Epilogue

Wae

 

Jenazah Baekhyun dimakamkan di pemakaman khusus EXO Clan yang terletak di belakang kuil. Banyak orang yang hadir, baik seluruh anggota clan yang tersebar di berbagai negara, maupun teman-teman Baekhyun, atau orang yang hanya sekedar mengenalnya.

 

Seluruh anggota keluarga besar klan EXO hadir dan kini sedang berkumpul di rumah utama. Kris menyelinap dari ruangan karena mendapati dua orang yang sangat dikhawatirkannya – yang dirasanya akan sangat terpukul dan terpuruk dengan kematian Baekhyun – tidak ada di sana. Ia pun berjalan berkeliling rumah mencari mereka.

 

 

Kris mendapati salah satunya sedang duduk di pinggir sungai yang terletak di samping kuil, sambil melempar-lempar kerikil. Ia menghampiri laki-laki dengan rambut gondrong itu dan berdiri di dekatnya.

 

“Chanyeol-ssi?” sapanya.

 

Laki-laki itu menoleh dan langsung berdiri. “Nde. Bangapta,” ujarnya membungkukkan badan. “Anda..?”

 

“Kris. Kakak sepupu Baekhyun,” sahut Kris.

 

“Ah, geure...”

 

Keduanya lalu terdiam. kris memang tak berniat memulai pembicaraan duluan. Sementara Chanyeol... anak itu masih ragu. Tapi, entah kenapa, Chanyeol merasa nyaman dan merasa ia bisa mengeluarkan semuanya pada laki-laki yang baru dikenalnya ini.

 

“Aku... aku tak bisa mempercayai ini,” ujar Chanyeol perlahan, memulai apa yang ingin diungkapkannya. “Dia ada dalam dekapanku saat itu terjadi! Ia masih berbicara padaku! Tapi – ... Padahal kami baru saja....” Suaranya yang berat tercekat dan Chanyeol berulangkali mengerjapkan mata untuk menahan air matanya jatuh.

 

“Sial!!” serunya sambil menendang beberapa kerikil yang terlempar ke sungai.

 

Kris meliriknya. “Kau marah pada siapa?” tanyanya.

 

Pertanyaan itu seolah menohok Chanyeol. Padahal Kris mengatakannya dengan nada wajar, tapi itu membuat Chanyeol tertegun.

 

Melihat lawan bicaranya tak bereaksi, Kris pun melanjutkan. “Kalau kau terus marah-marah seperti itu, Baekhyun bisa tidak tenang,” ujarnya. “Kau beruntung masih bisa berbicara dengan Baekhyun untuk yang terakhir kalinya.”

 

Perkataan Kris itu membuat Chanyeol semakin bungkam. Benar juga. Yang sempat berbicara dengan Baekhyun hanya dirinya...

 

“Kau tahu apa yang paling diingankan Baekhyun?”

 

Chanyeol menatap laki-laki yang lebih tua darinya itu, memintanya melanjutkan perkataannya.

 

“Hal yang paling diinginkan Baekhyun adalah kebahagiaanmu.” Kris tersenyum menatap Chanyeol yang memandangnya dengan terkejut. “Daripada terus menyalahkan keadaan, bagaimana kalau kau mewujudkan keinginan Baekhyun itu?”

 

Mendengar hal itu, Chanyeol terpaku.

 

“Kau tahu? Seseorang yang sangat berharga tidak akan pernah mati meski ia sudah meninggalkan dunia ini. Dia akan selalu hidup dalam hati orang-orang yang mencintainya,” ujar Kris. “Begitu pun dengan Baekhyun. Dia akan selalu hidup di sini,” Ia menunjuk dadanya. “Dalam hatiku.”

 

Kris lalu menatap Chanyeol lekat. “Dan dalam hatimu.”

 

Meski baru mengenalnya, Chanyeol langsung mengagumi pria muda di hadapannya ini.

 

“Kau tidak sendiri,” ujar Kris sambil menepuk pundak Chanyeol. “Sejak kau mencintai Baekhyun, kau adalah bagian dari keluarga kami.”

 

“Apa... kalian tidak membenciku? Bukankah gara-gara aku –”

 

“Bukan salahmu,” Kris memotong perkataan Chanyeol. “Itu adalah keinginan Baekhyun sendiri. Kami sangat mengerti hal itu. Jadi, berhentilah menyalahkan diri sendiri. Ne, Chanyeol-ah?”

 

Setelah berkata begitu, ia berbalik dan berjalan pergi. Tapi, baru beberapa langkah, ia berhenti dan menoleh. “Ah, satu hal lagi. Kau boleh memanggilku Kris-hyung atau Wufan-ge. Itu adalah panggilan Baekhyun untukku,” ujarnya. “Dan aku bersedia memberitahumu semua hal yang kuketahui tentang Baekhyun. Misalnya... Baekhyun sangat suka memandangi langit yang dipenuhi bintang.”

 

“Gomawo.....” ujar Chanyeol membungkukkan badannya. “...Kris-hyung,” tambahnya sambil tersenyum.

 

Kris membalas senyumnya dan berjalan meninggalkannya. ‘Dia anak yang kuat. Kau tidak usah cemas. Aku akan menjaganya, Baekhyunnie. Seperti adikku sendiri...’

 

.

 

.

 

.

 

Angin yang berhembus membuat kelopak-kelopak sakura berguguran. Luhan menengadahkan tangannya, dan sebuah kelopak sakura jatuh di atas telapak tangannya. Ia menatapnya dengan pandangan kosong.

 

Kris berjalan menghampiri sosok mungil itu. Setelah berada di dekatnya, pria itu memanggilnya. “Luhan,” ujarnya.

 

Luhan menoleh dan menatap Kris dengan matanya yang tidak fokus. “Kris-jeonha,” gumamnya.

 

Dahi Kris berkerut sedih. ‘Kondisinya benar-benar tidak bagus.’ batinnya. Ia menghela napas panjang dan – seperti yang dilakukannya pada Chanyeol – membiarkan keheningan tercipta di antara mereka.

 

Laki-laki dengan rambut coklat itu menatap satu persatu kelopak sakura yang gugur dan jatuh ke atas tanah. Mereka terdiam cukup lama sebelum akhirnya terdengar suara Luhan yang begitu pelan di tengah desau angin.

 

“Saya tidak mengerti, Tuan,” ujarnya.

 

Kris menoleh padanya dan memberikan perhatian penuh. Ia bertanya-tanya apa yang menjadi beban pikiran dari abdi setia adiknya itu?

 

“Semua orang menangis. Mereka yang datang di pemakaman. Teman-teman sekolah, orang tua saya, Chanyeol.... bahkan Anda... Semua mengantar Baekhyun-jeonha dengan tangisan. Tapi... tapi kenapa saya tidak bisa?”

 

Kristal coklat terang Kris menatap Luhan lekat. Wajah manis itu terlihat berkerut penuh kesedihan. Tapi – seperti yang dikatakannya – matanya kering. Sama sekali tak ada air mata.

 

“Saya ingin menangis untuknya, Tuan. Saya ingin menunjukkan padanya bahwa keberadaannya sangat berarti dalam kehidupan saya,” lanjutnya. “Apakah saya tidak pantas untuk melakukan penghormatan itu? Apa karena saya adalah seorang abdi yang tidak berguna, sehingga saya tidak bisa melakukannya? Karena itukah saya tidak bisa menangis untuknya, Tuan? Karena air mata saya tidak cukup berharga?”

 

Tubuh mungil itu tampak bergetar karena luapan emosi. Emosi yang tak bisa disalurkannya lewat air mata.

 

Perlahan, Kris menyentuh pundaknya. Lalu merangkulnya dan membawanya dalam dekapannya. Luhan tampak sangat terkejut.

 

“Kris-jeonha...?” bisiknya.

 

“Air matamu tidak keluar karena ada sesuatu yang masih mengganjal di hatimu,” ujar Kris. “Apa ada hal yang ingin kau sampaikan pada Baekhyun, tapi tidak sempat kau katakan?”

 

Tak ada sahutan dari Luhan. Tapi, jemarinya yang meremas lengan baju Kris dengan kuat, sudah membuat Kris yakin bahwa dugaannya tepat.

 

“Jika itu menyangkut apa yang kau rasakan, kurasa Baekhyun sudah tahu.”

 

Luhan mendongak dan menatapnya dengan terkejut.

 

“Kau tahu bagaimana peka-nya insting adikku itu, kan?” tanya Kris sambil tersenyum.

 

Kepala Luhan kembali tertunduk. “Apa... Baekhyun-jeonha memaafkan saya?” bisiknya. “Saya ingin meminta maaf karena gagal melindunginya. Karena saya gagal menjalankan tugasnya untuk melindungi Chanyeol....” Tubuhnya kembali bergetar saat mengucapkan hal itu.

 

“Kau ini abdinya, kan? Bukankah kau yang paling tahu bagaimana sifatnya?”

 

Luhan kembali mengangkat wajahnya dan menatap Kris dengan kaget sekaligus heran.

 

“Seandainya Baekhyun ada di sini saat ini, kira-kira bagaimana reaksinya?” tanya Kris.

 

Abdi setia Baekhyun itu membayangkan sosok Sang Taun berdiri di hadapannya. ‘Apa yang akan dikatakan Baekhyun-jeonha?’

 

Dalam bayangannya, tampak jelas Baekhyun yang tersenyum seperti biasa, dan berkata ringan. “Tak apa, Xiao Lu. Itu bukan salahmu...”

 

 

“Apa yang sudah terjadi adalah sesuatu yang sudah digariskan harus terjadi. Kita tidak akan bisa mengubahnya, dan tidak ada gunanya terus menerus menyesalinya,” ujar Kris.

 

Lagi-lagi Luhan menatapnya dengan raut terkejut. Itu adalah hal yang pernah diucapkan Baekhyun padanya. Luhan tidak tahu bahwa Kris-lah yang mengajarkan kata-kata itu pada Baekhyun.

 

Seulas senyum kembali tersungging di bibir Kris. “Baekhyun akan sedih jika melihatmu terus menyalahkan diri seperti ini,” ujarnya. “Itu karena dia menyayangimu. Apa kau tidak merasakannya?”

 

Luhan tertegun mendengar hal itu. “Baekhyun-jeonha...?” bisiknya.

 

Baekhyun menyayanginya?

 

Ia memutar memorinya dan... ia teringat sikap Baekhyun yang penuh kasih, memperlakukannya dengan baik meski dia hanyalah seorang abdi.

 

Tiba-tiba Luhan merasa matanya memanas. Saat ia mengerjapkan matanya, sebutir kristal jatuh membasahi pipinya dan diikuti butiran-butiran lain. “Baekhyun-jeonha....”

 

“Ya. Baekhyun pernah berkata padaku, bahwa dia sangat menyayangimu,” ujar Kris sambil tersenyum. “Karena itu, air matamu untuknya juga sangat berharga.”

 

Tubuh Luhan berguncang dan ia menangis dengan tersedu-sedu. Tangannya meremas baju Kris dengan erat.

 

Kris tersenyum dan ia teringat pembicaraannya dengan adik tercintanya itu beberapa bulan yang lalu.

 

“Kenapa kau tidak memberitanya?” tanya Kris waktu itu.

 

Baekhyun menatapnya bingung.

 

“Kenapa kau tidak memberitahunya bahwa kau sudah tahu tentang perasaannya padamu?” Kris memperjelas pertanyaannya.

 

Baekhyun tersenyum ke arahnya. “Dia memutuskan untuk tidak memberitahuku. Jadi.. ya.. Aku akan menunggu sampai dia mengatakannya langsung padaku,” ujarnya. “Daripada hal itu. Kris-hyung sendiri, kenapa tidak memberitahunya?”

 

“Aku memang tidak berniat memberitahunya.”

 

Baekhyun menggembungkan pipinya kesal. “Mwo? Wae??”

 

“Mau bagaimana lagi? Kau yang jadi rival-ku, sudah pasti aku kalah.” Sahut Kris sambil mengangkat bahu pasrah.

 

Saat itu Baekhyun menatapnya marah. “Kau bukan kalah dariku, Kak! Atau siapapun juga. Kau kalah dari dirimu sendiri. Kau kalah dari rasa takutmu! Kau bahkan tidak mencobanya,” ujar Baekhyun. “Bagaimana dia bisa tahu kalau kau tak pernah menunjukkan perasaanmu? Tak perlu dengan kata-kata jika Hyung masih belum siap. Hyung bisa menunjukkannya dengan tindakan, dengan perlakuan yang hyung berikan padanya.”

 

 

Kris menatap adiknya bingung.

 

“Contohnya seperti yang kulakukan pada Xiao Lu. Meski aku tak pernah mengatakan bahwa aku menyayanginya, tapi aku menyampaikannya dengan tindakanku. Dan meski tak berkata apa-apa, aku tahu Xiao Lu sadar bahwa aku menyayanginya.

 

“Cobalah seperti itu, Hyung,” Suara Baekhyun kembal melembut. “Setidaknya, beri Xiao Lu waktu untuk berpikir, ne? Kris-hyung? Coba tunjukkan perasaanmu padanya...”

 

 

Dengan ragu, Kris menyentuh kepala Luhan yang membenamkan wajahnya di dada bidangnya. Dan dengan gerakan canggung – namun penuh kasih – ia membelai rambut coklatnya.

 

‘Beginikah? Apakah seperti ini cukup, Baekhyunnie...?’

 

.

 

.

 

.

 

Sambil duduk di atas rumput dan ditemani suara air sungai, Chanyeol menatap langit yang dihiasi semburat jingga matahari terbenam.

 

“Apa malam ini langit akan penuh bintang?” gumamnya.

 

Ia masih sedih atas kematian kekasihnya itu, tentu saja. Tapi, ia tidak akan membiarkan dirinya jatuh karena kesedihan. Dia akan memenuhi keinginan dan impian Baekhyun. Dia akan jadi kuat, dan meraih kebahagiaannya.

 

Meski begitu, ia sudah bertekad, ia takkan membuka pintu hatinya bagi siapapun lagi. Dia ingin menjaga agar tempat itu hanya milik Baekhyun seorang.

 

Di tengah hembusan angin, Chanyeol menggumamkan nada dari lirik lagu yang disukainya.

 

 

I knew that I would only see one person

 

I knew that I would only hug one person

 

Because other loves couldn’t touch my heart

 

If it’s not you, then there’s no love

 

I knew that I loved only you

 

I’ll wait for you here

 

[Hansaraman – Only One Person; translate lyrics (c) FT Island]

 

 

“Baekhyun-ah... saranghae...” bisiknya.

 

Di langit yang mulai kelam seiring turunnya malam, terlihat bintang-bintang mulai bermunculan.

 

.

 

.

 

.

 

END

 

.

 

.

 

.

 

A/N: Kali ini beneran end readers-nim....

Hahaha.. bagaimana? Bagaimana? Aneh ya? Huhuhu... mianhe.... memang sejak awal baekhyun-nya bakal aku buat mati... kan angst #plak

Ide ff ini emang begitu doang.... Maklum authornya bikin ni cerita jaman SMA, jaman jadi otaku berat dan jadinya idenya cuma segitu. Ga diniatin bikin novel tentang supranatural yang panjang-panjang.... Emang ide intinya cuma tentang penyesalan seme karena ternyata uke yang dicarinya adalah orang yang selama ini disakitinya. #heeeaaah

Terus emang flow-nya ngaco ya awalnya lelet banget tau-tau jadi cepet kayak roller coaster. Maklum, flow niagara(?) #plak

 

 

Author ga tau sih jam masuk sekolah di korea jam berapa. Itu ngasal aja jam 8 pagi baru bangun si yeol masih bisa ke sekolah xP

Buat yang masih bingung sama soal keping matahari itu, jadi ceritanya baek dulu pake lambang mataharinya (kayak di MV MAMA itu, aku ga tau itu namanya gelang atau apa) Nah ceritanya dia pakenya sepasang (di kedua tangannya, ga cuma sebelah kayak di MV), 10 taun lalu, sebelah kepingan itu lepas dan ada di Yeol.

Nantikan ide ngaco lain author aneh ini yaaaps ^^

 

Regards,

 

Allotropy Equilibria

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
stellarstarlight
#1
it make me feel so many emotions!
Nisa_Park
#2
Chapter 10: emaaakk!
Padahal baekhyun udah berhasil mendapat tuh si chanyeol...
Kenapa author udh nyulik dia aja TT_TT aku nangis... Emaak.. Huhuhu
tapi ya.. Ini emang bagus.. Kenapa setiap angst selalu diakhiri dgn salah satunya pergi? Kenapa gk keduanya aja #nista
biar kyk romeo juliete gitu #plak
5 jempol buat author-nim
jujur awalnya sempat gk ngerti soalnya author nulis percakapannya pake rahasia2an jadi aku gk tau siapa aja yg ngomong..
Tapi, akhirnya aku ngerti sangat ngerti..
Ditunggu karya selanjutnya!
gotikuneko
#3
Chapter 10: T_T bagus bgt ff nya... Tp sad ending... Tp baguuuus bgt T_T
gotikuneko
#4
Hueee suka bgt ma ceritanya author-nim xD
chyshinji
#5
Chapter 10: T_T Sad ending ..... Kasian sekali chanyeol. Wah, ternyata Kris suka sama Luhan yah? Masa takut kalah sama Baekhyun sih,, kekekek,, ayo taklukan (?) Luhan.
chyshinji
#6
Chapter 9: Huweeeeeeeeeee,, gimana bisa Baekhyunnya malah metong T_T Padahal kan baru aja dapet first kiss dari chanyeol kan, huwaaaaaa,, nyesek sekali kalo jadi chanyeol, masa baru beberapa menit bahagia, langsung sedih selamanya -_-
chyshinji
#7
Chapter 8: Aigoooooooooooooooooo,, Chanyeol, lo bego apa tolol sih? Kan cuman mata baekhyun doang yang ditutup, wajahnya kan engga, masa engga kenal sih sama bidadari lo itu. Itu baekhyuuuuuuuuuuuunn >.< Aigooo,, itu baekhyun gak mati kan ya? semoga,, kekekek
chyshinji
#8
Chapter 7: Aigoooooo Lulu udah tau ada masalah sepenting ini lah malah masih mentingin gurunya, harus bisa dong pilih yang lebih penting -_- Urusan nyawa mah gak bisa ditunda, gak kayak urusan sekolah -_- Aigoooooo,, takutnya kalo nanti sampe Baekhyun nolongin Chanyeol trus mati, huwaaaaaaaaaaa
chyshinji
#9
Chapter 6: KYAAAAAAAAAAA!!! Bawa Sehun buat Luhan please!! Sumpah aku malah kasian sama Luhan disini. Oh ayolah Luhan kamu gak boleh suka sama baekhyun, masa namja cantik sama namja cantik juga. uke uke dong. Luhan lindungin Chanyeol yah,kekek
chyshinji
#10
Chapter 5: Luluuuuuuuu,, jangan jangan Chanyeol ini bisa terdeteksi sama para Iblis gara gara perlindungan Luhan yang mulai luntur. habisnya Luhan dalem hatinya marah marah terus sih sama Chanyeol, malah kayaknya lumayan benci juga gitu sama Chanyeol. Lindungi Chanyeol ya author. kasih pasangan buat my Lulu, biar dia nantinya gak ngerecokin Baekyeol, kekekek. kai ataupun Sehun gak masalah, dua duanya oke.