8. Adik kembar Bae Suzy yang terdampar

Being The Tyrant Girlfriend
Please Subscribe to read the full chapter

AKU GAK PUNYA PACAR, BU.

Dalam hati aku berteriak sekencang-kencangnya. Jaewoo membalas tatapanku yang memohon-mohon agar ia tutup mulut dengan wajah polos. Sementara ibu duduk di sofa dengan ekspresi sama menyamai milik Jaewoo. Si Jaewoo ini mulutnya beracun benar.

"Kakakmu kenapa tadi kau bilang?" ibu memasang raut bingung. Kernyitan di dahinya hampir sama dalamnya dengan tatapanku pada Jaewoo.

"Kakak punya pacar, tadi lho dia naik motor turun di depan gang." cingcong Jaewoo membuatku mengerti betapa baiknya aku saat ini ketika berperan menjadi seorang kakak.

Aku berdiri dari aksiden jatuhku kemudian berjalan menuju ke arah ibu dan Si Setan Kecil.

"Kakakmu? Punya pacar?" berlutut di depan sosoknya yang nampak sekali tak percaya pada apa yang baru saja ia dengar, membuatku yakin kalau ibu memang akan berada di pihakku.

"Siapa punya pacar? Itu temanku. Kami tadi makan es krim bersama. Aku berani jujur, bu." terdiam, aku segera teringat kalau tadi aku menyimpan stik es krimku di dalam saku. Kenangan kencan pertama dengan Hanbin. Batinku tersipu-sipu.

Ibu mengangguk tersenyum. Tanda kalau ia sepenuhnya percaya padaku. Dia lalu menoleh pada Jaewoo yang merasa dia pasti akan dinasehati.

"Jaewoo, jangan buat keributan seperti tadi lagi ya, sayang."

Anak itu mengangguk pelan. Dikeluarkannya sebungkus snack yang ia beli tadi, lalu ia berikan padaku. "Maaf ya, kak Minwoo." aku terenyuh, mengangguk semangat. Seperti yang pernah kukatakan, keimutannya adalah kelemahanku.

"Aku balik ke kamar ya, bu." pamitku lalu beranjak dari sana. Dan tiba-tiba saja ibu kembali memanggil.

"Dan oh ya, Minwoo,"

Menoleh padanya, aku langsung menyahut. "Ya?"

"Ibu sudah belikan sepatumu yang baru lagi. Baju sekolahnya sudah selesai semua, udah ibu susun di lemari ya, sayang."

Oh, aku teringat perkataannya tadi pagi. Mengingat itu aku jadi berdebar sendiri kemudian mengangguk. Tak sabar mengecek bagaimana rupa baju sekolah, rok, sepatu baruku.

***

Masih pagi sekali. Aku sudah lima belas menit mengelilingi blok rumahku. Ini dia hari yang kutunggu-tunggu. Hari di mana Hanbin akan masuk sekolah. Hari di mana semua tatapan tak senang padaku itu hilang. Tak ada lagi manusia di sekolah yang berani menantangku dengan segala keangkuhan mereka. Tidak akan ada lagi. Ini semua bagaikan keajaiban, bukan?

"HANBIN AKU PADAMUU!!!" teriakku merentangkan tangan lebar-lebar sambil mempercepat laju lariku.

Semangatku yang berapi-api membuat lari pagiku semakin cepat layaknya ada musuh di belakang sana. Aku tersenyum lebar, jantungku berdebar kencang, menyamai cepatnya kakiku berlari. Ini hari yang baru. Lembaran baruku sudah dimulai lagi.

Hanbinku, aku akan datang!

"Minwoo!"

Suara laki-laki terdengar memanggil. Dengan spontan aku mengerem kakiku lalu menoleh ke belakang. Aku sedang berada di gang lebar yang berada tak jauh dari kompleks rumahku. Siapa kira-kira yang memanggilku?

Di pertigaan sebelum tempatku berdiri, tiba-tiba seseorang muncul. Aku terkejut.

"Kak... Yunhyeong?" gumamku saat dia mulai melambai-lambai dengan senyuman berlesung yang manis itu.

Perkenalkan dia, kak Song Yunhyeong. Guru taekwondoku. Tapi... kenapa dia bisa ada di sini? Pikirku. Melewati rute ini bersama Gahu, anjing Golden Retrievernya. Sambil berlari keduanya akhirinya sampai di posisiku dan kami melanjutkannya dengan jalan santai bersama. Kira-kira aku punya setengah jam lagi sebelum bersiap untuk berangkat sekolah.

"Pagi, kak." sapaku.

"Kau sering lari pagi di sekitar sini?"

"Ya, setiap hari." jawabku menganggukkan kepala. "Kakak sendiri?"

Dia terkekeh, matanya yang menyipit nampak menawan. "Ohh, tadi Gahu sempat kabur, jadi saya terpaksa lewat sini." dia menjelaskan kemudian tertawa kecil, aku pun ikut tertawa, tau benar kalau tidak ada yang lucu saat ini. "Oh, Minwoo sudah mulai sekolah 'kan? Sekolah di mana?"

"SMA Pongjin." jawabku.

"Ohh, sekolah itu jauh juga dari sini. Lalu, bagaimana? Dari kapan mulai masuk sekolah?"

"Tiga hari lalu, pas hari Senin. Baik, semuanya baik. Guru-gurunya juga baik." aku menjawab, lalu menghela nafas.

Kak Yunhyeong, dia masih saja perhatian padaku.

"Bagus dong. Dapat teman, gak?"

Bukan hanya dapat teman, aku dapat pacar sekaligus musuh. Dan dalam satu ayunan jari, seluruh isi sekolah bisa kubuat tak suka padaku.

"Dapat dong, kakak ini bagaimana sih." lama-lama aku merasa risih jika harus ada kata teman masuk ke dalam telingaku.

"Oh, maaf. Tentu saja, karena kau sudah hampir mirip Bae Suzy sekarang."

Aku terkejut lantas menoleh ke arah kak Yunhyeong, dia terkekeh dan itu membuatku merasa kecewa dan kembali memperhatikan langkah kakiku. Dia memang selalu bercanda, tapi kekehannya itu manis sekali.

"Kau masih akan rutin datang taekwondo 'kan? Walaupun cuma setiap hari Minggu?"

"Tentu saja, kak."

"Ohh... rumahmu di sekitar sini?"

Aku berkedip beberapa kali saat tiba-tiba kak Yunhyeong menatapku. "D-di kompleks perumahan dekat gang ini, aku akan berbelok ke kiri setelah ini."

"Kalau begitu aku dan Gahu akan lurus saja."

"Ya." aku menganggukkan kepala lagi. Sebentar lagi akan ada belokan, aku harus segera sampai ke rumah.

"Sampai jumpa hari Minggu, Minwoo." sebelum aku sempat berbelok, kak Yunhyeong melambai. Aku berhenti di pertigaan ini dan dia mulai berlari bersama anjingnya.

Guru taekwondoku itu baik sekali. Terkadang senyumannya yang manis membuatku salah tingkah sanking malunya aku berada di dekat dia. Bahkan sampai saat ini pun aku masih salah tingkah di dekatnya. Dia adalah si Malaikat pemberi harapan palsu.

Dulu, waktu pertama kali aku masuk kelas taekwondo, kak Yunhyeong adalah murid SMA kelas tiga, dia yang membelaku dari murid-muridnya yang membuliku. Begitu seterusnya hingga aku menganggap kak Yunhyeong adalah pelindungku, aku sempat menyukainya, benar-benar suka kepada kak Yunhyeong.

Sampai aku dengan naifnya berpikir kak Yunhyeong juga menyukaiku. Dan dia menyukaiku apa adanya karena saat itu tubuhku masih begitu buntal. Dan tekadku untuk menurunkan berat badan juga semakin besar karena harapan dan pikiran naif tersebut. Namun, suatu hari Minggu, ketika les taekwondo berakhir, kak Yunhyeong bersama seorang perempuan. Harapanku pupus dan sempat bolos tak mau datang untuk melihatnya. Aku pikir memang aku yang bodoh jika berpikir kalau kak Yunhyeong itu menyukaiku. Pacarnya cantik pula.

Lalu untuk apa aku mengingat-ingat tentang hal ini?

Ssh. Bodoh. Batinku, mulai lanjut berlari pulang ke rumah.

***

Aku siap.

Itu adalah hal yang berkali-kali kuucapkan dalam benakku dari satu langkah aku menginjakkan kaki keluar rumah hingga. Aku tersenyum, kembali masuk ke dalam rumah untuk mengecek wajahku di kaca.

"Kenapa kau belum pergi? Mana Jaewoo?"

Ibu yang berada di ruang televisi tiba-tiba bertanya.

"Ngaca sebentar—OH!" aku tersentak. Oh, iya si Setan Kecil!

"KAKAAAAKK!! KAK MINWOO!" speak of the devil. Suaranya langsung muncul dan aku pun berlari keluar rumah. Mendapati raut masam Jaewoo yang kubalas dengan senyuman. Senyumanku yang mengembang lebar sampai kurasakan kedua sisi pipiku sakit.

Aku siap. Aku siap. Aku siap.

"Kenapa kau tersenyum lebar sekali? Menyeramkan." suara Jaewoo membuatku menoleh padanya.

"Kenapa sih?" aku balas menjawab menatapnya heran.

"Kakak senyum-senyum sendiri."

Oh—efek samping terlalu senang. Maaf Jaewoo, kau tak tahu kembang api macam apa yang saat ini sedang meledak-ledak bahagia dalam dadaku. Merasa cantik seperti adik kembar Bae Suzy. Tapi aku merasa jauh lebih cantik karena ini semua untuk diriku dan untuk... Sesaat tanpa sadar aku tersenyum lebar lagi sebelum menyebut namanya dalam hatiku.

Untuk Hanbin.

"Seraaaam!"

"Jaewoo—"

"Kenapa ayah harus kerja? Kalau tidak aku 'kan bisa diantar naik mobil." layaknya anak umur lima tahun yang tak diberikan apa yang ia mau, Jaewoo berhenti, menghentak-hentakkan tapak sepatunya ke aspal geram. Melihat hal itu aku pun menghentikan langkahku juga, lalu mendekatinya—berusaha menghilangkan senyuman yang katanya seram dari wajahku. Memang sih, waktu anak ini masih SD, dia selalu di antar jemput oleh ayah—itu waktu ayah masih bertugas di pusat kota, tapi sekarang dia cuma akan berada di rumah pada hari Sabtu sampai Minggu, sisanya ia habiskan di Busan. Agak kasihan melihat Jaewoo yang sama sekali belum pernah naik kendaraan umum, mana dia masih SMP lagi. Sebagai kakak yang baik aku harus selalu menjaga si Setan Kecil.

"Jaewoo! Bentar lagi 'kan hari Sabtu, ayah akan pulang dan dia yang ngantar kita ke sekolah nanti."

"Tapi cuma satu hari." wajahnya makin merengut, cepat-cepat aku cari ide lain—kalau tidak mau terlambat.

"Pulang sekolah nanti tunggu kakak, ya? Kita beli jajanan, ok?" kali ini pasti berhasil.

"Kakak yang bayar?"

Mendengar itu aku terdiam mengingat berapa uang sakuku saat ini. Mengangguk, aku yakin itu cukup-cukup saja kalau cuma beli jajanan pinggir jalan.

"Ya, aku yang bayar." tapi sepertinya kalau kami jajan keluar pun, belum pernah sekalipun Jaewoo keluar uang. Karena memang uangku yang selalu menjadi korbannya!

"Oke..." perlahan bibirnya melengkung ke atas. Selanjutnya, kami berdua pun kembali berjalan keluar gang kompleks rumah. Tapi rasanya ada yang aneh sejak tadi pagi...

Ke mana jurus-jurus dan silatan Kapten Horux itu pergi? Batinku geli.

***

Setelah menjamin kalau Jaewoo sudah sampai di sekolah dengan selamat, kini giliran

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Tikakyu #1
Min, ini tu dibukukan ga ya? Pingin baca sampe tamat
Tikakyu #2
Min?? Okay kah???
Tikakyu #3
Chapter 13: Ga akan udate lagi kan iniㅠㅠㅠㅠ

난 괜찮아 (안괜찮아)
보고싶지 않아 (너무 보고싶어)
Tikakyu #4
Chapter 13: Ahhhh sayang bgt aff sekarang g ada yg updateㅠㅠㅠㅠㅠㅠ
Miss you author-nim 🤍🤍🤍
crunchymiki
#5
Chapter 13: 4000words ga berasa ah weee, bentar kali isss :(((
Note : jinhwan bisa ga si gausa suka ikut campur kaya nasi campur, nyebelin kali kau
Tikakyu #6
Chapter 13: Ihh serius deh, makin cinta ma bobby... ♡u Authornim
Felchey
#7
Chapter 13: Sis, mana mau tengok English version ya?
Tikakyu #8
Chapter 12: Gak tau mau ngomen apa yg jelas sangat sukaaaaa...

Siip lahh
Tikakyu #9
Chapter 11: Ya ampun... Ada kalimat 'apa salah dan dosaku?!' Dan otamatis kata sayang muncul di kepala sambil nyanyi pula.. aigooya
Tikakyu #10
Chapter 10: Ya ampun... hanbin-bobby bener2 gemesin.. ♡♡♡♡
(Emotikon lucu apa ya??)