12. Bagaimana kabar sang Kesatria?

Being The Tyrant Girlfriend
Please Subscribe to read the full chapter

Hari Senin datang dengan cepat. Kemarin merupakan hari Minggu yang paling menyenangkan. Karena pada akhirnya aku bisa menghabiskan waktu dengan seorang yang benar-benar kuanggap sebagai seorang teman. Kami berbelanja dan makan makanan kaki lima yang banyak di pasar sampai sore. Aku rasa, sebaiknya minggu ini aku pergi dengan Hanbin.

Bicara tentang Hanbin, pemuda itu sama sekali tidak mengangkat telepon maupun membalas SMSku. Aku bahkan meminta ID Linenya tapi dia sama sekali tidak memberiku kabar apa pun. Bukan hal yang berlebihan jika aku mengkhawatirkan bagaimana kabarnya 'kan?

Aku sedang meletakkan buku-bukuku ke dalam loker. Kepalaku lalu mengecek ke arah kanan dan kiri. Tidak ada tanda-tanda Hanbin maupun kacung-kacung setianya. Kukira pagi ini aku beruntung karena aku tidak berpas-pasan dengan—

"Well, Baeeee Minwooooo. Selamat pagi."

—setidaknya aku agak beruntung karena pemuda cantik itu sendirian sekarang.

Aku segera mengunci pintu loker, tanganku kosong sebab kami memiliki kelas kesenian hari ini. Aku harus bisa mengabaikan Jinhwan. Pikirku lalu berniat beranjak dari sana.

Akan tetapi, sepertinya Jinhwan takkan membuat pagiku kelihatan sedikit lebih mudah, huh?

"Hei, kupikir kau harus membalas sapaanku." Jinhwan menarik bahuku hingga membentur pintu loker. Aku terperanjat saat melihat matanya yang sipit itu semakin sipit karena dia sedang memicing padaku. Apa maunya? Apa? Apa? Apa?!?!

"Pagi, Jinhwan. Maaf, aku harus pergi." saat aku ingin mengenyahkan diri dari hadapannya, lagi-lagi pemuda cantik ini menahan bahuku dan lagi-lagi aku meringis saat punggungku membentur loker. "Kau mau apa?!" astaga. Aku bahkan tak menyangka kalau aku baru saja membentak Jinhwan.

"I see." pemuda ini terkekeh seakan-akan menyadari sesuatu yang lucu. Entah kenapa itu membuatku mendadak gentar. Apalagi saat kini matanya yang kecil itu menatapku lagi. "Kau terlihat semakin berani, ya sekarang? Apa kau lupa apa statusmu? Kau," jari telunjuk Jinhwan menekan bahuku, "Itu, adalah, target." ia kembali menekan-nekan jarinya di bahuku di setiap silabel yang keluar dari mulutnya itu.

Aku menelan salivaku dengan susah payah. A-apa-apaan dia. Kenapa dia tiba-tiba menghampiriku hanya untuk memberitahuku mengenai hal ini?!

"Pergi!" aku mendorong Jinhwan. Aku muak! Bagaimana bisa aku merasa dipermainkan begini?! Apa dia tidak tahu kalau temannya si Tyrant itu adalah pacarku!

"Ahh," Jinhwan kembali terkekeh. Mungkin dia sama sekali tidak menyangka kalau aku akan melawannya. "Aku jadi gatal ingin bikin kau ingat kejadian yang kita lalui bersama sewaktu SMP. Kurasa Hanbin takkan keberatan." pemuda ini... Pemuda ini... Apa yang sedang direncanakannya? "Sejujurnya aku mau ngasih tau sesuatu. Hmm, ya. Apalagi kalau bukan tentang pacarmu? Dia jadi agak berubah semenjak kau jadi pacarnya. Tapi, aku gak perlu khawatir karena ya, tentu saja dia takkan berubah hanya karena gadis bekas bullian sepertimu. Aku penasaran, apa jadinya kalau dia bukan pacarmu? Aku memperingatimu, jangan pernah coba-coba untuk ngubah Hanbin? Kau mengerti?"

Setiap ancaman-ancaman yang keluar dari mulut Jinhwan membuat sesuatu dalam diriku tersadar. Dia berencana membuat hari-hari yang kulalui menjadi neraka begitu? Tidak. Aku memiliki Hanbin. Aku memiliki Bobby. Aku memiliki Chanwoo dan Sir Jongki. Ada Ibu dan Ayah serta Jaewoo. Aku takkan membiarkannya membuliku!

"Gak." kataku pelan. Aku menahan getaran yang muncul akibat sempat merasa gentar akan ancaman Jinhwan dan setiap pasang mata yang mengarah kemari mempertontonkan kami dengan mengepalkan tangan kuat-kuat. "Aku gak berniat mengubah siapa pun. Atas dasar apa kau bisa seenaknya menjadikan aku sebagai target? Aku bukan target siapa pun. Menjauh dariku, keparat!" aku bergegas meninggalkan Jinhwan dan mendorong kerumunan orang yang menyaksikan kami.

"Jawaban yang bagus, Minwoo! Bersiap-siaplah!"

Samar-samar, seruan suara yang terdengar layaknya kakofoni itu masuk ke telingaku dan ya... Jinhwan berhasil membuat peluh berhasil menetes di dahiku.

Aku takut...

***

Sebelum memasuki kelas, aku berdiri di luar dengan pikiran semrawut. Kupikirkan apa yang bakalan terjadi dalam jam-jam ke depan aku berada di sekolah dengan ancaman yang menhantui isi kepala. S-setidaknya... aku punya Hanbin dan Bobby 'kan? Setidaknya... kalau ada yang jahil akan ada yang membelaku 'kan?

"Minwoo? Kenapa belum masuk?"

Aku terkesiap saat mendengar suara Miss Kim Taeyeon. Dengan kakunya aku pun memberikannya sapaan selamat pagi dan segera memasuki ruang kesenian. Aku langsung menuju kursiku, tidak mau membagi tatapan ke arah lain karena aku tahu saat ini tatapan Jinhwan dan mereka yang membenci kehadiranku tengah mengarah ke sini.

Tapi aku mengarahkan tatapanku pada kursi yang berada di sebelah kanan. Dan kursi itu dalam keadaan kosong.

Di mana ksatriaku?

"Baiklah siapkan kelasnya, setelah itu akan saya absen." titah Miss Kim membuat aku kembali menoleh ke depan. Pikiranku kacau mengetahui fakta kalau Hanbin tidak sekolah hari ini saat Miss Kim mengabsen nama kami satu persatu. Ini gawat. Kurasakan serangan panik menjalari sekujur tubuhku dan membuatku sulit menelan saliva. Kenapa? Kenapa tiba-tiba aku merasa setakut ini...?

 

"Aku jadi gatal ingin bikin kau ingat kejadian yang kita lalui bersama sewaktu SMP."

 

Perkataan Jinhwan terngiang-ngiang di kepalaku. Aku meremas rok sekolahku kuat. Dia tidak akan mungkin melakukan itu. Hanbin takkan membiarkannya...

***

Jam istirahat telah dimulai. Aku baru ingin mengajak Bobby untuk makan siang bersama namun pemuda itu sudah dikelilingi oleh teman-teman sepermainannya. Taeyong, Bambam, Haechan, dan beberapa anak murid laki-laki yang tidak kuketahui namanya. Mereka keluar kelas dengan riang sambil membicarakan sepak bola dan hal-hal seperti video games. Mustahil jika aku mencoba berbaur dengan lingkaran pergaulannya... Yang menganggapku teman hanyalah Bobby.

Aku tidak mau berada di kelas mengetahui Jinhwan dan Dean serta Seulgi berada di belakang sana tengah memperhatikan gerak-gerikku. Dengan cepat aku pun berdiri dan melesat keluar kelas. Masih ada satu orang yang dapat kumintai tolong.

Kakiku berjalan dengan cepat menembus kerumunan siswa siswi yang memenuhi koridor. Kalau tidak salah, kelasnya berada di ujung sana. Bahkan untuk menanyakan keberadaannya pada orang yang berada di depan pintu kelasnya saja aku takut. Tapi, ini demi diriku, aku memberanikan diri melangkah kehadapan siswi kelas 12-3 yang sedang berada di pintu masuk dengan beberapa orang lainnya.

"Apakah Jung Chanwoo ada di dalam?"

"Kenapa tidak kau coba lihat sendiri?" jawaban ketus itu membuat aku terhenyak. Dia melebarkan pintu dengan kakinya membiarkanku mengintip ke dalam.

Chanwoo tidak ada.

Aku pun mengenyahkan diri dari sana. Mungkin ruang OSIS?! Pikirku lalu segera berjalan menuju ruangan itu. Dan benar saja, dalam perjalananku menuju ruang OSIS aku mendapati Chanwoo dengan beberapa orang di sisi kanan dan kirinya.

"Chanwoo!" panggilku. Sejenak aku merasa ragu apakah tindakanku menghampirinya ini adalah benar atau tidak sama sekali.

"Hey, Minwoo. Ada apa?" aku yang berdiri dihadapan Chanwoo merasa risih sekali dengan tatapan teman-temannya. Chanwoo mungkin menyadari itu, jadi dia pun berkata, "Eh, kalian duluan aja ke kantin. Aku nyusul. Jangan lupa sebarin pengumuman sama ketua-ketua klub sekolah!" barulah situasi ini membiarkan aku hanya berdua dengan si Ketos.

"A...ku tidak bisa bicara di sini." kataku pelan, yang mana itu membuat Chanwoo membawaku ke dalam ruang OSIS yang cukup luas dan terang. Dia menutup pintunya lalu duduk dan mempersilahkanku duduk di atas kursi yang berada dihadapannya. Sekarang suasananya sedikit lebih 'tenang'.

"Sekarang kau bisa bicara."

Aku gugup dan mulai gelagapan saat hendak menjelaskannya pada Chanwoo. Kutarik nafas dalam-dalam lalu memulai, "Tadi pagi, Jinhwan mengancamku. Dia akan membuliku, Chanwoo. A-aku tau aku gak seharusnya menghampirimu dan hanya mengeluh soal ini t-tapi—aku gak tau harus minta tolong pada siapa."

"Apa yang kau harap aku dapat lakukan?"

Mataku membulat menatap Chanwoo, "Y-ya?"

"Sejak awal, merupakan hal yang gak aneh kenapa Jinhwan menargetkanmu. Kau tau alasannya 'kan?" aku memberikan Chanwoo sebuah anggukan. "Tapi kau tau? Maaf untuk mengatakannya tapi peristiwa seperti ini, bukan salah satu hal yang bisa bikin aku begitu saja turun tangan dan menolongmu. Aku bisa menolongmu, tapi dengan posisi ketua OSIS saja gak akan bisa membuatku selamat juga nantinya, apalagi jika sudah di luar sekolah. Aku hanya bisa bilang padamu untuk menghindari Jinhwan. Kau mengerti maksudku 'kan, Minwoo?"

Dengan anggukan lemas, aku yang menatap Chanwoo kemudian menunduk dalam-dalam. Ya, tidak mungkin aku membiarkan Chanwoo ikut menjadi target...

"Ikut aku." tiba-tiba, Chanwoo berdiri dari kursinya. Aku pun mengikuti langkahnya keluar dari ruang OSIS lalu menaiki tangga menuju lantai dua. Gedung sekolah yang luas dan koridor yang sangat banyak ini bisa saja membuat aku tersesat. Untung saja cat putih dan kaca yang banyak membuatnya terang benderang d

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Tikakyu #1
Min, ini tu dibukukan ga ya? Pingin baca sampe tamat
Tikakyu #2
Min?? Okay kah???
Tikakyu #3
Chapter 13: Ga akan udate lagi kan iniㅠㅠㅠㅠ

난 괜찮아 (안괜찮아)
보고싶지 않아 (너무 보고싶어)
Tikakyu #4
Chapter 13: Ahhhh sayang bgt aff sekarang g ada yg updateㅠㅠㅠㅠㅠㅠ
Miss you author-nim 🤍🤍🤍
crunchymiki
#5
Chapter 13: 4000words ga berasa ah weee, bentar kali isss :(((
Note : jinhwan bisa ga si gausa suka ikut campur kaya nasi campur, nyebelin kali kau
Tikakyu #6
Chapter 13: Ihh serius deh, makin cinta ma bobby... ♡u Authornim
Felchey
#7
Chapter 13: Sis, mana mau tengok English version ya?
Tikakyu #8
Chapter 12: Gak tau mau ngomen apa yg jelas sangat sukaaaaa...

Siip lahh
Tikakyu #9
Chapter 11: Ya ampun... Ada kalimat 'apa salah dan dosaku?!' Dan otamatis kata sayang muncul di kepala sambil nyanyi pula.. aigooya
Tikakyu #10
Chapter 10: Ya ampun... hanbin-bobby bener2 gemesin.. ♡♡♡♡
(Emotikon lucu apa ya??)