Why Not?

Best (Boy)friend

You’re so kind with me, so why not?

 

Cukup lama Ga Eun duduk di kasur ditemani air matanya. Baru saja Ga Eun akan kembali berbaring di kasur, tetapi tidak jadi saat bel pintu apartemennya berbunyi. Dengan malas Ga Eun beranjak dari kamar, tanpa memeriksa interkom, Ga Eun langsung membuka pintu apartemennya dan menemukan Jongin di depan pintu apartemen dengan senyumnya yang terlihat bodoh.

“Hai—kau kenapa? Kenapa mata mu bengkak? Apa kau baru selesai mengiris bawang? Atau—“

“Jika kau tidak memiliki keperluan yang penting, pergilah! Aku ingin beristirahat,” ucap Ga Eun kemudian menutup pintu apartemen. Namun dengan cepat Jongin menahan pintu apartemen Ga Eun.

“Aku tadinya ingin meminjam tangga karena aku sendiri lupa untuk membelinya kemarin,” Jongin langsung memberitahu Ga Eun alasan mengapa ia mengganggu Ga Eun siang itu. Ga Eun menghela napasnya yang berat lalu membalas Jongin. “Mari ikut aku ke gudang,” Ga Eun kembali membuka lebar pintu apartemen kemudian berjalan menuju gudang kecil yang ada di apartemennya. Jongin dari belakang mengikut langkah Ga Eun menuju. Tetapi tepat saat Ga Eun akan membuka pintu gudang, dengan cepat Jongin menahan lengan Ga Eun lalu kedua lengan Jongin memegang kedua bahu Ga Eun.

“Tunggu! Tadinya aku memang ingin melanjutkan mendekorasi rumah ku, tetapi berhubung sekarang sudah siang dan aku belum makan siang, bagaimana kalau kita makan siang dulu?” tanya Jongin. Ga Eun menatap heran Jongin. Saat mendengar ‘makan siang’ tidak sengaja Ga Eun langsung merasa lapar. Di lubuk hatinya yang terdalam, Ga Eun sangat ingin menerima ajakan Jongin tetap gadis itu masih merasa gengsi untuk menerimanya.

Jongin menatap Ga Eun berharap gadis tersebut menerima permintaannya. Jongin melihat Ga Eun berpikir panjang, sembari gadis itu menggigit bibir bawahnya, Jongin menahan diri untuk tidak terbawa suasana. Tidak tahan dengan rasa laparnya, Jongin tanpa meminta izin Ga Eun lagi dengan segera menarik lengan Ga Eun keluar dari apartemennya.

“Ya! Apa yang kau lakukan,” teriak Ga Eun saat Jongin menarik lengannya lalu keluar dari apartemen.

“Tidak baik menolak ajakan tetangga baru, aku lapar dan kau harus menemaniku,” ucap Jongin sembari memasukkan password apartemennya. Ga Eun mau tidak mau mengikuti langkah Jongin hingga masuk ke apartemen lelaki tersebut.

“Selamat datang, tamu pertama,” ucap Jongin menyambut Ga Eun.

Suasana hitam putih yang ada di dalam apartemen Jongin tidak sengaja menarik perhatian Ga Eun. Bagaimana dekorasi apartemen Jongin dengan dominasi hitam putih tersebut cukup mengundang perhatian Ga Eun. Jongin tersenyum melihat Ga Eun sibuk mengedarkan pandangannya ke semua sudut apartemen miliknya. Jongin kembali mendekati Ga Eun lalu memegang lengan Ga Eun dan kembali menarik gadis itu  menuju dapur.

“Nanti saja mengagumi dekorasi apartemen sekaligus memuji hasil dekorasi ku. Sekarang kita makan dulu,” ucap  Jongin seraya menarik Ga Eun ke dapur. Ga Eun hanya kembali menuruti langkah Jongin dari belakang.

Hingga langkah Ga Eun berhenti di dapur Jongin, kedua mulut Ga Eun terbuka lebar saat melihat makanan sudah tersedia diatas meja. Ga Eun mengira Jongin sudah mempersiapkan ini semua. Jongin meninggalkan Ga Eun ke kulkas untuk mengambil air minum.

“Kau menyiapkan semua ini?” tanya Ga Eun dengan heran. Jongin tertawa kecil sebelum menjawab pertanyaan Ga Eun. “Aku bukannya menyiapkan, hanya saja lebih baik mengundang tetangga untuk makan siang bersama,”. Ga Eun menggeleng tidak percaya mendengar penjelasan Jongin.

“Kau mau minum apa?” lanjut Jongin. “Apa saja yang kau punya,” balas Ga Eun kemudian duduk di kursi meja makan. Jongin kembali ke meja makan lalu duduk di sebelah Ga Eun.

“Atas nama kesehatan aku hanya akan memberikan mu air putih,” ucap Jongin lalu meletakkan gelas berisi air putih. Ga Eun tersenyum kecil melihat sikap Jongin.

“Kenapa kau punya banyak ayam untuk makan siang hari ini?” tanya Ga Eun penasaran melihat meja makan Jongin yang banya memiliki menu ayam.

“Karena aku menyukai ayam. Sesimpel itu,” ujar Jongin lalu menyibukkan diri mengambil hidangan yang ada di meja makan lalu memberikan hidangan tersebut kepada Ga Eun. “Makan lah dengan baik,”

Ga Eun melihat hidangan yang diberi Jongin tadi lalu kembali menatap Jongin. Ga Eun sedikit merasa heran dengan sikap Jongin yang begitu baik terhadapnya. “Kau tidak perlu menghidangkan ku seperti tadi, tetapi terima kasih,” ucap Ga Eun dengan suaranya yang pelan.

Senyum membelah di wajah Jongin saat mendengar gadis itu berterima kasih dengannya dengan suaranya yang sangat pelan. “Tidak usah merasa tidak enak, makanlah,” Jongin lalu menyibukkan dirinya dengan makanan.

“Aku akan makan dengan baik,” ujar Ga Eun kemudian menyantap makan siangnya.

Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Jongin dan Ga Eun untuk makan siang. Mereka berdua menyelesaikan makan siang di waktu yang sama. Jongin mengambil piring Ga Eun, dengan cepat Ga Eun menahan piringnya, “biar aku saja yang mencuci, kau duduklah,” Ga Eun kemudian mengambil piringnya dan piring yang Jongin gunakan tadi.

“Baiklah jika kau memaksa,” ucap Jongin membiarkan Ga Eun membersihkan piringnya. Jongin tersenyum kecil saat melihat punggung Ga Eun menjauh. Jongin bangkit dari tempatnya kemudian duduk di bar yang membatasi dapur dan ruang makan tersebut. Kedua lengan Chanyeol menahan dagunya dan mengagumi Ga Eun yang sedang membelakanginya. Senyum Jongin melebar, pikirannya melayang jauh memikirkan hubungan apa yang akan ia miliki nantinya bersama gadis tersebut.

Ga Eun selesai dengan tugasnya di dapur kemudian membalikkan badannya dan menemukan Jongin tersenyum bodoh melihatnya. “Kau kenapa? Apa ada yang salah?” tanya Ga Eun.

Jongin tertawa kecil sebelum menjawab pertanyaan Jongin. “Aku? Tidak apa-apa. Tidak ada yang salah, hanya saja…” Jongin tidak melanjutkan kalimatnya.

“Hanya saja kau terlihat lucu saat mencuci piring tadi,” ucap Jongin terdengar ngawur.

“Apa relasi lucu dengan mencuci piring. Tidak heran jika aku menyebut mu aneh,” Ga Eun kemdian berlalu menuju ruang tengah Jongin dan kembali melihat isi apartemen lelaki tersebut. Tidak sengaja mata Ga Eun melihat tangga yang Jongin katakan bahwa ia butuh. “Jongin, kau memiliki tangga tetapi masih ingin meminjam milikku?” teriak Ga Eun dari ruang tengah.

Jongin menghampiri Ga Eun lalu tersenyum kecil dan berpura-pura tidak tahu. “Benarkah? Aku punya tangga. Ah! Aku lupa,” kemudian Jongin menyengir salah tingkah.

“Kau lupa? Dengan umur begini? Sangat aneh!” ucap Ga Eun tidak percaya mendengar Jongin.

“Setidaknya aku telah berhasil mengajakmu untuk makan siang,” ujar Jongin.

“Apa?” tanya Ga Eun.

“Tidak ada,” balas Jongin.

“Dasar aneh,” Ga Eun kembali mengatai Jongin.

“Kau mau membantu ku?” pinta Jongin.

Ga Eun kembali berpikir lalu memberikan Jongin jawaban, “Kenapa tidak?”.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
pikahbajet #1
Chapter 1: kesian ga eun