If I Could

Best (Boy)friend

‘If I Could Be More Selfish Into You,’

 

Chanyeol merasakan kausnya di bagian dada basah. Dengan cepat Chanyeol menunduk dan melihat Ga Eun yang masih menyembunyikan wajahnya di dada Chanyeol. Chanyeol melepaskan pelukannya dari Ga Eun, sebelah wajah Chanyeol menangkup dagu Ga Eun, dan Chanyeol menemukan Ga Eun sudah menangis tersedu.

“Ga Eun-ah, kenapa? Ada apa? Apa yang membuat mu menangis? Kepala mu sakit sekali?” tanya Chanyeol cemas melihat sahabatnya tersebut menangis. Mulut Ga Eun tidak menjawab Chanyeol, hanya air mata yang keluar dari kedua mata Ga Eun menjawab pertanyaan Chanyeol.

‘Sakit Chanyeol. Sakit sekali mengetahui dirimu sudah bersama gadis lain,’batin Ga Eun.

Chanyeol tidak mencerca Ga Eun dengan sejuta pertanyaan yang mendesak untuk keluar. Setiap air mata yang keluar dari kedua mata Ga Eun membuat Chanyeol mati penasaran, tetapi Chanyeol tidak ingin membuat sahabatnya susah dengan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin tidak ingin Ga Eun jawab. Air mata yang terus keluar dari kedua mata Ga Eun mendorong jemari Chanyeol untuk mengusap pipi Ga Eun lalu mendorong ibu jari Chanyeol untuk menghapus air mata sahabatnya tersebut.

‘Mungkin sekarang jemari mu masih menghapus setiap air mata yang keluar dari kedua mata ku. Tetapi bagaimana jika dirimu benar-benar milik orang lain seutuhnya?’ batin Ga Eun.

Ibu jari Chanyeol tidak pernah berhenti menghapus air mata yang membanjiri kedua pipi Ga Eun. Dengan sabar Chanyeol menunggu Ga Eun untuk berhenti menangis. Saat gadis itu sudah tenang, Chanyeol kembali memberanikan untuk membuka suara.

“Apa sakit sekali? Apa yang harus aku lakukan untuk membuat sakitmu hilang Ga Eun?” bisik Chanyeol. Ga Eun dapat merasakan napas Chanyeol yang menyentuh wajahnya karena jarak wajah Ga Eun yang dekat dengan Chanyeol.

‘Kau tanya apa? Terlalu banyak jawaban untuk pertanyaan mu Chanyeol-ah. Aku ingin kau tidak memiliki gadis lain selain diriku. Aku ingin kau hanya melihat ku. Aku hanya kau seutuhnya untuk ku,’ jawab Ga Eun dalam hati.

Ga Eun kembali tidak menjawab Chanyeol secara langsung. Kedua mata Ga Eun masih berair. Chanyeol merasa sudah melakukan hal terbaik untuk menenangkan Ga Eun. Wajah Chanyeol yang sangat dekat dengan Ga Eun, Ga Eun pergunakan untuk melihat dan merekam bagaimana tampannya wajah sahabatnya tersebut. Mengingat bagaimana respon wajah Chanyeol saat berinteraksi dengannya. Bagaimana dahi Chanyeol yang berkerut jika lelaki itu kebingungan. Bagaimana hidungnya yang berkerut saat tertawa. Bagaimana senyum selalu berhasil membuat suasana hatinya membaik. Bagaimana bibir Chanyeol mencium pipi Ga Eun saat gadis itu selalu membelikannya topi dari salah satu branded yang ia suka. Tidak lupa bagaimana bibir Chanyeol yang selalu mencium keningnya saat Chanyeol meninggalkannya sendiri pada malam hari. Tatapan Ga Eun jatuh di bibir Chanyeol. Sungguh, Ga Eun sangat ingin egois sekali saja dan membiarkan bibirnya mengecup bibir Chanyeol.

‘Andai aku bisa egois. Sekali saja. Tetapi aku terlalu takut kehilangan mu sebagai orang yang sangat berarti di dalam kehidupan ku, Chanyeol,’ lirih Ga Eun dalam hati.

Chanyeol melihat Ga Eun mematung dan menatapnya dalam. Saat melihat kedua mata Ga Eun sudah tidak berair lagi, Chanyeol kembali menyapa Ga Eun.“Ga Eun-ah, kau sudah baikan?”

Suara Chanyeol berhasil menyadarkan Ga Eun dari lamunannya. Ga Eun menggeleng kecil sembari mengedipkan matanya. Chanyeol tertawa kecil melihat Ga Eun yang menggeleng kecil. Sebelah tangan Chanyeol yang memeluk pinggang Ga Eun pun berpindah ke leher Ga Eun untuk memeriksa suhu tubuh sahabatnya itu.

“Tidak sepanas tadi. Tetapi tetap saja demam mu ini masih tinggi menurutku, bibir mu juga sangat merah, kau ingin ke dokter atau—“

Ga Eun tidak memperdulikan Chanyeol yang mulai cerewet dengan pertanyaannya. Ga Eun kembali menenggelamkan kepalanya di leher Chanyeol, kedua lengan Ga Eun memeluk erat pinggang lelaki itu.

“Untuk apa dokter jika aku memiliki sahabat istimewa seperti dirimu,” gumam Ga Eun.

‘Sahabat? Benar Ga Eun, tidak ada yang salah saat kau menyebut lelaki itu sahabat. Tetapi mengapa hati mu semakin perih saat memanggilnya sahabat. Kenapa Ga Eun?!’ tanya Ga Eun kepadanya dirinya sendiri.

Chanyeol menjauhkan kepala Ga Eun dari lehernya, melonggarkan pelukannya, wajah Chanyeol mendekati wajah Ga Eun, hingga bibir Chanyeol menempel di kening Ga Eun.

“Benar, aku memang sahabat teristimewa dan terbaik yang pernah kau miliki bukan? Dan nona Song, berhubung sudah larut malam dan kau demam, aku ingin kau kembali tidur dan tidak ada air mata lagi, “ ucap Chanyeol saat menjauhkan bibirnya dari kening Ga Eun.

Ga Eun tersenyum lalu mengangguk kecil. “Iya tuan Park, aku mengerti.”

Chanyeol kembali menarik badan Ga Eun ke dalam pelukannya. Kepala Ga Eun kembali merapat ke leher Chanyeol. Sebelah tangan Chanyeol memeluk pinggang Ga Eun dan sebelah tangan Chanyeol kembali menyisir rambut lembut Ga Eun seperti posisi tadi.

“Selamat malam, Ga Eun-ah,” bisik Chanyeol tepat di telinga Ga Eun.

“Hm,” gumam Ga Eun singkat. Dengan sangat pelan Ga Eun mencium leher Chanyeol agar lelaki itu tidak tahu dengan apa saja yang baru Ga Eun lakukan.

‘Aku harap kita akan selalu seperti ini Chanyeol-ah, apapun dan bagaimanapun keadaan kita,’ doa Ga Eun.

***

Chanyeol bangun lebih dahulu pagi itu dan melihat Ga Eun masih tertidur pulas. Dengan perlahan Chanyeol membuka plester penurun panas agar Ga Eun tidak terbangun. Punggung tangan Chanyeol memeriksa suhu badan Ga Eun. Panas badan Ga Eun memang sudah menurun tetapi tetap saja wajah pucat Ga Eun dan bibirnya yang terlihat sangat merah menandakan bahwa gadis itu masih demam. Tidak tahu apa yang mendorong Chanyeol untuk terus memperhatikan Ga Eun, hingga ibu jari menyentuh bibir Ga Eun. Ibu jari Chanyeol mengusap lembut bibir Ga Eun tidak tahu berapa lama hingga dia harus berhenti karena ponselnya berbunyi.

                From: Ji Eun

                To: Chanyeol

                Selamat pagi oppa, sampai bertemu di kampus.

Dengan segera Chanyeol membalas pesan singkat kekasihnya tersebut.

                From Chanyeol:

                To: Ji Eun

                Pagi, Ji Eun ku~ sampai bertemu di kampus ya.

Lalu ada pesan masuk lainnya dari salah satu teman kampus Chanyeol.

                From: Minho

                To: Chanyeol

                Chanyeol, kau dimana? Untuk kelas sejarah musik kelompok kita berganti jadwal, jadi usahakan datang lebih awal, oke?

Chanyeol tidak membalas pesan singkat dari temannya tersebut. Seharusnya jika hari ini ia tidak ada presentasi kelompok mungkin Chanyeol akan menemani Ga Eun lebih lama lagi. Dengan malas Chanyeol bangkit lalu menelepon salah satu temannya.

“Halo, Jongin-ah kau dimana?” tanya Chanyeol saat panggilan tersambung.

“Aku sedang di perjalanan menuju apartemen dari rumah kakak ku, kenapahyung?” Jongin kembali bertanya.

“Apa kau ada kelas hari ini?” tanya Chanyeol.

“Sebenarnya aku ada kelas 1 pagi ini, tetapi aku tidak bisa hadir, kau tahu sendiri kakak ku meminta aku untuk ke rumahnya,” jawab Jongin.

“Berarti hari ini kau kosong?” tanya Chanyeol berharap Jongin menjawab ‘Ya’.

“Ya, memang ada apa hyung?”

“Ga Eun demam, dan aku tidak bisa menemaninya, aku hanya meminta mu untuk melihatnya, jika kau kau ingin menemaninya juga tidak apa-apa dan—“

“Dengan segera Hyung!” balas Jongin sebelum memutuskan panggilan dengan Chanyeol. Jongin melepas handsfree telepon lalu mempercepat laju mobilnya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
pikahbajet #1
Chapter 1: kesian ga eun