Fraudulenti dan Custos

100 Hari Mengejar Irene Bae
Please Subscribe to read the full chapter

Hari yang panjang itu masih bergulir.

Taeyeon menatap Irene yang sedang diobati oleh Vuld. Wajah yang pucat perlahan mulai mengumpulkan warna—menjadi merah merona.

"Apa yang terjadi padaku?" Bisik Irene

Taeyeon pun mengangkat pundaknya, lemas. Ia pun duduk dengan kaki bersila.

"Ada sesuatu yang mengikat kalian berdua." Pelan Taeyeon sambil menunjuk Seulgi yang sedang berbaring disebelahnya itu.

Sorot matanya berubah lembut namun ia tak berani menatap Seulgi.

Keduanya pun terdiam. Yang terdengar hanya suara dengungan rendah dari Vuld yang tengah melafalkan mantra.

Beberapa menit berlalu, Irene pun memberanikan diri untuk melayangkan pandangannya pada sesosok yang tengah terbaring lemah di padang berumput itu.

Keningnya berkerut tatkala matanya bertemu dengan figur itu. Diam tak seperti biasanya dan itu membuat setiap ruang di hatinya terasa kosong.

"Apakah dia akan baik-baik saja?"

Taeyeon pun tersenyum,
"Tenang saja. Vuld sudah menghentikan pendarahannya. Ia akan baik-baik saja."

Namun jawaban dari Taeyeon itu tidak bisa menghilangkan rasa khawatir Irene.

"Tadi rasanya sakit sekali seperti ada yang menancap disini." Pelan Irene sambil menunjuk dadanya.

"Aku tau. Maafkan aku"

Perasaan bersalah yang membuat Taeyeon meminta maaf.

"Apakah hal yang sama terjadi pada ibuku?"

Taeyeon menatap Irene, kali ini menatap kedua matanya secara langsung. Atas pertanyaan yang terlontar dari bibir gadis itu Taeyeon pun tersenyum.

"Tenang saja, ibu mu tidak pernah terluka."

"Lantas bagaimana dengan dirimu?"

Tampaknya pertanyaan-pertanyaan dari Irene akan terus berdatangan.

Taeyeon meluruskan kakinya.
"Ada banyak yang terjadi. Aku sampai lupa sebagian besar ceritanya"

Bohong. Jelas dia berbohong. Irene tahu itu.

Taeyeon pun membasahi bibirnya,
"Aku adalah putri dari seorang pemimpin. Sebelum aku ada, aku telah ditakdirkan untuk menjadi penerus tahkta ayahku. Syaratnya begitu berat. Dan aku harus membayar mahal agar bisa mencapai standar ayahku. Dan walau hanya sebentar, aku berhasil membuat dia bangga."

"Apa yang kau berikan?"
"Huh?"
"Harga yang kau bayar untuk mendapatkan pengakuan ayahmu. Apa itu?"

Taeyeon kembali membasahi bibirnya. Semata-mata karna ia ingin menghilangkan rasa pahit pada ujung lidahnya itu.

Namun pahit itu menetap dan Taeyeon merasa pengap. Yang bisa ia lakukan hanyalah tertawa pada posisi duduk yang tegap.

Taeyeon terperangkap.

Ia terperangkap dalam serangkaian pertanyaan dari gadis yang sedang penasaran.

Satu-satunya jalan keluar adalah mengekspos dirinya pada perangkap itu. Ia pun memilih untuk menjawab.

"Nyawa"

Perkataan itu keluar seperti sebuah semburan angin yang tadinya memenuhi dadanya—sesak. Angin yang menjelma menjadi udara yang dingin itu mengantarkan getaran pada setiap nadi Irene.

'Nyawa siapa itu?'

Ingin ia bertanya namun bibirnya memilih untuk bungkam. Tak berani melontarkan sepatah kata pun.

Irene pun sadar bahwa yang duduk di depannya itu adalah tahanan yang paling berbahaya di Inferos.

Seseorang yang telah mempertaruhkan nyawa orang lain demi kehormatan keluarganya.

"Selesai"

Suara Vuld pun membebaskan mereka dari situasi yang mencekam itu. Setidaknya itu yang dirasakan Irene.

Dengan tergesa-gesa ia berdiri dan berjalan menjauhi Taeyeon kemudian memantapkan langkahnya pada Fraudulenti yang tengah sibuk menyisir surai Felis peliharaannya.

"Kau terlihat panik" mulai Wendy ketika pandangannya terpaku pada Irene yang sedang memangku tangan.

"Aku takut."

Jawaban yang jujur itu membuat Wendy terkekeh cukup kuat.

"Pada Bu Erica?"

Irene menggeleng dengan kencang,
"Bukan. Itu bukan namanya"

Wendy pun mengangkat keningnya. Merasa terhibur atas sikap Custos yang tengah ketakutan itu.

"Bantulah aku. Bawa aku pergi dari sini." Mohon Irene

Wendy lagi-lagi terkekeh seraya menggelengkan kepala ia kembali menyisir surai Krena.

"Kau dan ketakutanmu yang tidak beralasan itu sungguh menggelikan"

"Tidak beralasan?!" Suara Irene sedikit meninggi saat ia mempertanyakan perkataan yang meledek dari Wendy itu.

Wendy tak menjawab. Ia hanya mengangguk dan kembali fokus mengurus Krena.

"Dia tahanan Carcerem" ucap Irene sambil menunjuk Taeyeon yang sedang berbicara dengan Vuld.

"Lalu apa yang salah dengan itu?"
"Semua yang berkaitan dengannya adalah salah"

Wendy menatap Irene dengan tatapan tidak percaya.

"Tadi kau tidak seperti ini. Apa yang terjadi?"
"Tidak ada yang terjadi. Oke? Aku hanya terlambat meny

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
SilverKnight93
Saya udah memutuskan ending apa yang paling pas untuk ff ini.

Comments

You must be logged in to comment
casperkim
#1
Chapter 21: Selalu menunggu
Chillbear #2
AAAAAA UPDATE
BunnyBeep
#3
Chapter 21: Makasih thor udah update T.T udh ditunggu" banget updatenya
BaePolarBear
#4
Chapter 21: Selalu nunggu ini cerita kapan update..pas giliran update penasaran bgt selanjutny bakal gmn
Chillbear #5
Chapter 20: saya masih disini thor
nailyq #6
Chapter 20: Happy ending plis.. with seulrene and taeny kasih happy ending :/
BunnyBeep
#7
Chapter 20: Karena aku suka:(
SoneTw_ss
#8
Chapter 20: Why I'm always keep reading it even I knew it took a long time for an update, simply because it was worth the wait.
BaePolarBear
#9
Chapter 20: Selalu bikin penasaran..
casperkim
#10
Chapter 19: Tiffany sepertinya