Please no....

Wae

 

Tidak biasanya saat istirahat makan siang itu lorong kelas 1-8 seramai ini. Banyak siswa dan siswi yang bergerombol sambil berbisik-bisik. Namun tampaknya orang yang menyebabkan hal ini sama sekali tidak sadar. Siswa dengan surai coklat gelap dengan postur mungil ini hanya memberikan perhatiannya pada lawan bicaranya.

 

“Luhannie?” Gadis berambut sebahu itu tampak berpikir. “Mungkin dia di kantin. Begitu bel berbunyi dia langsung keluar kelas. Iya, kan?” Ia menoleh pada temannya yang memandang Baekhyun tak berkedip.

 

“Eh – oh – I-iya,” sahut siswi berkacamata itu gelagapan.

 

“Geure yo? Gomawo.” Setelah mengucapkan itu dan membungkukkan badannya, Sang Mama pun bergegas menuju kantin.

 

 

Begitu sampai di kantin yang terletak di lantai bawah dan berada di bengunan yang terpisah dengan ruang kelas, Baekhyun langsung mengedarkan pandangannya. Seperti biasa, kantin selalu penuh dan ramai oleh celotehan. Mereka yang melihat kedatangan Baekhyun langsung terpekik perlahan, tidak menyangka orang yang sedang mereka bicarakan tiba-tiba muncul.

 

Di tengah banyak orang di kantin itu, sepasang kristal kelam Baekhyun menangkap sosok yang sedang dicarinya sedang duduk di meja bundar dengan dua kursi. Ia pun langsung menghampiri orang itu.

 

Begitu tiba di dekatnya, Baekhyun mendapati Sang Abdi tengah melamun dan makan siangnya tampak tersentuh.

 

“Boleh aku duduk di sini?” tanya Sang Mama dengan suara indahnya.

 

Luhan tampak agak tersentak. Ia lebih terkejut lagi saat mendapati tuannya sedang berdiri di hadapannya. Siswa dengan rambut coklat terang itu sudah hendak berdiri dan membungkuk hormat pada Sang Mama ketika gerakannya terhenti karena Baekhyun memberi isyarat dengan tangannya sambil tersenyum. Seolah mengatakan ‘tidak usah’.

 

Sang Abdi pun kembali duduk di kursinya. “Silakan, Baekhyun-jeonha,” ujarnya.

 

Baekhyun pun duduk di hadapan Sang Abdi. Dia terlihat bingung mau mulai dari mana.

 

“Ada apa, Tuan?” tanya Luhan. Ia agak was-was juga. Apa gerangan yang membuat Sang Tuan menemuinya di sekolah? Padahal selama ini tuannya memintanya untuk merahasiakan hubungan abdi-tuan ini di sekolah. Jadi....

 

Baekhyun terdiam sebentar, memikirkan kata-kata apa yang akan diutarakannya untuk menjawab pertanyaan namja di depannya. “Hmmm, begini Xiao Lu. Aku tahu, aku sudah memberitahumu soal ini tadi pagi....” Ia terdiam.

 

‘Ah – masalah Chanyeol,’ batin Luhan.

 

“Apa... apa dia baik-baik saja?” tanya Sang Mama.

 

“Nde. Dia baik-baik saja, Tuan.”

 

“Tidak terjadi sesuatu yang aneh?”

 

“Sepanjang sepengetahuan saya, tidak ada Tuan,” sahut Luhan. Lalu ia teringat sesuatu, sebenarnya ada yang aneh tadi pagi. Entah kenapa, kakak angkatnya itu tidak mengajaknya adu mulut selama perjalanan menuju sekolah. Tapi, Luhan memutuskan itu bukan hal yang perlu dilaporkan pada tuannya.

 

“Geure yo? Syukurlah.” Baekhyun mengukir senyum. Meski begitu, Luhan tahu tuannya ini masih sangat khawatir.

 

Baekhyun menghela napas panjang. Ia tak bisa berpura-pura di hadapan abdinya. “Aku tahu ini hanya firasatku. Tapi... aku cemas sekali. Rasanya ada sesuatu yang buruk sedang mengincarnya. Sesuatu... yang sangat buruk....,” ujarnya dengan suara yang begitu lirih.

 

Melihat tuannya begitu cemas, Luhan merasa hatinya juga terasa sakit. “Apa Anda memiliki praduga?” tanyanya.

 

“Entahlah. Tapi entah kenapa aku selalu teringat pada Raja Iblis yang mengincar Chanyeol sekitar sepuluh tahun yang lalu itu.”

 

Luhan menatap Sang Mama dengan terkejut. Ingatannya berputar di sepuluh tahun silam, saat Sang Tuan menolong Chanyeol yang diincar roh raksasa yang sangat kuat. “Bukankah waktu itu Anda sudah membunuhnya?” tanyanya heran. Perlahan kecemasan juga mulai merambati hatinya. Dan begitu melihat kepala bersurai coklat gelap milik tuannya itu menggeleng, Luhan jadi mengerti kenapa Baekhyun begitu cemas.

 

“Kekuatanku tidak cukup untuk membunuhnya,” ujar Sang Mama. “Waktu itu aku hanya bisa mengirimnya kembali ke dunia bawah secara paksa. Dia terlalu kuat...”

 

Memang Luhan tidak benar-benar bertemu apalagi berhadapan langsung dengan Raja Iblis ini. Tapi... dia tahu bahwa ia sangat kuat. Meski waktu itu dia tak ada di tempat kejadian, Luhan tahu betapa mengerikannya Raja Iblis ini. Bagaimana tidak? Karena pada saat itu, mereka mendapati Baekhyun hampir sekarat karea terlalu banyak menggunakan Reiki. Bahkan Sang Mama menderita luka dalam yang sampai sekarang tak sembuh – dan membuat tubuhnya yang memang sudah lemah sejak lahir itu semakin rapuh.

 

Tuannya yang diketahui memiliki kemampuan dan reiki yang sangat hebat itu saja tak mampu membunuh Raja Iblis ini!

 

Luhan mengutuki dirinya karena tak menanggapi kekhawatiran Sang Mama dengan lebih serius sebelumnya. Karena jika benar lawan mereka adalah Raja Iblis itu, maka berarti masalahnya benar-benar gawat!

 

“Aku takut dia akan datang lagi dan kembali menyerang Chanyeol,” ujar Baekhyun dengan suara yang begitu lirih seperti bisikan.

 

Melihat namja yang sangat disayanginya itu begitu cemas dan takut, Luhan tak bisa menahan dirinya untuk melakukan sesuatu – apa saja – untuk menghiburnya, menenangkannya.

 

Karena itu, perlahan tangannya menyentuh jemari Sang Mama yang ada di atas meja yang memisahkan mereka.

 

“Tenanglah, Tuan. Kekkai yang kami buat masih bekerja padanya. Kami juga sudah mengajarkannya untuk menutup aliran Reiki,” ujarnya berusaha menenangkan Baekhyun – dan juga dirnya sendiri.

 

Sang Tuan tampak tidak menampik sentuhan tangan Luhan. Ia hanya menatap abdinya dengan wajah sendu. “Ya, aku tahu. Aku tidak meragukan kalian. Aku sangat berterima kasih kalian mau melaksanakan saranku.” Baekhyun memberi abdinya sebuah senyum manis penuh rasa terima kasih, tapi kemudian ia kembali muram. “Hanya saja, jika sedang berkelahi atau emosinya sedang meluap, Chanyeol selalu memancarkan reiki yang kuat. Sepertinya dia masih belum bisa menutup aliran reiki bila sedang emosi. Padahal, iblis tingkat tinggi bisa mendeteksi reiki sekecil apapun.”

 

Luhan tak tahu bagaimana cara menghibur tuannya.

 

“Kuharap firasatku ini salah,” ujar Baekhyun sambil menghela napas panjang. Lalu ia menggenggam tangan Luhan dengan erat. “Boleh aku minta tolong, Xiao Lu?” tanyanya. “Tolong beritahu Chanyeol. Tolong peringatkan dia akan hal ini. Tolong beritahu dia untuk berhati-hati.”

 

Semburat merah tampak menghiasi wajah manis Luhan. Meski hatinya terasa sakit karena dia tahu, yang ada di pikiran tuannya hanyalah Chanyeol. Meski dia tahu sentuhan itu hanya sentuhan antar teman. Tapi... ‘Beginipun sudah cukup,’ batinnya. ‘Aku sudah cukup senang bila bisa berguna untukmu, Jeonha.’

 

“Tentu, Tuan. Saya akan memberitahunya,” ujarnya dengan kesungguhan hati.

 

Baekhyun kembali tersenyum penuh rasa terima kasih. “Gomawo yo, Xiao Lu. Aku tahu aku bisa mengandalkanmu.”

 

Luhan balas membalas senyum itu. ‘Ya, begini juga cukup.’

 

 

“Baiklah, maaf sudah menggangu waktu makan siangmu,” ujar Baekhyun, berniat menutup pembicaraan dan bersiap pergi.

 

“Anda sudah makan, Tuan?” tanya Sang Abdi.

 

Namja berpostur mungil itu menggeleng pelan lalu tersenyum. “Sedang tidak ingin,” ujarnya, seperti anak kecil yang ketahuan sedang melakukan hal yang tidak sepantasnya padahal sudah dilarang.

 

Luhan menghela napas panjang. ‘Sudah kuduga,’ batinnya.

 

“Anda tidak boleh seperti ini, Tuan! Anda harus memikirkan kondisi tubuh Anda sendiri,” omelnya. “Anda harus makan! Biar saya ambilkan.” Laki-laki dengan surai coklat terang itu sudah berdiri hendak mengambilkan makan siang untuk tuannya. Akan tetapi, gerakannya terhenti karena Sang Mama menahan lengannya.

 

“Tidak usah, Xiao Lu,” ujarnya lembut sambil ikut berdiri. “Nanti aku pasti makan. Yaksok.”

 

Sang Abdi menatapnya ragu.

 

“Makanya, sekarang kau lanjutkan saja makanmu. Aku bisa ambil makananku sendiri. Ne?” Setelah mengucapkan hal itu dan menepuk pelan bahu namja yang telah setia padanya selama bertahun-tahun itu, Baekhyun pun berjalan pergi.

 

.

 

.

 

.

 

Chanyeol menyapu ruangan kantin yang ramai itu dengan mata tajamnya. Bangku-bangku tampak penuh. Tapi, seharusnya ada orang yang sudah mencarikan tempat untuknya.

 

‘Ah, itu dia!’ gumamnya.

 

Orang itu duduk di meja bundar untuk dua orang. Tapi... anehnya dia tidak sendiri. Dia sedang mengobrol dengan seseorang. Rambut coklat gelap dengan postur mungil itu...

 

“Sedang apa dia?” Chanyeol ngedumel menatap orang yang kelihatannya akrab dengan adik angkatnya itu.

 

Namja bersurai berantakan itu melihat adiknya berdiri, namun siswa bersurai lebih gelap itu menahan lengannya, mereka terlibat pembicaraan lagi. Lalu orang itu menepuk bahu Luhan brotherly, dan menjauh dari meja mereka – dan orang itu berjalan ke arahnya.

 

 

 

Sang Mama tampak tak terlalu fokus dengan sekelilingnya. Ia berjalan sambil menunduk dan masih memikirkan orang itu.

 

‘Kalau begitu, aku juga harus ikut mengawasi. Dengan lebih ketat, lebih terang-terangan. Meski dia tak akan suka melihatku... Ah! Aku harus menjaganya! Biar saja meski ia kesal dengan kehadiranku,’ batin Baekhyun dengan getir.

 

Chanyeol tidak bergerak dari posisinya tadi dan namja cantik yang sangat mempesona itu semakin mendekatinya – menuju pintu kantin yang berjarak beberapa meter di belakang sosok jangkungnya.

 

Saat jarak mereka kurang dari satu meter, entah kenapa secara refleks Baekhyun mengangkat wajahnya. Dan Sang Mama tampak begitu terkejut mendapati orang yang sedari tadi ada di pikirannya, kini berdiri di hadapannya.

 

Mereka saling bertatapan selama beberapa detik. Hanya beberapa detik yang singkat, karena saat Sang Mama bersiap menarik sudut bibirnya untuk membentuk sebuah senyuman, laki-laki berambur berantakan itu memutus kontak mata. Ia membuang muka dengan ekspresi yang... sinis. Benar-benar tida suka... dengan delikan mata yang tajam dan mendengus kesal.

 

Sang Mama terpaku selama beberapa saat. Senyum di bibirnya tak jadi terbentuk. Ia bisa merasakan hatinya sungguh sakit.

 

Lalu, idola SM High itu bergegas meninggalkan kantin dengan kepala tertunduk. Membawa pergi hatinya yang terluka.

 

.

 

.

 

.

 

Tanpa disadari kedua belah pihak, sebenarnya adegan tadi telah menyedot perhatian seluruh kantin. Dan begitu Sang Mama pergi, langsung terdengar kasak-kusuk di mana-mana.

 

Luhan memejamkan matanya. Tangannya terkepal erat dan giginya bergemeletukan menahan emosinya.

 

Semua yang ada di kantin itu bisa dikatakan marah pada  Chanyeol dan sikap sinisnya pada Sang Mama. Tapi, ada satu orang lagi di sana yang mengalami dilema yang sama dengan Luhan. Sangat marah pada berandalan itu, tapi harus berusaha keras mengendalikan diri karena permintaan Baekhyun.

 

Siswi dengan rambut pirang bergelombang sepunggung itu terus mengikuti sosok tinggi Chanyeol mendekati Luhan dengan kristal kembarnya.

 

Jessica kembali teringat pembicaraannya dengan Baekhyun kemarin malam. Ia mendapati sepupunya itu sedang berdiri di balkon kamarnya di lantai dua dan menatap bintang yang bertaburan di tengah kelamnya langit.

 

“Sedang memikirkan dia?” tanya gadis itu.

 

Baekhyun tampak sedikit terkejut dan menoleh ke arahnya. “Jessica-noona. Kau belum tidur?” ujarnya sambil melempar senyum manis.

 

 

Jessica berjalan mendekatinya lalu bersandar di pagar balkon di sebelahnya. Gadis itu melirik Baekhyun yang kembali menatap pemandangan di bawah bukit dengan tatapan menerawang. Ia tahu tentang perasaan sepupunya ini. Seluruh anggota keluarga mereka juga tahu. Tentu saja. Karena Baekhyun adalah anak emas dan disayang oleh semua pihak dalam keluarga besar mereka. Meski begitu, mungkin tak semuanya tahu bagaimana perlakuan orang itu terhadap Baekhyun mereka. Jessica tentu termasuk salah satu yang tahu karena satu sekolah dengannya. Dan sama seperti Luhan, gadis manis ini juga sangat geram dengan sikap berandalan itu. Ia benar-benar tak habis pikir, kenapa.....?

 

“Sekarang dia sedang apa, ya?” Gumaman penuh cinta yang keluar dari bibir tipis Baekhyun itu membuat Jessica menoleh dan tersenyum miris.

 

“Kenapa kau menyukainya, Baekhyunnie?” Pertanyaan itu akhirnya terlontar juga, dan Jessica berusaha sebisa mungkin untuk mengontrol suaranya.

 

“Kenapa ya? Aku juga tidak tahu. Aku hanya tahu bahwa aku sangat menyukainya,” sahut Sang Mama sambil tersenyum penuh kasih.

 

Entah kenapa, mendengar hal itu Jessica merasa darahnya mendidih. “Tapi kenapa orang seperti dia –“

 

Pertanyaan – atau tuduhan – itu tak pernah dilanjutkan karena Baekhyun langsung menatapnya dengan tajam. Kristal kelamnya yang biasa terlihat sendu itu kini tampak marah, dan itu membuat Jessica langsung bungkam.

 

Baekhyun menghela napas panjang dan kembali menatap malam dengan sorot sendu. “Kenapa semua orang mempertanyakan hal itu? Kenapa semua orang memandangnya rendah seperti itu? Kenapa semua orang bersikap seolah.... seolah tak menyetujui perasaanku,” ujarnya perlahan. “Setiap hari, semua pasti menanyakan hal itu. teman-teman di sekolah, noona juga. Bahkan Xiao Lu juga! Kenapa tak ada seorangpun yang mengerti?”

 

Jessica tak berani bersuara. Tak tahu apa yang mesti dikatakan. Ia jadi merasa dirinya jahat, karena termasuk orang-orang yang dianggap Baekhyun tak menyetujui perasaannya pada Chanyeol. Masalahnya, itu memang benar.

 

“Semua orang selalu memandang buruk padanya. Tidakkah kalian tahu, setiap kali kalian menghinanya, itu sama artinya dengan kalian menghinaku! Tidakkah kalian tahu, aku terluka setiap kali kalian mempertanyakan hal itu. Karena pada akhirnya kalian pasti akan kembali menjelekkannya.” Suara Sang Mama kembali terdengar. Ia tidak memandang Jessica. Ia berbicara sambil tetap menatap kegelapan malam. Namun, Jessica langsung merasa bersalah, seolah Baekhyun membentaknya langsung di depan wajahnya.

 

“Mianhe,” ujarnya perlahan.

 

Baekhyun menatap sepupunya dan tersenyum lembut. “Memang sampai kapanpun tidak akan ada yang bisa mengerti. Karena yang memiliki perasaan ini adalah aku. Kalian yang tidak memilikinya, memang tidak akan bisa mengerti.”

 

Namja yang memang sangat cantik itu kembali menghela napas panjang. “Kau tahu, Noona? Dia adalah pemompa semangatku. Dulu, sebelum bertemu dengannya, aku melaksanakan tugas pengusiran iblis ini dengan setengah hati. Sampai aku bertemu dengannya, dan sejak itu aku bersumpah aku akan lakukan apapun untuk melindunginya.... meski harus pertaruhkan nyawa sekalipun.”

 

Jessica menatap sepupunya, terpana. Sama sekali tak menyangka sosok lemah lembut ini bisa mengatakan hal yang powerful seperti itu.  Namun, gadis ini lalu teringat, bila sedang melakukan tugas pengusiran iblis, Baekhyun memang terlihat tangguh dan sangat bersungguh-sungguh.

 

“Dia adalah orang yang sangat berharga untukku,” ujar Baekhyun setengah berbisik. Sebuah senyum yang sangat lembut menghiasi wajahnya.

 

 

 

‘Meski kau bilang seperti itu pun....’ Jessica menatap Chanyeol yang sedang memakan makan siangnya di meja yang sama dengan Luhan.

 

‘Memang benar. Sampai kapanpun kami tidak akan pernah bisa mengerti. Kenapa... Dengan perlakuannya padamu itu... kenapa...?’

 

.

 

.

 

.

 

Dua belas tahun yang lalu, taman kediaman EXO clan.

 

“Xiao Lu! Xiao Lu, apa impianmu?” Baekhyun kecil menatap abdinya penuh rasa ingin tahu.

 

Luhan mengalihkan perhatiannya dari kupu-kupu putih yang hinggap di jarinya dan menatap tuannya. “Impian saya, jeonha?”

 

Baekhyun mengangguk-angguk penuh semangat.

 

Meski heran kenapa tuannya tiba-tiba bertanya begitu, Luhan tampak berpikir keras. “Impian saya... adalah menjadi sangat kuat agar bisa melindungi Anda dari apapun dan membuat Anda bahagia,” sahut Sang Abdi yakin.

 

Baekhyun tersenyum lebar. “Hee, jadi itu impianmu? Gomawo yo,” ujarnya. “Kau yakin? Impianmu itu... demi diriku?”

 

“Tentu, Tuan. Saya bersungguh-sungguh. Saya dilahirkan untuk mengabdi pada Anda, Baekhyun-jeonha,” sahut Luhan.

 

“Kau baik, Xiao Lu,” ujar Baekhyun tersenyum manis.

 

‘Benar, impianku adalah menjaga senyum itu, agar tak pernah hilang dari wajah Anda, Tuan/’

 

“Kau tau apa impianku Xiao Lu?”

 

“Boleh saya tahu, Tuan?”

 

“Aku... ingin mencintai dan dicintai oleh seseorang dengan sepenuh hati dan membangun keluarga yang bahagia,” ujar Baekhyun sambil menerawang. “Aku ingin dicintai apa adanya.”

 

Luhan menatap tuannya takjub. Orang tempatnya mengabdi ini memang penuh cinta. “Anda pasti akan segera menemukannya, Tuan. Saya yakin pasti tidak sulit bagi Anda.”

 

“Nde. Semoga saja begitu.” Baekhyun kembali tersenyum lebar.

 

‘Saya akan pastikan Anda mendapatkan kebahagiaan Anda, Tuan.’

 

“Tapi, Xiao Lu,” suara Baekhyun terdengar lagi setelah beberapa saat yang mengisi ruang di antara mereka hanya desiran angin dan gesekan daun. “Seandainya orang yang kita cintai itu ternyata membenci kita, pasti sakit sekali, ya?”

 

“Nde. Pasti sakit... Tapi tenang saja, Tuan. Saya yakin Anda tidak akan mengalami hal seperti itu. anda disukai banyak orang. Saya yakin tidak akan ada yang membenci Anda, apalagi bila tahu bahwa dirinya disukai oleh Anda. Anda pasti akan mengalami kisah cinta yang romantis, Tuan.”

 

 

 

Mama SM High itu berjalan melewati koridor dengan tergesa.

 

‘Sayang, kali ini kau salah, Xiao Lu. Aku mengalaminya...’

 

Bayangan tentang ekspresi Chanyeol yang menatap dengan sinis, tatapan tak suka, dan gerakannya yang membuang muka dengan muak terus berenang di benaknya.

 

‘... dan rasanya memang menyakitkan...’

 

Tes.

 

Tanpa sadar, sebulir air mata mengalir dari kristal kelam itu. Dengan panik, Baekhyun segera menghapusnya. Namun tetes itu segera tergantikan oleh buliran-buliran yang lain yang terus mengalir tak tertahankan.

 

“Jangan...”

 

Sang Mama menunduk semakin dalam karena orang-orang yang ditemuinya menatapnya dengan penasaran. Ia mengubah langkahnya menjadi lari, sambil bersaha menghentikan aliran kristal dari matanya yang terus keluar tak mau berhenti.

 

“Jangan...” bisiknya.

 

Hatinya sungguh terasa sakit dan tak tertahankan lagi. Baekhyun bergegas masuk ke toilet terdekat dan masuk ke salah satu bilik. Begitu pintu tertutup dan yakin hanya ada di sendiri, Baekhyun melepas tangisannya. Ia bersandar pada pintu dan terduduk lemas.

 

Ia tak menyangka hatinya akan terasa sesakit ini. Ia tak menyangka ia akan menangis sehebat ini.

 

Air mata terus mengalir deras membasahi pipi pucatnya. Ia terpaksa membekap mulutnya sendiri untuk meredam isakannya.

 

“Jangan.... kumohon jangan...” bisiknya di tengah isak tangisnya. “Kumohon.. kumohon jangan benci aku...”

 

Ia terisak semakin keras. Tubuhnya terguncang hebat.

 

“Aku tidak sanggup... Aku tidak sanggup dibenci olehmu....”

 

.

 

.

 

.

 

Tbc

 

.

 

A/N: yosh, si yeoja misterius yang di chap 1 akhirnya muncul~~ dan cast-nya jatuh pada Jessica-eonnie xD Ceritanya jess-eonnie kelas 3 gitu, jadi lebih muda dari Kris duizzhang ^^

 

Oh iya, muncul 1 istilah lagi ya: kekkai. Kekkai adalah jurus yang sifatnya sbagai penyegel/pelindung dengan kata lain kekkai di gunakan sbagai pelindung untuk melindungi suatu tempat/benda/manusia.

 

Baekyeol moment-nya muncul juga tuuuuh xD tapi angst-ver #plak *kabur seret chanyeol sebelum diamuk readers*

 

Mianhe, alur ff ini emang agak lambat haha. Yah, terimakasih sudah setia membaca sampai sini. Gomawo juga udah setia nge-like dan komen kyaaa *pelukin satu-satu* Ditunggu lanjutannya yaaps~~

 

Regards,

 

Allotropy

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
stellarstarlight
#1
it make me feel so many emotions!
Nisa_Park
#2
Chapter 10: emaaakk!
Padahal baekhyun udah berhasil mendapat tuh si chanyeol...
Kenapa author udh nyulik dia aja TT_TT aku nangis... Emaak.. Huhuhu
tapi ya.. Ini emang bagus.. Kenapa setiap angst selalu diakhiri dgn salah satunya pergi? Kenapa gk keduanya aja #nista
biar kyk romeo juliete gitu #plak
5 jempol buat author-nim
jujur awalnya sempat gk ngerti soalnya author nulis percakapannya pake rahasia2an jadi aku gk tau siapa aja yg ngomong..
Tapi, akhirnya aku ngerti sangat ngerti..
Ditunggu karya selanjutnya!
gotikuneko
#3
Chapter 10: T_T bagus bgt ff nya... Tp sad ending... Tp baguuuus bgt T_T
gotikuneko
#4
Hueee suka bgt ma ceritanya author-nim xD
chyshinji
#5
Chapter 10: T_T Sad ending ..... Kasian sekali chanyeol. Wah, ternyata Kris suka sama Luhan yah? Masa takut kalah sama Baekhyun sih,, kekekek,, ayo taklukan (?) Luhan.
chyshinji
#6
Chapter 9: Huweeeeeeeeeee,, gimana bisa Baekhyunnya malah metong T_T Padahal kan baru aja dapet first kiss dari chanyeol kan, huwaaaaaa,, nyesek sekali kalo jadi chanyeol, masa baru beberapa menit bahagia, langsung sedih selamanya -_-
chyshinji
#7
Chapter 8: Aigoooooooooooooooooo,, Chanyeol, lo bego apa tolol sih? Kan cuman mata baekhyun doang yang ditutup, wajahnya kan engga, masa engga kenal sih sama bidadari lo itu. Itu baekhyuuuuuuuuuuuunn >.< Aigooo,, itu baekhyun gak mati kan ya? semoga,, kekekek
chyshinji
#8
Chapter 7: Aigoooooo Lulu udah tau ada masalah sepenting ini lah malah masih mentingin gurunya, harus bisa dong pilih yang lebih penting -_- Urusan nyawa mah gak bisa ditunda, gak kayak urusan sekolah -_- Aigoooooo,, takutnya kalo nanti sampe Baekhyun nolongin Chanyeol trus mati, huwaaaaaaaaaaa
chyshinji
#9
Chapter 6: KYAAAAAAAAAAA!!! Bawa Sehun buat Luhan please!! Sumpah aku malah kasian sama Luhan disini. Oh ayolah Luhan kamu gak boleh suka sama baekhyun, masa namja cantik sama namja cantik juga. uke uke dong. Luhan lindungin Chanyeol yah,kekek
chyshinji
#10
Chapter 5: Luluuuuuuuu,, jangan jangan Chanyeol ini bisa terdeteksi sama para Iblis gara gara perlindungan Luhan yang mulai luntur. habisnya Luhan dalem hatinya marah marah terus sih sama Chanyeol, malah kayaknya lumayan benci juga gitu sama Chanyeol. Lindungi Chanyeol ya author. kasih pasangan buat my Lulu, biar dia nantinya gak ngerecokin Baekyeol, kekekek. kai ataupun Sehun gak masalah, dua duanya oke.