Enemy

Wae

 

Ruang kelas sangat ribut karena bel pulang sudah berbunyi. Sambil membereskan barang masing-masing, para siswa membicarakan apa agenda mereka sore itu. les? Karaoke? Kegiatan klub? Shopping? Apapun yang sedang meeka obrolkan langsung terhenti begitu terdengar pengumuman dari ruang siaran sekolah.

 

“Mohon perhatian. Diberitahukan kepada para wakil kelas, kami tunggu secepatnya di ruang rapat. Kami ulangi, atas nama OSIS, para wakil tiap kelas ditunggu kehadirannya di ruang rapat segera. Terima kasih.

 

Lay menatap Baekhyun lekat. Paras cantik namja itu tampak resah mendengar pengumuman tadi.

 

Sementara di kelas 1-8, Luhan mengumpat pelan. “Kenapa di saat seperti ini!?” gumamnya.

 

Perhatiannya teralih oleh sosok jangkung Chanyeol yang berjalan melewatonya dan hendak menuju pintu kelas.

 

“Ya! Chanyeol-ah! Kau ingat apa yang kukatakan tadi, kan!?” seru Luhan dan hanya diba;as dengan gumaman oleh namja bersuara rendah itu.

 

“Park Chanyeol! Aku serius!” Luhan kembali berseru dengan kesal.

 

“Iya, iya. Aku tahu! Cerewet!” gerutu siswa dengan rambut gondrong itu. “Rapat yang benar sana!” Setelah mengatakan hal itu, sosoknya pun menghilang di balik pintu.

 

Luhan hanya bisa mendesah kesal.

 

.

 

.

 

.

 

Halaman depan SM High mulai ramai oleh para siswa yang hendak pulang. Salah satu diantaranya adalah berandalan pujaan hati Sang Mama. Sambil melintasi orang-orang yang berjalan sambil mengobrol, Chanyeol bersiul melantunkan lagu kesukaannya.

 

Tiba-tiba ada sesuatu yang mematuk kepalanya dari arah belakang. Siswa itu berseru kesakitan. Sambil mengusap puncak kepalanya yang nyut-nyutan, ia memandang dengan kesal penyerangnya.

 

Saat ia mendongak, yang ada di hadapannya adalah seekor burung elang dengan sayap coklat dan putih. Burung itu terbang rendah dan menjulurkan kakinya ke arah Chanyeol. Namja itu mendapati ada secari kertas yang diikat pada kaki burung itu. sang elang menyodor-nyodorkan kakinya karena Chanyeol tak juga mengambil pesan yang dibawanya.

 

Dengan agak ragu, Chanyeol melepas kertas itu dan membacanya.

 

Kutunggu kau di gedung tua yang sudah tak terpakai di dekat stasiun. Kalau kau tidak datang, kami akan mengambil apa yang berharga bagimu!

NB: kami akan membalas kekalahan kami waktu itu. dan kali ini kau yang akan jadi pencundang!

 

Chanyeol meremas surat kaleng itu dengan kesal. Ini adalah tantangan perang!!

 

Dengan lagkah bergegas, Chanyeol meninggalkan bangunan sekolah. Dia datang bukan karena takut dengan ancaman mereka. Dia akan tunjukkan siapa pecundang sebenarnya!

 

.

 

.

 

.

 

Sementara itu, jauh dari keramaian kota, tepatnya di depan sebuah kuil yang ada di kedalaman hutan di puncak bukit, seorang pria muda berjalan melewati torii (gerbang di kuil yang merupakan pembatas antara kawasan tempat tinggal manusia dengan kawasan suci tempat tinggal para Dewa). Setelah tiba di depan pintu utama kuil, pria itu berhenti dan alih-alih membuka pintu, ia justru mengeluarkan secarik kertas mantera dari udara. Sambil menyelipkan kertas itu di antara jari telunjuk dan jari tengahnya. Laki-laki itu membentangkannya di depan wajahnya dan melapalkan mantra dalam bahasa yang aneh.

 

Selesai membaca mantra, ia menyentuhkan kertas itu ke pintu dan dengan segera kertas itu hancur berhamburan. Lalu, pintu geser kuil itu pun membuka sendiri. Pria dengan surai pirang itu berjalan ke bagian dalam kuil. Begitu tiba di ruangan utama, dua orang di sana mendongak menatapnya.

 

“Ah – Kris. Akhirnya kau datang juga,” ujar pria yang lebih tua – Changmin, umurnya mungkin sekitar 40-50 tahun.

 

Laki-laki yang baru datang yang ternyata adalah Kris itu membungkukkan badannya pada Sang Ayah. “Maaf aku terlambat,” ujarnya.

 

“Orang sibuk, eh?” tanya seorang lagi di sana. Itu adalah Heechul, kakak tertua Kris. Ia adalah pria umur 25 tahun yang bekerja sebagai host di sebuah bar dengan dandanan perlente.

 

Kris tidak menggubris sindiran kakaknya.

 

“Apa ada hal yang gawat hingga kau meminta kami berkumpul di sini, Kris?”tanya sang ayah.

 

“Tadi pagi aku merasakah iblis yang memiliki reiki yang besar. Tapi aku hanya bisa mendeteksinya sesaat, karena keberadaannya langsung menghilang begitu saja,” sahut Kris. “Tapi aku yakin ia masih ada di sekitar kota ini. Apa kalian merasakan kehadirannya juga?”

 

Dua orang di sana mengangguk.

 

“Yah.. aku merasakannya tadi pagi,” sahut Heechul dan sang ayah.

 

“Baekhyun... juga merasakannya.”

 

Baik Heechul maupun Changmin langsung menatap Kris, dan pria itu pun melanjutkan perkataannya. “Baekhyun bilang, dia merasakannya sejak semalam. Katanya, itu adalah reiki yang sama dengan yang dirasakannya sepuluh tahun lalu. Dan ia mendapat firasat buruk soal itu,” ujar Kris. Memang, dialah yang paling dekat dengan satu-satunya penerus langsung Sang Guardian yang sangat dilindungi oleh seluruh keluarga itu.

 

Setelah mendengar perkataan Kris, suasana menjadi lebih tegang. Mereka tampak benar-benar resah.

 

“Insiden waktu itu, ya?” tanya Heechul. “Firasat buruknya itu, pasti berhubungan dengan anak itu, kan?”

 

“Ya. Baekhyun sangat cemas karenanya,” sahut Kris.

 

Changmin menghela napas panjang. “Anak itu...” gumamnya. “Sejak lahir tubuhnya memang sudah lemah sehingga mudah sakit. Sungguh disayangkan sebenarnya, padahal kemampuannya sangat hebat....”

 

Tanpa diceritakan kembali pun, Heechul dan Kris mengerti hal itu. Tubuh Baekhyun yang sudah lemah sejak lahir, kini semakin lemah. Karena malam itu, dalam insiden sepuluh tahun yang lalu itu, Baekhyun terlalu memaksakan dirinya mengeluarkan reiki yang terlalu besar sehingga tak sanggup ditahan tubuhnya. Sejak itu, ia hanya boleh memakai reiki dengan tingkat rendah. Jika ia memaksa menggunakan reikinya dengan kekuatan penuh... tubuhnya tidak akan sanggup...

 

Kris memejamkan matanya dan mendesah. Ia paham betul hal itu. meski begitu, ia juga sangat mengerti dengan sifat dan tekad adik sepupu yang sangat dikasihinya itu. Karenanya, perkumpulan keluarga ini sengaja dilakukan tanpa mengikutserakan Baekhyun karena semua tak ingin anak itu terlibat dalam bahaya. Tapi...

 

“Tapi.. jika menyangkut anak itu, Baekhyun akan melakukan apapun,” ujar Kris dengan nada pahit.

 

Changmin kembali menghela napas panjang. Itulah yang ditakutkannya, tapi sayangnya, memang begitulah kenyataannya. Heechul juga mendesah pelan. Ia sungguh tak mengerti dengan apa yang dipikirkan oleh anak yang sudah dianggapnya adik sendiri itu. ia tidak mengerti, kenapa harus berkorban sedemikian rupa demi orang lain? Meski begitu, Heechul juga tidak ingin terjadi sesuatu hal yang buruk pada adiknya.

 

“Kalau begitu, kita harus menemukan iblis itu lebih dulu daripada Baekhyun, supaya ia tidak punya kesempatan untuk melawannya. Begitu, kan?”

 

“Ya.” Kris mengangguk. “Ayo kita mulai,” ujarnya sambil bangkit berdiri dan diikuti dua pria lainnya. “Tampaknya lawan kita adalah iblis yang sangat kuat dan dia menciptakan kekkai-nya sendiri untuk menutupi reikinya. Pekerjaan kita akan lebih berat.”

 

Dua orang lain di ruang reman-remang itu menatapnya dan mengangguk mantap.

 

.

 

.

 

.

 

Chanyeol menatap gedung tua di hadapannya, lalu bergegas masuk. Gedung itu sudah tidak terpakai. Di dalam gelap gulita, hanya ada sinar matahari senja dari luar yang menyelinap masuk. Berandalan dengan surai gelap itu memandang sekeliling ruangan. Ruangan itu kosong. Seluruh perabotan tampaknya sudah diangkut. Tempat itu sepertinya tak pernah didatangi selama bertahun-tahun. Debu menumpuk di mana-mana dan sarang laba-laba terbentuk di tiap sudut.

 

Namja jangkung itu menyadari hanya ada dirinya di ruangan tersebut. Saat hendak menaiki tangga menuju lantai 2, ia melihat sebuah tanda ditulis dengan – darah!, di dinding di depan tangga.

 

4

 

Itu yang tertulis di sana. Setelah terdiam sejenak, laki-laki itu berlari menuju lantai empat. Chanyeol tiba-tiba teringat perkataan Luhan tadi siang.

 

“Hari ini kau jangan ke mana-mana. Begitu sekolah berakhir, langsung pulang dan diam di rumah, arra?! Aku merasakan firasat buruk...”

 

Ia tak bisa menyangkal bahwa perasaannya juga tidak enak sejak menerima surat kaleng itu. tapi... ia tidak akan lari dari tantangan. Apalagi pernyataan perang!

 

Sambil mengusir pikiran dan perasaan buruknya, Chanyeol semakin bergegas menuju area perkelahiannya.

 

Begitu sampai di lantai empat, Chanyeol mengatur napasnya dan memandang berkeliling dengan waspada. Lawannya sudah menunggu. Mereka berdiri di ujung ruangan. Jumlahnya sembilan orang. Begitu menyadari kehadiran namja jangkung ini, mereka bergerak maju.

 

Chanyeol pun menghampiri mereka. Mereka sama-sama berhenti saat jarak diantara mereka kurang lebih tiga meter.

 

“Kau datang juga...” ujar salah satu diantara mereka sambil terkekeh.

 

“Aaah. Ayo segera selesaikan,” sahut Chanyeol setelah meregangkan otot dan memasang kuda-kuda. “Aku sibuk,” tambahnya.

 

“Sombong!” teriak salah satu dari mereka yang langsung menerjang melawan Chanyeol. Dalam beberapa pukulan, penyerang pertamanya roboh.

 

Melihat kawannya roboh, mereka bergerak mengepung Chanyeol dan menyerangnya secara bersamaan. Laki-laki berambut gondrong itu agak kerepotan melawan. Sudut bibirnya berdarah dan kaki kirinya agak pincang.

 

Meski begitu, akhirnya semua penyerangnya berhasil dikalahkan. Chanyeol menyusut darah dari bibirnya dan mengatur napas. Ia yakin, mereka adalah lawannya kemarin. Yang menyerangnya secara tiba-tiba di rel kereta. Mereka adalah anak SMA di distrik tetangga. Tapi... Chanyeol bersumpah mereka seperti terkena hipnotis atau sejenisnya. Karena pandangan mereka sama sekali tidak fokus. Seperti boneka! Apa yang sebenarnya terjadi?

 

Apapun yang sedang berkecamuk dalam pikiran Chanyeol tak bisa dilanjutkan karena ia menyadari kehadiran orang lain di ruangan itu. Tekanan reiki yang sangat kuat tiba-tiba menyebar di seluruh ruangan. Chanyeol merasakan pikirannya berdentum-dentum. Memberinya isyarat bahwa keadaan sangat buruk.

 

Dengan panik Chanyeol mengedarkan pandangannya. “Siapa kau!? Tunjukkan dirimu!” teriaknya.

 

Sebagai balasan, yang terdengar hanya suara tawa terkekeh yang memenuhi ruangan.

 

.

 

.

 

.

 

“Baiklah, sesuai kesepakatan, acara camp musim dingin ini akan kita laksanakan pada.....”

 

Luhan mengalihkan perhatiannya dari ketua osis yang sedang berbicara dan melirik tuannya yang duduk di hadapannya di seberang meja. Sepanjang rapat Baekhyun terus menunduk. Meski tidak terlalu kentara, Luhan tahu Sang Mama terus bergerak-gerak gelisah di kursinya.

 

Ia juga tak bisa menyangkal bahwa perasaan tidak enak mulai menggerogoti hatinya. Rapat itu terasa begitu lama, dan ia tidak sabar untuk segera mengakhirinya, pulang ke rumah, dan memastikan kakak angkatnya itu baik-baik saja.

 

“Kami mohon bantuan kalian yang hadir di sini sebagai perwakilan kelas masing-masing. Tolong umumkan acara camp musim dingin ini dan data siapa saja yang bisa ikut,” ujar Jongdae sambil mengedarkan pandangan menatap peserta rapat. Ketua OSIS SM High ini menyadari Sang Mama – yang dikaguminya – tidak sepenuhnya hadir di rapat itu. Ia sadar Baekhyun memikirkan hal lain.

 

Karena itu, iapun tak ingin menahan Sang Mama terlalu lama. “Baiklah. Kurasa rapat kali ini sampai di sini saja. Terima kasih atas kehadiran kalian,” ujarnya, lalu berdiri dan membungkuk hormat.

 

Serentak seluruh peserta rapat – dengan diikuti Baekhyun yang mengikuti dengan gugup – ikut berdiri dan balas membungkuk.

 

Jongdae pun meninggalkan ruang rapat diikuti pengurus OSIS lainnya. Peserta rapat yang lain ada yang melanjutkan pembicaraan, ada pula yang mengikuti Jongdae keluar ruangan.

 

Baekhyun bergegas menghampiri abdinya dengan raut cemas. “Apa dia sudah pulang?” tanyanya.

 

“Nde... tadi dia langsung pulang...” Kekhawatiran Sang Mama menulari Luhan juga, dan siswa dengan rambut coklat ini jadi ikut gugup. “Biar saya hubungi,” ujarnya sambil meraih handphone dan mencoba menghubungi Chanyeol.

 

Luhan menutup flap HP-nya dan menatap Sang Mama, lalu menggeleng. “Tidak diangkat,” gumamnya.

 

Sepasang kristal Baekhyun terlihat melebar karena terkejut, cemas, dan takut yang membaur menjadi satu. Tanpa mengatakan apa-apa lagi, bahkan tanpa meraih tasnya, Sang Mama langsung berlari meninggalkan ruangan.

 

“Baekhyun-jeonha!” panggil Luhan. “Tunggu! Jeonha!!” Ia ikut berlari mengejar tuannya.

 

Mereka yang masih ada di ruangan itu saling bertukar pandang dengan heran.

 

 

Entah karena didorong rasa khawatir atau kemampuannya memang seperti itu, Baekhyun berlari dengan sangat cepat melintasi ruang kelas dan koridor-koridor.

 

“Baekhyun-jeonha! Tolong tunggu sebentar!” Luhan mengikutinya sambil terus berseru. Ia khawatir tuannya akan lepas kendali dan melakukan hal yang nekat.

 

Akan tetapi, Baekhyun tak mempedulikan panggilan abdinya dan terus berlari. Yang ada di pikirannya sekarang hanyalah: Chanyeol!

 

Begitu tiba di luar gedung sekolah, Baekhyun berhenti. Luhan menghela napas lega. Mengira tuannya kelelahan atau sudah bisa menguasai diri. Sayangnya ia salah. Baekhyun hanya berhenti sejenak sebelum kemudian, dengan bantuan reiki-nya, melompat ke atas dahan pohon dan.... berteleportasi – dengan masih menggunakan sandal ruangan.

 

Luhan sangat terkejut melihat tindakan tuannya. Ia tidak menyangka Sang Mama akan melakukan hal itu. Teleportasi memerlukan reiki yang tidak sedikit dan akan menguras tenaga!

 

Siswa dengan wajah manis itu sudah bersiap menghimpun reiki-nya untuk melakukan hal yang sama dengan yang baru saja dilakukan tuannya, ketika sebuah suara memanggilnya dan memecah konsentrasinya.

 

“Ah – Luhan-ssi. Kau di situ rupanya. Kebetulan sekali!”

 

Luhan menoleh dan mendapati Jo-songsaengnim, wali kelas sekaligus pembina klub fotografinya berjalan dari samping kanan gedung sekolah diikuti seorang pria asing dengan rambut merah yang ia ketahui sebagai calon pembimbing mereka yang baru. Jika bukan Jo-songsaengnim yang memanggilnya. Jika bukan masalah pembimbing baru itu yang akan dibicarakan, Luhan ini sekali tidak menggubris panggilan itu dan melesat pergi mengejar tuannya.

 

Sambil memejamkan mata dan menggertakkan gigi, dia menutup kembali aliran reiki-nya dan berbalik menghadap Jo-songsaengnim lalu membungkuk hormat.

 

Ia hanya bisa melirik dahan pohon tempat di mana Sang Mama berteleportasi, dan menghela napas panjang, sebelum mengikuti Jo-songsaengnim kembali ke dalam gedung sekolah.

 

.

 

.

 

.

 

Ruangan yang semula bercahaya remang-remang karena sinar matahari senja yang menembus jendela, kini menjadi gelap gulitas. Bukan saja karena di luar matahari sudah menghilang di balik bumi. Ruangan itu juga dilingkupi aura kegelapan yang menyesakkan.

 

Tanpa bisa ditahan, Chanyeol merasakan tubuhnya menggigil. Dia kenal perasaan ini! Dia kenal aura gelap yang menyesakkan ini!

 

“Siapa kau!?” teriaknya menghalau rasa gugup. “Cepat keluar!!”

 

“Khukhukhukhu....”

 

Suara tawa yang terkekeh itu terus berlanjut. Lalu, dari tengah kegelapan. Chanyeol melihat sepasang mata putih yang sangat besar dan mengerikan. Dan dibawahnya terbentuk seringaian dari mulut yang sangat lebar.

 

“Annyeong, Chanyeol-ah. Lama tak jumpa,” ujar suara geraman yang keluar dari mulut dengan gigi taring yang panjang itu. lidahnya yang merah menjulur-julur keluar seperti ular.

 

Tadinya, Chanyeol berpikir mata dan mulut itu entah bagaimana melayang di udara. Tapi, setelah matanya terbiasa dengan kegelapan, ia menyadari bahwa makhluk di hadapannya memiliki bentuk... yah... meski terlihat seperti timbunan jeli lembek berwarna ungu pekat, hanya saja dalam ukuran sangat besar karena hampir menyentuh langit-langit ruangan.

 

“Masih ingat padaku?” geram sosok itu.

 

Setelah mengenali sosok di hadapannya, kristal kembar Chanyeol melebar karena terkejut.

 

“D-dangsin...!”

 

Chanyeol merasakan jantungnya berdegup sangat kencang. Dia ingat. Sosok itu... sosok di hadapannya saat ini... adalah iblis yang sama dengan yang menyerangnya sepuluh tahun yang lalu. Pada hari di mana ia terakhir kali melihat Bidadari perak-nya!

 

.

 

.

 

.

 

Tbc

 

.

 

A/N: yak, dipotong lagi ya readers-nim~~ berikutnya bersiaplah untuk chapter yang panjang dan istilah-istilah yang aneh hehehe.. 

 

Oh iya, aku baru dapet info dari mbah gugle, kalo “dangshin” dalam percakapan sehari-hari itu dapat dipakai untuk memanggil orang saat kita marah, jadi semacam panggilan kasar (atau dalam bahasa jepangnya mungkin setara “omae” atau “kisama” – mianhe, authornya lebih mendingan nihongo-nya #plak) kalau ternyata salah, silakan dikoreksi~

Referensi: http://www.talktomeinkorean.com/lessons/level-4-lesson-5/

 

Dan karena authornya emang demen anime macem hunterxhunter, ao no exorcist, dll jadi mohon maklum bila suasananya kayak suasana jepang ya u.u

Trus author ga tau sih, di korea agamanya shinto juga atau bukan, apa ada kuil juga dan ada gerbang torii-nya juga atau engga (ga tau juga namanya apa kalo di korea #plak)

 

Satu lagi. Di ff ini yang bisa berteleportasi bukan cuma Kai yaaa (bahkan Kai itu manusia biasa ga punya kekuatan *ditimpuk Kai*) Jadi teleportasi bisa dilakukan oleh semua yang bisa mengendalikan dan memanfaatkan reiki-nya~~ (konsep seenaknya)

 

Yah... gomawo udah bersedia baca. Komennya masih dinanti ^^

 

Regards,

 

Allotropy

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
stellarstarlight
#1
it make me feel so many emotions!
Nisa_Park
#2
Chapter 10: emaaakk!
Padahal baekhyun udah berhasil mendapat tuh si chanyeol...
Kenapa author udh nyulik dia aja TT_TT aku nangis... Emaak.. Huhuhu
tapi ya.. Ini emang bagus.. Kenapa setiap angst selalu diakhiri dgn salah satunya pergi? Kenapa gk keduanya aja #nista
biar kyk romeo juliete gitu #plak
5 jempol buat author-nim
jujur awalnya sempat gk ngerti soalnya author nulis percakapannya pake rahasia2an jadi aku gk tau siapa aja yg ngomong..
Tapi, akhirnya aku ngerti sangat ngerti..
Ditunggu karya selanjutnya!
gotikuneko
#3
Chapter 10: T_T bagus bgt ff nya... Tp sad ending... Tp baguuuus bgt T_T
gotikuneko
#4
Hueee suka bgt ma ceritanya author-nim xD
chyshinji
#5
Chapter 10: T_T Sad ending ..... Kasian sekali chanyeol. Wah, ternyata Kris suka sama Luhan yah? Masa takut kalah sama Baekhyun sih,, kekekek,, ayo taklukan (?) Luhan.
chyshinji
#6
Chapter 9: Huweeeeeeeeeee,, gimana bisa Baekhyunnya malah metong T_T Padahal kan baru aja dapet first kiss dari chanyeol kan, huwaaaaaa,, nyesek sekali kalo jadi chanyeol, masa baru beberapa menit bahagia, langsung sedih selamanya -_-
chyshinji
#7
Chapter 8: Aigoooooooooooooooooo,, Chanyeol, lo bego apa tolol sih? Kan cuman mata baekhyun doang yang ditutup, wajahnya kan engga, masa engga kenal sih sama bidadari lo itu. Itu baekhyuuuuuuuuuuuunn >.< Aigooo,, itu baekhyun gak mati kan ya? semoga,, kekekek
chyshinji
#8
Chapter 7: Aigoooooo Lulu udah tau ada masalah sepenting ini lah malah masih mentingin gurunya, harus bisa dong pilih yang lebih penting -_- Urusan nyawa mah gak bisa ditunda, gak kayak urusan sekolah -_- Aigoooooo,, takutnya kalo nanti sampe Baekhyun nolongin Chanyeol trus mati, huwaaaaaaaaaaa
chyshinji
#9
Chapter 6: KYAAAAAAAAAAA!!! Bawa Sehun buat Luhan please!! Sumpah aku malah kasian sama Luhan disini. Oh ayolah Luhan kamu gak boleh suka sama baekhyun, masa namja cantik sama namja cantik juga. uke uke dong. Luhan lindungin Chanyeol yah,kekek
chyshinji
#10
Chapter 5: Luluuuuuuuu,, jangan jangan Chanyeol ini bisa terdeteksi sama para Iblis gara gara perlindungan Luhan yang mulai luntur. habisnya Luhan dalem hatinya marah marah terus sih sama Chanyeol, malah kayaknya lumayan benci juga gitu sama Chanyeol. Lindungi Chanyeol ya author. kasih pasangan buat my Lulu, biar dia nantinya gak ngerecokin Baekyeol, kekekek. kai ataupun Sehun gak masalah, dua duanya oke.