Jauh dari apa yang Dia Bayangkan

100 Hari Mengejar Irene Bae
Please Subscribe to read the full chapter

Hari ke-20

Semenjak kejadian dikoridor sekolah beberapa hari yang lalu, Seulgi dan Irene menjadi sedikit lebih dekat.

Saat ini Irene sedang asyik menceritakan perkembangan Roseus pada Seulgi.

".. Bunga itu akan bersinar sangat terang jika kau meletakannya dibawah sinar matahari" Kata Irene penuh semangat.

Irene menjelaskan perkembangan Roseus secara detail, dan sejujurnya itu terdengar sangat membosankan bagi Seulgi.

"Irene.. Tahan dulu" kata Seulgi sambil mengangkat tangan kanannya.
"Ceritakan hal yang lain, aku bosan mendengar Roseus sedang begini, Roseus sedang begitu.. Aku tidak tertarik mendengarkan pertumbuhan setangkai bunga, aku bahkan tak tahu kenapa kau menceritakan ini semua padaku" lanjut Seulgi

Irene mengerutkan dahinya,
"Tentu saja kau harus tahu perkembangan Roseus, kau lah yang memberikannya padaku"

"Tapi bunga itu sudah menjadi milikmu sekarang, itu sudah bukan urusanku lagi"

"Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu?"

Huh?
Irene terdengar kecewa.

"..."

"Kau membayar mahal untuk mendapatkan Roseus, kau rela menukarkan darahmu untuk setangkai bunga.. Semua itu untuk siapa?"

Dan Seulgi tak ragu-ragu menjawab
"Untukmu"

Irene tersenyum,
"Kau ingat saat kau memberikan Roseus padaku, katamu aku harus menjaga bunga itu dengan baik. Dan percayalah padaku Seulgi.. Aku menjaganya seperti aku menjaga thesaurus Dewa" 

"Aku percaya, lagipula kau adalah Custos, itu sudah menjadi tugasmu"

Dan sejenak mereka terdiam.

"Namanya Iglues" bisik Irene

"Huh? Siapa?" Tanya Seulgi bingung

"Aku memberikan nama pada Roseus yang kau berikan padaku.. Namanya Iglues" pipi Irene memerah

"Emm oke? Nama yang bagus?" Percakapan ini mulai terasa aneh untuk Seulgi.

Irene menatap Seulgi, tatapannya seperti memberitahu Seulgi sesuatu..
Matanya seperti ingin Seulgi menyadari sesuatu.
Namun Seulgi tak bisa menangkap sinyal dari Irene..
Seulgi gagal paham.

*ring*
Bel berbunyi, tanda bahwa istirahat telah selesai. Irene  segera beranjak dari tempat duduknya 

"Bodoh" kata Irene sambil berlalu ke kelasnya.


Satu hal yang tak Seulgi pahami..
Kenapa Irene terlihat begitu marah?
-----------------------------------------------

Seulgi berjalan menuruni scalam transisi, hari ini dia sangat lelah.. Sekolah benar-benar menguras tenaganya.

Tak perlu memerlukan waktu yang lama, Seulgi sampai di tempat tinggalnya.

I N F R A.

Atau

Neraka versi dua.

Setidaknya itu yang dikatakan para mahkluk utusan Dewa yang tinggal di Supra.


Dan Seulgi setuju,
Dengan Kaum brutal yang tidak tahu apa-apa selain berbuat kejahatan,
Tempat kumuh, gelap, dan berbahaya..
Tempat ini memang pantas disebut Neraka.


'Apa yang harus dibanggakan dari tempat ini?' Itulah yang muncul dibenak Seulgi setiap kali dia pulang dari sekolah.

Dan jika Seulgi ingin berkata jujur,
Infra terlihat 'menjijikan'.
Menjijikan bukan karena tempatnya, tapi karena mahkluk-mahkluk yang tinggal didalamnya.

Dan Seulgi tidak habis pikir..
Bahwa semua penghuni Infra bertahan hidup dengan melakukan kejahatan.

Sebagian dari mereka mencuri..
Ada yang menipu..
Dan tak sedikit yang membunuh.

Kejam.

Tak heran jika Dewa menempatkan mahkluk kutukannya disini.

Dan kebetulan sekali, Clepta adalah mahkluk yang mendapatkan kutukan terberat dibandingkan sekutunya.

Dan Seulgi benci.. Kalau dia adalah salah satu dari mahkluk kutukan itu.
Seulgi benci, dia adalah Clepta dengan darah murni.
Dia benci bahwa suatu hari nanti dia HARUS menggantikan ayahnya untuk memimpin Kaumnya.

Seulgi benci.. 
Kenapa?
Kenapa dia harus terus hidup dalam sebuah kutukan yang tidak bisa dipulihkan?

Terkadang Seulgi membayangkan dirinya..
Apa jadinya jika dia tidak terlahir sebagai Clepta,
Apakah semuanya akan lebih baik dari ini?
Apakah hidupnya akan lebih bahagia dari ini?

Tapi Seulgi tahu betul bahwa..
Memiliki bayang-bayang itu dalam benaknya,
Sama saja dengan memimpikan Bulan emas yang tak kunjung datang.

Sekali Clepta tetaplah Clepta.
Seulgi tak punya pilihan lain selain menjalani hidupnya dengan maksimal sebagai mahkluk pencuri berdarah dingin.

Tanggung jawabnya untuk Kaumnya, membungkam Seulgi dan membuatnya terus terikat dalam kegelapan.


.
.
Tapi..
Satu hal yang tak diketahuinya,
Bahwa cepat atau lambat,
Ada seseorang, yang akan membuka ikatan demi ikatan yang membungkam Seulgi dalam kegelapan.

Ketika saat itu tiba,
Mungkin.. Seulgi akan sadar bahwa Bulan Emas bukan hanya sekedar mimpi saja.
-----------------------------------------------

Hari ke-24

"Woah dia sudah sebesar ini? Dan kau sudah punya bibitnya? Wow Irene" Seulgi terkejut melihat perkembangan Iglues yang sangat cepat.

Irene membawa Iglues ke sekolah karena dia sangat ingin memperlihatkan pada Seulgi bibit-bibit baru Roseus emas itu.

"tidak berat membawanya?" Tanya Seulgi sambil mengangkat pot yang menjadi wadah untuk Roseus itu
"Ini lumayan berat" lanjut Seulgi sambil meletakan pot itu kembali.

"Aku menggunakan magus supaya pot itu terasa ringan"

"Ah.." Seulgi menganggukan kepalanya, dia pun memperhatikan pot berwarna ungu itu.. Ada tulisan Iglues disana.
Tentu saja itu adalah nama bunga itu.

'Pft hahaha' Seulgi tertawa dalam benaknya
'Mana ada yang memberi

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
SilverKnight93
Saya udah memutuskan ending apa yang paling pas untuk ff ini.

Comments

You must be logged in to comment
casperkim
#1
Chapter 21: Selalu menunggu
Chillbear #2
AAAAAA UPDATE
BunnyBeep
#3
Chapter 21: Makasih thor udah update T.T udh ditunggu" banget updatenya
BaePolarBear
#4
Chapter 21: Selalu nunggu ini cerita kapan update..pas giliran update penasaran bgt selanjutny bakal gmn
Chillbear #5
Chapter 20: saya masih disini thor
nailyq #6
Chapter 20: Happy ending plis.. with seulrene and taeny kasih happy ending :/
BunnyBeep
#7
Chapter 20: Karena aku suka:(
SoneTw_ss
#8
Chapter 20: Why I'm always keep reading it even I knew it took a long time for an update, simply because it was worth the wait.
BaePolarBear
#9
Chapter 20: Selalu bikin penasaran..
casperkim
#10
Chapter 19: Tiffany sepertinya