13. Beberapa hal yang mengejutkan...

Being The Tyrant Girlfriend
Please Subscribe to read the full chapter

Hallooooooooo. Kaget nga liat aq update setelah berbulan-bulan? :') semoga kalian ga lupa sama cerita yang satu ini ya. Jangan lupa baca kelanjutan author's note di bawah oke :D bloom minta maaf sebesar-besarnya dan semoga kalian tetep jadi penumpang setia kapal hanbin-minwoo atau minwoo-bobby

Selamat membaca!

 

***

 

Hari Senin baru saja berlalu dengan ancaman-ancaman Jinhwan yang masih kuingat sampai detik ini. Dan sampai detik ini juga, Hanbin sama sekali tidak ada kabar.

Aku berdiri tepat di depan pagar sekolah yang terbuka lebar. Sudah kukatakan, Jinhwan itu bagai bom waktu, dan tiap kali kakiku ingin melangkah ke dalam, kurasakan betapa menyiksanya harus satu sekolah dengan bekas pembulimu di masa SMP dulu.

Di kelas pun Jinhwan maupun Dean tidak berbicara mengenai Hanbin. Aku tidak tau apa kabarnya, ke mana dia, atau di mana rumahnya—barangkali aku nekat menghampiri pemuda itu sendirian.

Aku sama sekali clueless. Aku tidak tau apa-apa. Bahkan bertanya pada Bobby pun aku enggan. Karena dia terus di kelilingi teman-temannya yang lain. Bobby memang menganggapku temannya, tapi meskipun aku menganggap dia teman yang sangat spesial, bagi Bobby aku tidak seperti itu di matanya. Teman Bobby ada banyak, tidak mungkin aku menginginkan perlakuan spesial darinya seperti ke kantin bersamanya atau melakukan hal wajar yang kau lakukan dengan sesama teman. Dia pasti merasa lebih asyik dengan teman laki-lakinya yang lain dibandingkan denganku.

Aku menelan ludah susah payah. Rasanya aku ingin memundurkan waktu di mana aku menjatuhkan kotak rokok Hanbin. Rasanya aku ingin memundurkan waktu sehingga aku tidak perlu seperti ini tiap kali langkah kaki yang kubuat menyebabkan jantungku seperti berada dalam arena pacuan kuda.

Dibandingkan Seulgi dkk, Jinhwan dan ancamannya lebih menakutkan!

Ayo, Minwoo! Lawan rasa takutmu!

Dengan bahan bakar penuh, aku pun mulai melangkah memasuki area sekolah

***

Aku tidak lagi merasa was-was seperti ketika pertama kali aku menginjakkan kakiku ke sekolah ini. Mungkin, para penghuni sekolah sudah muak dengan gosip Hanbin dan Minwoo, itulah kenapa ketika mataku mengecek siswa siswi yang mulai memenuhi gedung sekolah, mereka tampak acuh saat aku berjalan dengan santai melewati mereka. Bahkan sudah tidak ada lagi suara bisik-bisik mereka menggosipi murid baru yang satu ini.

Loker bukuku terpantau dalam keadaan aman. Bukan aku menghindari Jinhwan seperti terakhir kali aku dan dia terlibat dalam adu mulut, namun aku hanya tidak ingin menarik perhatian orang-orang lebih lanjut tentang masa laluku sebagai korban bulinya yang masih berlanjut hingga saat ini. Karena, aku adalah brand new Minwoo dan aku sama sekali bukan korban bulinya.

Aku terus memotivasi diri sendiri dalam hati dengan perasaan menggebu-gebu. Dan... semua hal yang saat ini sedang memenuhi pikiranku mendadak terhenti saat aku menemukan selembar post-it di bagian dalam pintu loker bukuku. Mataku membelalak kaget dan langsung menyembunyikan lembar post-it itu sebelum orang lain sempat melihatnya bahkan sebelum aku sempat membaca apa yang tertulis di situ. Segera aku beranjak dari loker bukuku setelah mengemasi buku-buku untuk pelajaran pertama dan berlari ngacir ke kamar mandi. Bukan aku berlebihan... tapi selama ini selembar kertas yang diselipkan ke dalam loker bukuku hanyalah rentetan kalimat jahat nan menusuk. Serta sumpah serapah mereka yang menyesalkan kehendak Tuhan untuk membiarkanku hidup dan bernafas merasakan udara dunia yang sama dengan mereka. Ya, kalau mereka tidak mau merasakan udara dunia yang sama denganku ya sana hirup gas dari planes Jupiter! Mereka kira aku sendiri sudi dengan manusia-manusia seperti mereka?! Tiba-tiba aku jadi membatin dengan kesal. Awal yang buruk untuk pagimu, Minwoo.

Sampai di salah satu bilik toilet, aku lalu duduk dan menghela nafas panjang. Perlahan aku merogoh saku jas sekolahku dan mendapati kertas post-it tadi dalam keadaan remuk. Aku membukanya, dan mulai membaca dalam hati.

 

"Kemarin lokermu tidak dikunci makanya aku dapat menempelkan post-it ini di dalam."

 

Aku mengangguk ketika membaca baris pertama. Oh, pantas saja. Batinku.

 

"Maaf lancang, tapi sunbae, kau benar-benar cantik saat pertama kali aku melihatmu."

 

HAH? Aku tidak salah baca 'kan?

 

"Aku hanya bisa menyampaikan ini melalui sticky note, karena aku tahu sunbae sedang berpacaran dengan Hanbin sunbae. Semoga harimu menyenangkan. Kalau sunbae tidak keberatan aku berencana mengirim sticky notes lainnya. Tenang saja, hanya berisi kalimat aku sebagai seorang pengagum rahasia, kok."

Tertanda, HHJ

 

Usai membaca isi secarik notes itu, pikiranku mendadak kosong melompong. Aku...? Punya pengagum rahasia? Dari rapihnya tulisan ini dan ketulusan dalam setiap katanya, aku percaya kalau ini bukan pengagum rahasia palsu. Ah... menyesal betul aku meremas kertas ini menjadi bola. Kalau bisa pun akan kulaminating sebagai saksi bisu pertama kalinya Minwoo mempunyai pengagum rahasia.

Masih tidak percaya atas apa yang baru saja kubaca, perlahan aku mengantongi kembali kertas itu setelah melipatnya dengan hati-hati. Tadinya aku berencana menyelipkannya di buku, namun, merupakan skenario terburuk kalau sempat orang lain melihat isi kertas kecil ini.

Tak mau berlama-lama merayakan momen langka ini, aku pun keluar dari dalam toilet dan melangkah menuju kelas. Saat menyebrangi lapangan dan melewati taman sekolah, aku mulai merasa was-was apa jangan-jangan pengagum rahasiaku itu tengah memperhatikan aku? Ahh, kau terdengar menggelikan Minwoo.

Kini perhatianku tersedot pada sekelompok teman sekelas berandalanku yang kini masih santai bersenda gurau di taman. Karena mustahil aku mengambil langkah memutar maka aku pun terpaksa lewat dari depan mereka. Aneh, biasanya ada Bobby dikumpulan pemuda-pemuda ini.

Semoga mereka mengabaikanku, semoga mereka mengabaikanku.

Dan ketika aku lewat di depan mereka, ya, mereka mengabaikanku.

Untung saja tidak ada Jinhwan atau Dean, kalau tidak bisa kacau pagi hariku. Aku terus mengucap syukur bahkan ketika menginjakkan kaki di dalam kelas. Namun sepertinya ucapan syukur itu harus diganti dengan mantra kutukan sebab sekarang—

"Well, Bae Minwoo, merindukan kesatriamu?"

Jinhwan tengah duduk di atas meja belajar Hanbin yang sekarang dalam keadaan kosong. Kalau dia tahu kau mendudukinya bisa habis kau, mulut ember!

Aku memilih tak acuh. Kubuang mukaku darinya dan berjalan menuju meja belajarku. Bobby sudah ada di dalam kelas dan kini tengah mengunyah nasi kepal seperti busung lapar. Sebelah tangannya kini sibuk menyalin PR.

Seperti biasa, kami bertukar sapa. Dan mengobrol, sampai-sampai aku tidak sadar akan tatapan penuh arti yang sedari tadi dilayangkan pada Jinhwan untukku saat kini pemuda cantik itu kembali ke tempat duduk asalnya. Aku memberanikan diri membalas tatapannya dan pemuda itu kini menggangkat satu sudut bibirnya perlahan. Ih... Bahuku otomatis berjengit ngeri. Apa yang ada di dalam otak culas pemuda cantik itu? Aku sama sekali tidak bisa menebak apapun kecuali rencana jahat yang pasti tengah ia rencanakan karena kini aku semakin berani melawannya.

Apa jangan-jangan... Jinhwan berusaha menjebakku melalui post-it yang tadi pagi aku dapatkan di loker buku? Tapi, orang dengan otak kriminal semacam Jinhwan mana perlu repot-repot mengerjaiku dengan berpura-pura menjadi pengagum rahasia.

Batinku tak berhenti berperang sendiri. Kalau tidak dibekali oleh otak yang lumayan pintar mungkin memikirkan soal Jinhwan saja bisa membuatku langsung pingsan akibat sakit kepala.

Jadi kuputuskan untuk membuat diriku fokus pada setiap mata pelajaran yang berlangsung. Semoga pikiran jahat apapun yang ada di kepala Jinhwan bisa kuatasi sesegera mungkin. Karena senyum menjengkelkannya itu rupanya mampu membuatku gusar.

***

Seperti yang sudah-sudah, ketika jam makan siang, tentu yang namanya Bae Minwoo akan ditemukan dalam keadaan sendirian di tempat duduknya. Kalau saja ada Hanbin pasti kami akan makan siang bersama. Ya, pacarku itu masih membuatku menunggu balasan dari beberapa pesan teks yang kukirim. Aku percaya dia sengaja mengabaikannya. Saat kutelepon juga dia tidak menjawab sama sekali. Apa sakit yang dideritanya?

Dengan wajah yang hampir selalu kusetel agar was-was akan sekeliling, aku membawa tray makananku ke meja makan dan duduk menyendiri. Aku duduk di salah satu kursi dan meja panjang dengan beberapa siswi yang mulai menjaga jarak tempat duduknya dari, ya... Dari Bae Aneh Minwoo. Meskipun merasa sakit hati, aku memilih mengabaikan rasa sakit hati itu. Satu meja dari sini, aku dapat mendengar suara sahut-sahutan norak dari Jinhwan dan kawan-kawan. Aku berusaha sekuat tenaga untuk menahan sendi leherku agar tidak bergerak menoleh pada sekumpulan pemuda itu. Dengan sedikit niat, aku memasang indera pendengaran pada sekawanan berandal itu, harap-harap cemas kalau saja secara kebetulan mereka membicarakan sesuatu yang berhubungan dengan Hanbin.

Mereka pun membicarakan games... Otomotif... Perempuan...

"Ya, sepertinya dia kembali lagi ke arena." menangkap kata arena dari mulut Jinhwan, pendengaranku otomatis semakin tajam. Arena... Arena... Bukankah itu tempat kencan pertamaku dan Hanbin? Membayangkan tempatnya saja membuatku merinding.

Seseorang dari mereka yang kuingat bernama Seokjin pun menimpali, "Kau yakin? Kenapa kita gak dateng aja buat ngeliat dia?"

"Hari ini emangnya ada pertunjukan?"

"Hmm, ada. Aku udah nanya sama DK." -Jinhwan.

"Hanbin sungguhan kembali?"

"Tentu saja, Yoongi." -Jinhwan.

"Ayo kita pergi liat dia."

"Baiklah, ayo kita ke sana. Aku kangen sama temanku itu." ketika Jinhwan mengiyakan, pembicaraan mereka dengan Hanbin tidak lagi tertangkap oleh indera pendengaranku. Sebab kini orang yang makan siang semeja denganku mulai mengeluarkan suara riuh. Aku pun mengangguk pelan pada diri sendiri. Satu informasi mengenai Hanbin berhasil kudapatkan. Soal apakah aku akan menemuinya ke sana atau tidak, kupikir aku senekat itu saat pertanyaan ini terlintas di benakku.

Pikiranku masih berkecamuk akan banyak hal. Senyuman penuh arti dari Jinhwan, keberadaan Hanbin kalau ia sebenarnya tidak sakit, serta fakta kalau aku memiliki seorang pengagum rahasia. Oke, dialah Minwoo, disaat orang pusing mengenai tugas dan beban hidup mereka, dia malah memusingkan ketiga hal ini.

Usai makan siang, aku tak lekas kembali ke kelas, mela

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Tikakyu #1
Min, ini tu dibukukan ga ya? Pingin baca sampe tamat
Tikakyu #2
Min?? Okay kah???
Tikakyu #3
Chapter 13: Ga akan udate lagi kan iniㅠㅠㅠㅠ

난 괜찮아 (안괜찮아)
보고싶지 않아 (너무 보고싶어)
Tikakyu #4
Chapter 13: Ahhhh sayang bgt aff sekarang g ada yg updateㅠㅠㅠㅠㅠㅠ
Miss you author-nim 🤍🤍🤍
crunchymiki
#5
Chapter 13: 4000words ga berasa ah weee, bentar kali isss :(((
Note : jinhwan bisa ga si gausa suka ikut campur kaya nasi campur, nyebelin kali kau
Tikakyu #6
Chapter 13: Ihh serius deh, makin cinta ma bobby... ♡u Authornim
Felchey
#7
Chapter 13: Sis, mana mau tengok English version ya?
Tikakyu #8
Chapter 12: Gak tau mau ngomen apa yg jelas sangat sukaaaaa...

Siip lahh
Tikakyu #9
Chapter 11: Ya ampun... Ada kalimat 'apa salah dan dosaku?!' Dan otamatis kata sayang muncul di kepala sambil nyanyi pula.. aigooya
Tikakyu #10
Chapter 10: Ya ampun... hanbin-bobby bener2 gemesin.. ♡♡♡♡
(Emotikon lucu apa ya??)