Mantra
100 Hari Mengejar Irene BaeHari ke-62
Seulgi berjalan menyeret langkahnya disepanjang koridor.
Ya benar, kakinya masih terkilir. Kejadian melawan induk Naga yang sedang menyala-nyala dalam amarah, benar-benar masih menghantui Seulgi. Sesekali dia meringis— tak kuasa memikirkan cakar besar yang siap menghujam wajahnya beberapa hari yang lalu itu.
Itulah ingatan terakhir Seulgi sebelum akhirnya dia kehilangan kesadarannya dan tiba-tiba terbangun di kasurnya.
Di kamarnya..
Dan Seulgi?
Dia yakin hanya ada satu orang yang bisa membawanya ke infra. Ya dalam pikirannya hanya ada nama Erica.
Benar saja semenjak kejadian aneh itu Seulgi merasa ada yang berbeda dari Bu Erica.
Ada sesuatu yang mengganjal dan Seulgi tau dia harus menyelidiki Caster itu.
Seulgi pun mendesah..
Tapi menyelidiki Erica bisa ditunda, karena saat ini Seulgi harus mencari seseorang.
Ya katakanlah dia ingin menanyakan sesuatu.
Seulgi menatap telapak tangannya— dia lalu mengerutkan dahinya.
Ya..
Ini aneh dan sangat tidak wajar.
-------------------------------------------------------------------------------
Saat ini Seulgi tengah menarik Moonbyul untuk pergi ke suatu tempat.
"Seulgi.. Perlahan" pelan Moonbyul dengan nada yang sedikit bergetar.
Bagaimana tidak?
Saat ini dia sedang diseret oleh Clepta berdarah murni. Tentu saja Moonbyul yang hanya seorang visus— mahkluk yang kekuatan magusnya tidak se-handal magus kaum Seulgi, mahkluk yang hanya mengandalkan ilmu pengetahuan.. Tentu saat ini dia benar-benar merasa takut.
Seulgi berhenti seketika membuat Moonbyul ikut menghentikan langkahnya.
"Aku ingin menanyakan sesuatu" pelan Seulgi pandangannya tak pernah meninggalkan tangannya.
Moonbyul berdehem sembari terkekeh renyah, dia pun menunjuk tangan Seulgi yang menggenggam kerah kemejanya dengan erat.
"Tapi pertama-tama kau harus melepau Seulgi" kekeh Moonbyul sambil menepuk-nepuk lengan Seulgi dengan pelan.
Seulgi menatap Moonbyul datar sebelum akhirnya dia mengangguk dan melepaskan kerah gadis itu.
Moonbyul sekali lagi berdehem sambil merapihkan kemejanya, dia pun membenarkan posisi kacamatanya yang sedikit meleset dari posisi semula.
"Jadi apa yang ingin kau tanyakan?" mulai Moonbyul
Seulgi menunduk, tatapannya masih terfokus pada tangan kirinya.
"Seulgi?"
Seulgi menghela napas, tampak gadis itu menggelengkan kepalanya dan menarik rambutnya— frustasi.
"Aku tak ingin ada seseorang yang tau akan hal ini.." pelan Seulgi menggantung kalimatnya.
Dia pun mengangkat kepalanya dan menatap Moonbyul dengan tajam.
".. Aku tak akan segan-segan mengakhiri nyaw—
"Iya.. Iya.. S-seulgi a-aku pasti akan merahasiakan ini" sanggah Moonbyul sedikit tergagap.
Seulgi menghela napas, dia pun menunjukan telapak tangannya pada Moonbyul.
Melihat itu Moonbyul segera membulatkan matanya.
Dia menatap Seulgi dan telapak tangannya itu secara bergantian.
".. Kapan?" tanya Moonbyul penasaran
Seulgi mengatupkan rahangnya,
"Dua hari lalu.. Saat melawan naga" pelan Seulgi dibawah napasnya.
Ah..
Moonbyul pun mengangguk dan berdehem lembut, dia lalu meminta ijin untuk menulusuri luka Seulgi itu.
"Bolehkah aku?"
Seulgi pun segera mengangguk dan mengijinkan Moonbyul untuk memeriksa tangannya itu.
"Vestigo"
Dan benar saja, saat Moonbyul melintasi luka Seulgi dengan jari telunjuknya— dia melihat sesuatu.
Dalam pikiran Moonbyul terputar dengan jelas bagaimana Seulgi mendapatkan luka itu.
Dalam pikiran Moonbyul kejadian dua hari yang lalu itu terputar seperti kejadian yang tepat berlangsung didepan matanya.
Semuanya terputar dalam gerakan lambat.
Bagaimana tangan kiri Seulgi memegang pedang apinya dan siap menerjang Irene namun seorang wanita yang tak Moonbyul kenali datang dan dengan mudah menangkis serangan Seulgi dengan tangan kosong.
Dan..
Moonbyul menghela napas panjang, dia mengerutkan dahinya ketika dia
Comments