Kebenaran yang Sesungguhnya (III)

100 Hari Mengejar Irene Bae
Please Subscribe to read the full chapter

Pertemuan Seulgi dan Irene pada hari kemarin masih begitu jelas di ingatan Irene.

Masih begitu teringat jelas, bagaimana senyuman Seulgi terlihat dibawah sinar matahari pada hari itu.

Kejadian itu masih begitu jelas, sampai setiap kata yang keluar dari bibir Seulgi dikala itu.. Menjadi sebuah pahatan permanen dibenak Irene.

Irene yang terlalu sibuk tenggelam dalam pikirannya tak menyadari bahwa seseorang telah memasuki kamarnya.

"Irene.." Terdengar suara lembut memanggil Irene keluar dari dunianya.

Irene yang kini tengah berada didunia nyata, dengan cepat menyembunyikan Roseus yang sedari tadi dia elus sembari memikirkan Seulgi.

".."

".."

Irene menatap individu yang telah menerobos masuk ke ruang pribadinya.
Individu yang merupakan seorang wanita berambut hitam pekat yang tergerai indah, dengan paras cantik mempesona.. 
Dan Irene terlihat seperti .. Salinan sempurna dari wanita itu.

Mendadak atmosfer diruangan itu menjadi suram.

"Katakan Irene.. Dari siapa Roseus itu" dibalik nada tenang wanita itu ada peringatan besar yang dia berikan.

Irene yang tanpa semenit pun memalingkan wajahnya dari Wanita itu.. Dengan mantap menjawab,

"Itu bukan urusanmu"

Jawaban Irene itu seperti menekan tombol berbahaya..
Jawaban dari Irene itu membuat Wanita itu mengatupkan rahangnya.

"Itu urusanku.." Tak terdengar suara halus, yang ada hanya suara dengan nada dalam yang membuat Irene bergidik ketakutan.

Wanita itu menghampiri Irene..

"Apapun.yang.bersangkutan.dengan.putriku.itu.adalah.urusanku!" Dengan penekanan disetiap katanya.. Wanita itu yang merupakan Ibu Irene, menggenggam kedua pundak Irene.
"Jadi Irene katakan, siapa yang memberikan Roseus itu?!"

".." Irene tetap diam tak bersuara, karena dia tahu jawaban dari pertanyaan itu, tidak akan membuat ibunya senang.

"Baiklah jika kau ingin cara yang keras, mari kita gunakan cara yang keras"

Mendengar itu Irene langsung panik.

"Ibu kumoho-

"Irene pada saat ini kau akan mengatakan semua padaku.. Saat kuperintahkan kau untuk menyebutkan satu nama, kau harus mengatakannya dengan sejuju-jujurnya."

HYPNOSIS

Itulah cara yang dipilih Ibu Irene untuk mengetahui kebenaran.

".." Dengan sekuat tenaga Irene menggigit bibirnya.. Berusaha agar nama Clepta yang dia sayangi tidak terucap dari bibirnya.

"Dari siapa bunga itu?!" 

'Irene tahan.. Jika kau bisa menangkis mantra ini.. Maka Hypnosis ini akan sia-sia.' Batin Irene berusaha keras untuk menahan dirinya.

"Bae Joohyun.. Katakan"
Dan kata-kata itu.. Nama itu.. Sudah lama sekali Irene tidak mendengar nama itu di alamatkan padanya.

"Kang Seulgi" kata Irene sembari setetes air mata jatuh dari matanya.

Dan jawaban dari Irene itu, seperti menguras jiwa ibunya.

"Kang? Klan terkuat Clepta?" Tanya Ibu Irene dengan nada lesuh.

Irene yang bingung dengan reaksi ibunya, hanya memilih untuk menganggukan kepalanya.

"Irene.. Apakah Seulgi yang kita bicarakan ini, putri dari Kang Jaehyun?"

Irene sekali lagi hanya menganggukan kepalanya.

Satu isakan kecil terdengar keluar dari mulut Ibunya Irene.

Irene mendekati ibunya, bermaksud menenangkannya.. Saat Irene mendekati wajah ibunya, Irene dengan jelas melihat garis-garis kerutan diwajah ibunya..

Mereka memang terlihat seperti salinan yang sempurna, namun.. Ada yang membedakan mereka berdua..

Jika wajah Irene masih terlihat kencang dan tanpa celah..
Wajah Ibunya, sudah mulai terlihat renggang.
Namun.. Diusianya yang sudah tak mudah lagi, wajah Ibu Irene masih terlihat begitu indah.

Ohya.. Dan mata mereka,
Jika mata Irene masih terlihat polos dan bersinar penuh dengan harapan.
Mata cokelat ibunya terlihat begitu kelam, tak bernyawa, seperti ada yang menghisap semua kebahagiaan dan warna hidupnya dari dunianya.

Ibu Irene.. Tidak bahagia.

"Irene.. Tolong, jauhi Kang Seulgi, dia tidak seperti apa yang kau pikirkan."

Dengan itu Ibunya meninggalkan kamarnya.

..
Irene merenungkan perkataan ibunya, meskipun dengan segala ketegangan yang terjadi antara dia dan ibunya, dalam hatinya Irene tahu bahwa dia sangat menyayangi ibunya.

Saat melihat keadaan ibunya tadi.. Ada sumpah kecil yang Irene buat pada dirinya.

Kebahagiaan ibunya adalah tanggung jawabnya.

Jika menjauhi Seulgi membuat ibunya bahagia.. Maka, dengan rela dia akan melakukan itu.

Dia akan merelakan kebahagiaannya demi ibunya.

Ya, semua ini.. Demi kebahagiaan ibunya.

-----------------------------------------------

Hari itu.. Pagi-pagi sekali Irene tiba disekolah.

Tampak belum ada satupun siswa yang muncul disana.

Irene selalu menjadi yang pertama yang tiba disekolah.

Saat dikoridor tepatnya didepan papan pengunguman terdapat sebuah poster besar dengan warna yang sangat mencolok.

Irene pun mendekati papan itu berniat untuk membaca isi dari poster berwarna-warni itu.

FESTIVAL BULAN MERAH.
BESOK MALAM!
DIHARAPKAN KEHADIRAN DARI SELURUH SISWA.
BAWALAH PASANGANMU.

Tertulis disana.. Irene pun mendesah.

Tahun lalu dia memilih untuk tidak berpartisipasi pada festival ini, dan tahun ini dia berencana untuk melakukan hal yang sama.
Menurutnya festival ini hanya akan membuang-buang waktunya saja.

Irene pun berlalu menuju ke kelasnya.

Saat sampai ditempat tujuannya, Irene pun menghempaskan dirinya dikursinya sambil membenamkan kepalanya diatas meja.

Raut kesedihan wajah ibunya masih terngiang-ngiang dipikirannya.

Irene yang lagi-lagi terhanyut oleh pemikirannya tidak menyadari bahwa kelasnya hampir terisi penuh oleh teman-teman sekelasnya.

Irene pun memeriksa jam tangannya.

7:10

20 menit lagi kelas akan segera dimulai.

Irene yang pikirannya sedari kemarin tidak tenang. Ingin segera berbicara pada Seulgi.

Bermaksud untuk menyuruh Seulgi menjauhinya.

Irene pun beranjak dari tempat duduknya, dan keluar untuk menemui Seulgi.

Dalam perjalanannya menuju ke kelas Seulgi.
terjadi perdebatan batin antara pikiran dan hati Irene.

'Jika kau ingin menjauhi Seulgi, jangan temui dia.. Itu akan hanya mempersulitmu saja.. Abaikanlah dia!' Yap. itu pasti pikiran Irene.

'.. Kau ingin menemui Seulgi untuk mengucapkan salam perpisahan kan? Kau tak ingin tiba-tiba tidak berbicara dengannya karena menurutmu itu tidak baik kan? Jadi kau ingin menemuinya.. Setidaknya untuk terakhir kalinya kan? Tak apa Irene.. Temuilah dia'
Dan itu kata Hati Irene.

Saat Irene bimbang mengambil keputusan.

Irene melihat Seulgi sedang berjalan sambil menggaruk kepalanya.


Tampaknya kali ini, aku akan mengikuti kata hatiku.

"Seulgi.."

Irene pun segera tersenyum ketika Seulgi melayangkan pandangannya padanya.

Seulgi pun mendekat menghampiri Irene.

Mereka saling berhadapan.
Ada yang aneh dengan Seulgi..

Dan ketika Seulgi meraih tangan Irene..
Suara-suara bising dikoridor mendadak tak terdengar.

Apakah Irene akan menyuruh Seulgi untuk menjauhinya?

Terasa pandangan Seulgi yang tertuju langsung pada kedua bola mata Irene.
Mata Seulgi seperti mengetuk jendela jiwa Irene.

Dengan tatapan itu,

Apakah Irene rela menjauhi Seulgi?

"Pergilah ke festival bersamaku"

Dan Irene tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya.

Apakah Kang Seulgi baru saja mengajaknya ke Festival Bulan Merah?

Iya aku ingin.

Pfft, tentu saja itu yang ingin Irene katakan. Namun sayang, jawaban dari setiap pertanyaan yang Seulgi ajukan tidak selalu sederhana.

Irene ingin bahagia.. Tapi kebahagiaan ibunya melebihi apapun.

Dan Irene membulatkan keputusannya. Dia akan menolak Seulgi.

Lagipula semua ini Seulgi lakukan hanya untuk mendapatkan Cor-nya.

Cih. Dasar licik.

"Em Maaf Seulgi aku-

Namun mengejutkan, Seulgi segera memotong perkataannya.

"Aku mengerti"
Kata Seulgi menganggukan kepalanya sambil melangkah mundur.

Ada sebuah pesan yang tersirat dari sorotan mata Seulgi pada saat itu.

Matanya seperti berteriak.. Kalau dia benar-benar kecewa dengan penolakan dari Irene.

"Seulgi.." Panggil Irene lirih

"Tidak apa-apa Irene.. Aku mengerti, aku pergi ke kelas dulu ya" dengan itu Seulgi memalingkan seluruh raganya.. Dari Irene.

Irene melihat Seulgi berlalu dari hadapannya. Ada satu benang terputus yang menyayat hatinya disetiap langkah yang Seulgi ambil untuk berjalan menjauh dari dirinya.

Irene pun segera kembali ke kelasnya.

...........................

7:25

Ketika Irene tengah duduk dengan tenang menunggu kedatangan wali kelasnya.

Ada satu hal mengejutkan dan menakutkan sedang terjadi.

"Kang dan Park prelium dikoridor lantai 2 bagian B" seru seseorang pada kelasnya.

Mendengar itu Irene dan teman-teman sekelasnya segera menuju pada lokasi yang diteriakan.


Irene berlari dengan keras.

Saat sampai disana, benar saja banyak orang yang berkumpul.
Namun,

Irene menerobos kerumunan orang-orang itu.
Saat dia berhasil, pemandangan yang dia dapati benar-benar menghancurkan hatinya.

Terlihat Seulgi yang tak henti-hentinya terbatuk-batuk,.

"Cukup!" 

Irene Bae. Custos.
Baru saja berteriak?

Irene pun berusaha merusak Arma yang melindungi pertarungan Joshua dan Seulgi.

Irene Bae. Custos.
Berusaha untuk menghentikan prelium Clepta?

Terlihat Joshua membisikan sesuatu pada telinga Seulgi,
sebelum akhirnya dia menyeret Seulgi dari kakinya untuk mendekati Irene.

Irene ingin berteriak.

"Hai Irene"

"Hentikan ini semua" perintah Irene dengan suara yang gemetar hebat

"Oh kenapa? Kau harus memberikan alasan yang tepat dan masuk akal" tantang Joshua dengan senyum busuknya

"KARENA KAU BISA MEMBUNUHNYA" teriakan Irene terdengar begitu menyedihkan

Joshua tertawa,
"Sekedar informasi.. Tuan putri Irene. Alasanku menantang dia untuk melakukan ini adalah untuk menghabisinya. Dan mahkluk ini-

Joshua menggenggam kedua kerah baju Seulgi dan menariknya berdiri untuk saling berhadapan dengan Irene.

"..Tahu betul maksud dan tujuanku apa, dan dia menyetujuinya dan kau tahu itu artinya apa? Yap itu artinya dia sudah siap untuk mati"

Irene melihat Seulgi..
Mereka berdiri..
Saling berhadapan..

Namun dengan Arma yang membatasi mereka.

Ingin Irene menyentuh wajah Seulgi.
Mencium pergi setiap luka yang Seulgi rasakan.
Memeluknya erat dan tak melepaskannya lagi.

Ya Dewa..
Irene. Mencintai. Seulgi

Dan Irene tak akan menyangkal hal itu lagi.
Beberapa minggu terakhir ini dia sudah cukup menghindari perasaannya.

Kali ini dia tidak akan menyangkal perasaannya pada Seulgi.

Kali ini.. Dia akan menunjukannya apa yang dia rasakan pada Seulgi.

'Kadang kita menggunakan telepati, jika dia adalah orang yang tepat untukmu maka.. Kalian bisa dengan mudah melakukan percakapan kalian dipikiran kalian. Tapi ingat telepati bukan berarti kau bisa membaca atau mengendalikan pikirannya, telepati adalah sebuah tanda bahwa mereka yang bisa berbicara dari pikiran ke pikiran untuk satu sama lain.. Ditakdirkan untuk bersama.. Dan satu rahasia untukmu Rene, tak semua Custos bisa melakukan telepati dengan pasangan mereka'

Kata-kata itu.. Mendadak kembali mengambang di pikiran Irene.

Kata-kata terakhir dari sang Kakek tercinta, sebelum dia pergi ke alam yang jauh menyusul istrinya yang merupakan nenek Irene.

Dia akan mencoba itu.

"Seulgi.. Bertahanlah.. Aku.. Ingin.. Kau.. Tetap.. Hidup"

Seulgi mengerutkan dahinya.

'Apakah dia bisa mendengarkanku?'

"Ini aku bodoh.. Irene. Bertahanlah.. Dan bertarunglah"

Seketika mata Seulgi terbuka lebar.

Kemungkinan untuk Seulgi dapat mendengarkan Irene, membuat Irene sedikit terkejut dan terharu.

Irene..
Tak ragu-ragu menatap Seulgi dengan segala rasa yang dia punya untuknya.

Dan tak masalah jika Seulgi melihat bintang di bola mata Irene,
Karena saat ini, Irene ingin Seulgi

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
SilverKnight93
Saya udah memutuskan ending apa yang paling pas untuk ff ini.

Comments

You must be logged in to comment
casperkim
#1
Chapter 21: Selalu menunggu
Chillbear #2
AAAAAA UPDATE
BunnyBeep
#3
Chapter 21: Makasih thor udah update T.T udh ditunggu" banget updatenya
BaePolarBear
#4
Chapter 21: Selalu nunggu ini cerita kapan update..pas giliran update penasaran bgt selanjutny bakal gmn
Chillbear #5
Chapter 20: saya masih disini thor
nailyq #6
Chapter 20: Happy ending plis.. with seulrene and taeny kasih happy ending :/
BunnyBeep
#7
Chapter 20: Karena aku suka:(
SoneTw_ss
#8
Chapter 20: Why I'm always keep reading it even I knew it took a long time for an update, simply because it was worth the wait.
BaePolarBear
#9
Chapter 20: Selalu bikin penasaran..
casperkim
#10
Chapter 19: Tiffany sepertinya