Senjata Rahasia

100 Hari Mengejar Irene Bae
Please Subscribe to read the full chapter

Hari ke-51

Seulgi berbaring ditempat tidurnya, sedari tadi jam alarmnya berdering mengeluarkan suara yang keras.

Tapi apa peduli Seulgi?
Dia hanya terus berbaring sambil memandangi langit-langit kamarnya.

..

Seulgi bahkan tak berencana untuk bangun dan pergi kesekolah.
Dia akan hanya bermalas-malasan, dan menyesali kisah cintanya yang gagal.

Gagal.
Pfftt.
Menyedihkan.

Saat Seulgi sedang sibuk meratapi nasibnya, tiba-tiba pintu diruangan kamarnya terbuka.

"Kang Seulgi" suara itu terdengar berat dan tajam

Dan pada saat suara itu bergema diseluruh ruangan Seulgi, jam alarmnya pun segera berhenti mengeluarkan suara.

Saat mendengarkan suara itu, Seulgi mengumpat dalam batinnya.

"Ya?" dia pun bangkit dari posisi tidurnya

"Tak ke sekolah nak?" Katanya sambil duduk diranjang Seulgi.

"Tidak hari ini Ayah" sahut Seulgi sambil berusaha menghindari kontak mata dengan Ayahnya.

"..."

"..."

Mendadak sunyi.
Kesunyian yang mencengkam Seulgi.

"Baiklah"

"Ha?" Seulgi membelakakan matanya.
Apa gerangan yang terjadi, sehingga dengan mudahnya Ayahnya yang sangat keras dan disiplin mengijinkan Seulgi untuk bolos dari sekolah?

"Tak usah ke sekolah" dengan itu Ayah Seulgi beranjak dari tempat tidurnya, namun sebelum dia benar-benar keluar dari kamar Seulgi, Ayahnya kembali berucap.

"Bersiaplah, kita akan pergi ke suatu tempat"

Melihat Seulgi yang tak bereaksi, Ayahnya melanjutkan

"Kau harus ikut, waktumu 5 menit, Ayah tunggu dibawah"

Dan kata-kata itu berhasil membuat Seulgi melompat dari tempat tidurnya dan segera bersiap-siap.

----------------------------------------------

..

Seulgi telah selesai bersiap-siap.
Dengan pakaian rapih Seulgi mantap menuruni tangga rumahnya.

Dan benar saja, Ayahnya dengan postur yang tegap nampak sedang duduk dengan sabarnya menunggu Seulgi.

"Ayah, maaf membuatmu menunggu" kata Seulgi sambil membungkukan badannya

Ayah Seulgi langsung berdiri,
"Tak apa, kita masih punya waktu"

Seulgi hanya bisa mengangguk, sejujurnya dia sangat penasaran.
Sebenarnya Ayahnya akan membawanya kemana?
Tapi apa daya, Seulgi terlalu takut untuk bertanya.

"Kang Seulgi, temui aku di depan gerbang Carcerem Inferos"
Lalu sekejap Ayahnya menghilang, meninggalkan kabut berwarna hitam pekat.

Gerbang Carcerem Inferos.

Tangan Seulgi gemetar,
Peluh berjatuhan dari dahinya,

Mendadak Clepta yang tak pernah merasa ketakutan itu kini bergidik dalam kengerian.

Apa yang sebenarnya, Ayahnya rencanakan?

Dengan segala ketakutan dan ketegangan, Seulgi menuju ke tempat yang diperintahkan Ayahnya.

Dan selama perjalanan ketempat yang mengerikan itu, Seulgi berdoa.

Untuk pertama kalinya, dia memohon.

-----------------------------------------------

Gerbang Carcerem Inferos.

Terlihat sangat besar.
Sangat gagah.
Dan sangat menakutkan.

Gerbang yang terbungkus warna merah padam tampak menjadi warna kebanggaan dari pintu masuk menuju tempat yang sangat kelam itu.

Seulgi menelan ludahnya.

Dengan tangan yang bergetar hebat dia pun mengetuk gerbang itu.

Namun saat buku jarinya melakukan kontak dengan material dari gerbang itu, Seulgi dikejutkan dengan sebuah sengatan yang begitu menyakitkan.

'Apa ini?!' Batin Seulgi masih terguncang

Dia segera menarik tangannya, dan tepat di telapak tangannya terdapat tiga baris garis merah.

'Huh?' 

"Kang" terdengar suara berat yang sangat keras, berhasil membuat Seulgi terkejut.

"Ya?" Karena ketakutan suara Seulgi terdengar seperti decitan yang tinggi.

"Apakah kau akan menemui 112?"

"Uh apa?"

"112. Apakah kau akan menemui dia?

"..Mungkin?" Huh? Seulgi tak tahu, apa yang dibicarakan oleh suara mengerikan ini, dia hanya mengikuti arus saja.

"Waktumu 30 menit, garis merah yang berada di telapak tanganmu masing-masing bernilai 10 menit, satu garis akan menghilang di setiap 10 menit yang berlalu. Paham?"

Seulgi hanya bisa mengangguk.
Dan kemudian pintu gerbang itu terbuka lebar.

Saat Seulgi menginjakan kakinya di tempat itu, hal yang mengejutkan menyambutnya.

Seketika terdengar teriakan-teriakan keras yang begitu tajam, 
Terlalu tajam dan mengerikan untuk telinga Seulgi.

Dengan cepat Seulgi menutup kedua telinganya dengan tangannya.

Namun tidak mempan sama sekali,
Rasanya gendang telinga Seulgi mau pecah.

Seulgi pun berbalik, berniat meninggalkan tempat yang sangat berisik itu.

Tapi, saat dia memutarkan badannya, pintu gerbang itu sudah kembali tertutup..
Dengan suara keras, yang secara ajaib berhasil menghentikan segala teriakan itu.

"Selamat datang di Carcerem Inferos, waktumu 30 menit untuk menemui 112, dan ingat satu hal Kang Seulgi, jika kau telah melampaui waktu kunjunganmu, dan kau tak kunjung keluar dari tempat ini, maka kau akan tinggal disini selamanya. Jadi perhatikanlah tanda merah yang berada ditanganmu itu, atau kau akan berada disini selamanya"

Dan di akhir kata-katanya, tak lupa sang suara menyelipkan tawa besar yang membuat Seulgi panik ketakutan.

Dia bahkan tak tahu kenapa dia harus kemari.

Dia bahkan tak mau kemari.

Siapa yang harus dia temui?

112?

Siapa itu 112?

Dan dimana Ayahnya?
Ohiya Ayahnya.

"Ayah?" panggil Seulgi dengan keras, namun jawaban yang dia dapatkan hanya gema dari suaranya sendiri.

"Ayah?" Kali ini lebih keras, namun hasil yang dia dapatkan tetap sama.

Dia pun berusaha untuk mendobrak gerbang itu.
'Satu-satunya jalan keluar di tempat itu adalah jalan masuknya' teringat seseorang pernah berkata itu pada Seulgi.

Seulgi dengan segala cara mencoba untuk membuka gerbang itu.
Dia menggunakan tinjunya..
Menendang gerbang itu..
Bahkan sampai menggunakan magusnya.

Namun tak sedikit pun Gerbang itu tampak goyah.

Seulgi pun sadar bahwa satu garis ditelapak tangannya telah menghilang.
Kini dia hanya punya dua baris garis merah, yang artinya waktunya kurang dari dua puluh menit.

"Kurang ajar!"
Frustasi, Seulgi menggaruk kepalanya dan mengumpat dengan keras.

"Ah.. Tidak ada pilihan lain aku harus mencari tahu siapa 112 ini" gumam Seulgi.

Dia pun memperhatikan keadaan tempat itu,
Tempat itu terlihat begitu kotor, dan secara mengejutkan tidak terdengar suara apapun disana, kontras dengan kejadian tadi yang penuh dengan teriakan histeris.

Teriakan-teriakan yang terdengar sangat menyedihkan.

Seulgi pun mendapati ada banyak pintu dan tangga ditempat itu.

Setiap pintu terdapat sebuah angka.

1.
2 3 ..
4 5 6 ..
..
..
Dan berhenti di angka 10.

Ah.

Seulgi mulai paham,
Dia pun segera menaiki tangga dan menuju ke lantai dua.

Di lantai dua juga pun sama, terdapat beberapa pintu dengan angka,
10.. 11.. Dan berakhir dengan angka 20.

Seulgi kembali menaiki tangga.
Lantai 3, lantai 4..
Lantai 7, lantai 8..

Lantai 10.
Dan satu garis lagi ditelapak tangan Seulgi pun menghilang.

"Sial..!" Teriak Seulgi mulai panik.

Seulgi menambah kecepatannya.
Tangga demi tangga,
Lantai demi lantai.

Akhirnya,
Tibalah dia ditempat yang dia tuju.

Lantai 11.

Seulgi sejenak berhenti dan mencoba menetralkan ritme pernapasannya.

Dan perlahan, dia mulai mencari pintu dengan angka 112 itu.

110.. 111.

1 1 2.
'Ini dia..beranikan dirimu Seulgi, satu-satunya jalan keluar dari tempat ini, pasti berada dibalik pintu ini'

Seulgi pun mengetuk pintu yang berang

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
SilverKnight93
Saya udah memutuskan ending apa yang paling pas untuk ff ini.

Comments

You must be logged in to comment
casperkim
#1
Chapter 21: Selalu menunggu
Chillbear #2
AAAAAA UPDATE
BunnyBeep
#3
Chapter 21: Makasih thor udah update T.T udh ditunggu" banget updatenya
BaePolarBear
#4
Chapter 21: Selalu nunggu ini cerita kapan update..pas giliran update penasaran bgt selanjutny bakal gmn
Chillbear #5
Chapter 20: saya masih disini thor
nailyq #6
Chapter 20: Happy ending plis.. with seulrene and taeny kasih happy ending :/
BunnyBeep
#7
Chapter 20: Karena aku suka:(
SoneTw_ss
#8
Chapter 20: Why I'm always keep reading it even I knew it took a long time for an update, simply because it was worth the wait.
BaePolarBear
#9
Chapter 20: Selalu bikin penasaran..
casperkim
#10
Chapter 19: Tiffany sepertinya