9. Perlahan menuju pasifis abal-abal

Being The Tyrant Girlfriend
Please Subscribe to read the full chapter

 

Masih jam makan siang. Aku menghabiskan makan siang yang diambil oleh Jinhwan dengan perlahan dan dalam diam. Pemuda-pemuda di sekelilingku sibuk bergurau sana sini. Rasanya sulit untuk bisa masuk ke pembicaraan mereka. Jadi aku memilih menyimak saja.

"Ya, kemarin aku bertemu Donghyuk," kata Hanbin pada Yoongi. Dia pasti membicarakan masalah di arena kemarin. Pikirku langsung merinding membayangkan pertanyaannya waktu itu. Tentang apa aku ingin dia membawaku ke tempat itu lagi.

No. Big NO.

"Tapi kenapa si Donghyuk majuin jam acaranya?" aku menoleh pada Seokjin.

"Entahlah," Hanbin cuma mengendikkan bahu. Jadi selain hal berbau o laki-laki juga membicarakan hal ini. Shhh, aku teringat perkataan Dean tentang ketua Osis kami yang bertampang lugu itu juga menyenangi o.

"Kau membawa Minwoo ke sana 'kan?" Yoongi menatapku ketika ia bertanya, membuatku melirik Hanbin yang juga sedang melirikku.

Dia mengangguk. "Ya,"

"Apa dia mengajakmu masuk ke acara itu lagi?" Dean bertanya. Dan bagiku mereka semua terdengar seperti sedang mewawancarai Hanbin. Ya 'kan?

"Sudah jelas," Jinhwan masuk ke pembicaraan, aku langsung berdegup saat dia menatapku sekilas. Entah sudah disetel atau tidak tiba-tiba saja kurasakan pancaran berbagai kebencian padaku dari matanya. Tapi aku sama sekali tidak takut. Karena aku harus melawan orang semena-mena sepertinya.

"Apa kau punya niat untuk balik ke sana?" tanya Jaewon—si Tampan yang tidak lebih tampan dari pada Hanbin.

Semua menunggu jawaban Hanbin. Kalau tidak salah Hanbin menjawab kalau ia akan memikirkan tentang hal itu. Tapi acara seperti kemarin itu sungguhan berbahaya dan mungkin aku takkan membiarkan Hanbin—itu pun kalau ia sukarela menuruti laranganku.

"Aku punya hal yang lebih menyenangkan sekarang," dari apa yang kulihat, Hanbin tak memasang ekspresi apapun padaku lalu ia bersandar pada kursinya, sebelah tangan tanpa kusadari sudah melingkar di bahuku. Dia menenggak kaleng sodanya dan tak acuh pada ekspresiku yang dari tadi nampak seperti orang bodoh. Mengerti pembicaraan namun pura-pura tak mengerti. "Ya, Minyu?" well, dia memanggilku dengan merek popok itu lagi!

Aku mengendikkan bahu. Karena aku benar-benar tidak tahu kudu menjawabnya dengan apa.

"Oh, Jinhwan, Dean, tunggu aku di rooftop," tiba-tiba Hanbin berkata lagi. Aku tidak diajak 'kan?

"Tapi akhir-akhir ini rooftop ramai sekali," ujar Dean padanya.

Hanbin menaikkan sebelah alisnya. Sejak memperhatikan mereka berbasa-basi aku jadi tidak fokus antara menyelesaikan makan siangku atau tidak. "Kalau begitu kau usir saja mereka,"

"Hm... Baiklah..." Dean nampak berat hati, karena ia pasti tak punya pilihan lain. Kenapa mereka tidak bisa menentang pemuda ini?

Apa memang Hanbin itu berbahaya atau memang mereka saja yang lebay?

Semua asumsi yang orang-orang buat sungguh tidak masuk akal. Apa aku yang kurang tau dan kurang informasi? Ah, bikin pusing saja. Yang penting... pulang sekolah nanti aku akan naik motor lagi dengan Hanbin.

Dan baiklah, akhirnya aku berhenti menyimak mereka dan serius menghabiskan makan siangku. Mengecek jam tangan, kira-kira masih tersisa sepuluh menit lagi sebelum bel masuk.

***

Banyak. Banyak sekali yang berubah sejak satu sekolah melihatku dengan Hanbin jam makan siang tadi. Aku tidak merasa bahwa mereka akan berani melakukan sesuatu padaku lagi. Dan kalian pasti setuju kalau hal ini terjadi padaku. Tidakkah menyedihkan jika masa SMA pun kau berakhir menjadi korban bully? Dan percayalah aku akan berusaha menyingkirkan titel apapun yang tersemat dalam nama pemberian kedua orang tuaku ini.

Kedamaian tetap harus ditegakkan. Tidak boleh ada kerusuhan dalam rencana mempertahankan kejayaan dan ketentraman kehidupan Bae Minwoo di sekolahnya. Apapun itu, aku percaya semua akan berjalan lancar dengan bantuan ibu dan Hanbin.

Rasanya tidak sabar pulang sekolah dan ikut dengan Hanbin. Aku menggigit ujung penaku gemas. Tangan sibuk menscroll time line igku untuk menstalk Suzy. Tidak ada salahnya main hape karena ini adalah les kosong. Kira-kira 80 menit lagi bel pulang baru akan berbunyi.

Kelas ribut sekali sampai-sampai aku tidak sadar akan suara kursi yang ditarik untuk duduk berhadapan denganku. Saat aku merasakan kehadiran orang tersebut, baru aku mengangkat kepala untuk menatap pemuda yang menurut pendapatku dia selalu merasa rugi untuk mengekspresikan dirinya. Dia malah melihat ke arah layar ponselku, aku pun kembali mengalihkan perhatian pada Instagramku lagi.

"Kau sungguhan punya sosmed," kata Hanbin dengan sebelah alis terangkat. Seakan-akan tak percaya pada apa yang sedang disaksikannya.

Di saat-saat seperti ini lebih baik aku mengetes seberapa jauh aku bisa mengabaikan orang. Dan tak ada salahnya jika orang itu adalah Hanbin. Toh, dia pacarku.

Seperti kebiasaan yang sering dilakukannya, aku cuma mengendikkan bahuku. Dan seperti yang biasa dipampangkannya, aku memasang wajah tanpa ekspresi juga.

Kali ini aku sadar kalau ada dua orang lagi yang bergabung masuk untuk mengelilingi mejaku.

Aku menatap Jinhwan dan Dean bergantian. Mereka pikir ini apa? Diskusi kelompok? Lama-lama menyebalkan juga melihat tampang kedua idiot ini. Aku lalu memutar bola mataku. Jelas merasa terganggu dengan kehadiran dua orang ini.

.

.

.

Tunggu. Tarik nafas... buang. Kalian lihat? Apa aku berhasil?! Lihat?! Baca kembali paragraf di atas dan apakah kalimat dan tindakanku sudah terlihat seperti milik Hanbin?

"Hey, lihat Bae Minwoo memasang wajah dongkol pada kita," tuding Dean menunjuk-nunjuk wajahku yang langsung syok. Jadi aku sungguhan berhasil?

"Apa kau mencoba menyesuaikan karaktermu karena sekarang kau—"

"Biarkan saja," tiba-tiba Hanbin memotong Jinhwan. Apa? Kenapa? Apa ia tidak terima dengan sikapku barusan??? Tapi aku 'kan menirunya! Tak sepatutnya ia merasa kesal. Duh! Aku merasa bodoh mengatakan hal yang tidak-tidak dalam hatiku sekaligus melakukan hal gak pantas tadi.

"Bukan begitu maksudku," kataku tiba-tiba. Mengunci layar ponsel dan mulai memasang ekspresi milik Bae Minwoo. "Aku cuma menirukan apa yang selama ini kau lakukan,"

"Apa yang selama ini dilakukannya?" Dean bertanya, dirinya membuat raut bingung.

"K-kau tau 'kan. Setiap saat Hanbin memasang wajah monoton, kalau orang bertanya cuma bahu atau alisnya yang naik, lalu kalau orang bicara dia cuma diam," ujarku. Dan aku yakin sekali kalau saat ini ekspresi Dean dan Jinhwan membuat wajahku merah padam. Mereka menahan tawa! "Aaaapa yang lucu?"

"Dia merengek," Dean menunjuk wajahku. Dan pada akhirnya tawa ia dan Jinhwan meledak. Aku merasa malu sekali karena bahkan Hanbin menggeleng-gelengkan kepalanya takjub. Kok jadi begini sih? Kenapa? Apa jika aku yang berusaha melakukan hal itu aku jadi keliatan lucu?

"Rupanya kau berusaha menirukan hal itu," Jinhwan menahan kekehan lebih lanjut. Aku makin merengut, Hanbin tak melakukan apapun dan aku yakin dia pun menertawakanku dalam hati!

"Wha..." kali ini Bobby yang datang bergabung dan berdiri di sebelah Hanbin. Kumohon jangan tertarik dengan apa yang Dean dan Jinhwan tertawakan karena mereka berdua hanyalah orang... Mereka cuma orang... lupakan sajalah. "Mendengar Jinhwan dan Dean mengakak aku jadi penasaran apa yang lucu,"

"Si Minwoo—"

"Bukan apa-apa," potongku langsung, menghalangi penjelasan langsung dari Jinhwan. Saat menatap Hanbin dia malah balas menatapku sambil bersedekap, tanpa ekspresi lagi.

Sebenarnya mau dia apa? Mau Jinhwan dan Dean apa? Mau Bobby apa? Aku mau pulang saja!

Dan setelah itu, kami berlima duduk mengelilingi mejaku bak lingkaran setan. Bobby mengeluarkan sekotak kartu Uno dan kami memainkannya hingga bel pulang berbunyi.

***

Hanbin langsung cabut ke tempat parkir sementara aku di loker bukuku. Aku heran sekali, rasanya diriku gak pernah melihat pemuda itu berada di loker bukunya padahal dia bawa tas dan saat di kelas tasnya tidak ada. Kapan dia meletakkannya? Apa Jinhwan atau Dean yang secara sukarela menjadi kacung Hanbin yang melakukan tugas itu? Atau Jaewon, Seokjin, dan Yoongi? Karena wajah mereka tak asing lagi buatku. Tapi masa Hanbin membiarkan orang mengetahui nomor seri lokernya.

Aku cuma geleng-geleng kepala sambil menutup kembali pintu lokerku yang merupakan mukjizat kalau tidak ada teror dalam bentuk apapun di sana.

Menarik nafas panjang, dengan semangat aku berjalan untuk menemui Hanbin. Sanking antusiasnya aku sampai tak dapat mendengar apa-apa perkataan yang orang-orang itu arahkan padaku saat ini. Karena sekarang aku sibuk bersenandung dengan riang gembira.

"KAK MINWOO?!"

Mau saja aku terjungkal di jalan saat tiba-tiba pendengaranku menangkap sebuah suara gaib yang entah dari mana datangnya.

Familiar sekali suara aku sampai aku harus berhenti dan menoleh ke sekeliling.

Itu suara... suara Jaewoo... Jaewoo... Jaewoo?

Astaga! Demi Tuhan yang telah memberi kemudahan padaku untuk bersekolah dengan damai, aku lupa 100% kalau hari ini aku janji akan pulang bersama Jaewoo.

Rasanya kepalaku mau meletus saat itu juga. Panik langsung membuatku linglung saat memandangi sekitarku lagi. It

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Tikakyu #1
Min, ini tu dibukukan ga ya? Pingin baca sampe tamat
Tikakyu #2
Min?? Okay kah???
Tikakyu #3
Chapter 13: Ga akan udate lagi kan iniㅠㅠㅠㅠ

난 괜찮아 (안괜찮아)
보고싶지 않아 (너무 보고싶어)
Tikakyu #4
Chapter 13: Ahhhh sayang bgt aff sekarang g ada yg updateㅠㅠㅠㅠㅠㅠ
Miss you author-nim 🤍🤍🤍
crunchymiki
#5
Chapter 13: 4000words ga berasa ah weee, bentar kali isss :(((
Note : jinhwan bisa ga si gausa suka ikut campur kaya nasi campur, nyebelin kali kau
Tikakyu #6
Chapter 13: Ihh serius deh, makin cinta ma bobby... ♡u Authornim
Felchey
#7
Chapter 13: Sis, mana mau tengok English version ya?
Tikakyu #8
Chapter 12: Gak tau mau ngomen apa yg jelas sangat sukaaaaa...

Siip lahh
Tikakyu #9
Chapter 11: Ya ampun... Ada kalimat 'apa salah dan dosaku?!' Dan otamatis kata sayang muncul di kepala sambil nyanyi pula.. aigooya
Tikakyu #10
Chapter 10: Ya ampun... hanbin-bobby bener2 gemesin.. ♡♡♡♡
(Emotikon lucu apa ya??)