Chanyeol ini bisa terdeteksi sama para Iblis gara gara perlindungan Luhan yang mulai luntur. habisnya Luhan dalem hatinya marah marah terus sih sama Chanyeol, malah kayaknya lumayan benci juga gitu sama Chanyeol. Lindungi Chanyeol ya author. kasih pasangan buat my Lulu, biar dia nantinya gak ngerecokin Baekyeol, kekekek. kai ataupun Sehun gak masalah, dua duanya oke.