A Lot of Story

Best (Boy)friend

‘You have no idea how much I’ve been died because of your touch,’

 

“Hai, aku Kim Jongin, lawan main untuk proyek teater kali ini,” sapa Jongin sembari memperlihatkan senyum terbaiknya.

‘Bukankah lelaki ini adalah lelaki yang dibicarakan Hye Mi tadi?’ tanya Ga Eun dalam hati. Gadis itu tampak serius melihat Jongin. Tidak tahu apa yang ada di dalam pikirannya hingga dia tidak bahkan tidak menghiraukan jabatan tangan dari Jongin.

Jongin yang melihat Ga Eun terdiam pun heran. Perlahan tangan Jongin mundur lalu telapak tangannya melambai ke arah Ga Eun sambil berkata, “Hello Nona, apa kau masih hidup.”

Ga Eun kembali ke alam sadarnya saat tangan Jongin melambai ke arahnya. Melihat Ga Eun yang sudah kembali sadar, Jongin tertawa kecil lalu kembali menggoda Ga Eun. “Aku tahu bahwa aku tampan, tetapi kau tidak perlu terpesona hingga terdiam seperti tadi,” ucap Jongin dengan percaya dirinya yang sangat tinggi.

“Kau berbicara apa? Aku terpesona denganmu? Apa kau masih waras? Aku terdiam tadi bukan karena aku terpesona dengan mu, hanya saja…” kalimat Ga Eun berhenti. Ga Eun memikirkan alasan yang tepat untuk kembali membalas Jongin.

“Hanya saja, aku berpikir bahwa kulit mu terlalu hitam untuk orang Korea, sudah lah, aku tidak ingin berbicara dengan mu lagi.” Ga Eun berlalu meninggalkan Jongin yang kebingungan melihat tingkahnya.

‘Dia bertanya apa aku waras? Bukankah gadis itu yang tidak waras karena telah menolak lelaki tampan seperti ku. Tetapi ketidak warasan gadis tersebut sangat menarik. Sampai bertemu lagi, gadis aneh,’ batin Jongin sembari melihat langkah Ga Eun yang menjauh.

Ga Eun berjalan dan mengedarkan pandangannya untuk menemukan Hye Mi. Saat bertemu dengan Hye Mi, Ga Eun langsung meminta izin untuk pulang terlebih dahulu. “Hye Mi, badan ku sangat tidak enak dan kepalaku terasa sakit, jadi aku akan meminta hasil tema yang akan digunakan untuk kegiatan teater ini selanjutnya, sekaligus aku akan mencatat jadwal dan menyesuaikan jadwalku, jadi mohon bantu aku ya,” pinta Ga Eun terlihat sedikit memelas.

“Baiklah nyonya Song, karena aku adalah orang yang sangat baik di dunia ini, aku akan mengisi absen mu dan memberi mu seluruh jadwal teater nantinya, dengan syarat dalam latihan tidak ada alasan bagimu untuk tidak enak badan lagi, kau mengerti?” ancam Hye Mi terdengar seperti sebuah candaan.

“Baiklah Hye Mi, kau memang yang terbaik, sampai bertemu.” Ga Eun berlalu meninggalkan aula teater kampus dan langsung menuju apartemennya.

***

Tidak tahu sudah berapa lama Ga Eun tertidur hingga dirinya terbangun karena dirinya merasa ada seseorang meraba dahinya. Dengan malas Ga Eun membuka kedua matanya untuk memastikan siapa orang yang sedang meraba dahinya tersebut.

“Ga Eun, kau sudah bangun? Kenapa suhu badan mu panas sekali? Apa kau sakit?” Chanyeol langsung menghantui Ga Eun dengan seribu pertanyaan saat melihat sahabatnya tersebut mulai bangun dari tidurnya.

Ga Eun mendudukkan dirinya dengan perlahan lalu bersandar di dinding tempat tidur. Tangan Ga Eun langsung meraih ponsel miliknya, tidak menghiraukan pertanyaan Chanyeol sama sekali.

’19 panggilan tidak terjawab’.

“Apa kau menelepon ku sebanyak ini? Ada apa?” tanya Ga Eun penasaran.

“Benar, aku menelepon mu beberapa kali tetapi tidak ada yang mengangkat. Aku tahu bahwa jika kau tertidur pasti kau akan terbangun saat mendengar ponsel mu berbunyi tetapi tadinya kau tidak mengangkat telepon ku dan itu membuatku cemas, makanya aku berniat menghampiri mu sebelum balik ke apartemen,” jelas Chanyeol.

“Tetapi kau memiliki nomor baru? Apa kau punya 2 nomor sekarang?” Ga Eun kembali bertanya saat melihat daftar panggilan tidak terjawab.

“Tidak, aku hanya memiliki satu ponsel dan satu nomor, kenapa?” tanya Chanyeol lalu meraih ponsel Ga Eun. Tentu saja Chanyeol merasa cemas jika ada orang asing yang sedang berusaha mengganggu sahabatnya tersebut.

“Chanyeol, apa kau lakukan—“

“Halo, ini dengan siapa?”  Chanyeol memulai pembicaraan dengan orang asing yang menelepon Ga Eun tadi. Ga Eun menggeleng tidak percaya melihat Chanyeol yang bergerak sangat cepat.

“Bukankah ini nomor ponselnya Song Ga Eun?” seseorang itu kembali bertanya.

“Benar ini nomor Ga Eun, saya ayah Ga Eun, Anda siapa?” Chanyeol sedikit bohong bermaksud untuk menakuti orang asing tersebut.

“Halo ayah mertua, saya calon menantu mu, apa kau sehat-sehat saja?” jawab Jongin dengan bercanda. Tentu saja Jongin tahu yang menjawab ponsel Ga Eun bukanlah orang tua gadis itu, karena Jongin tahu gadis itu sekarang tinggal sendiri di apartemen dan orang tua gadis tersebut sedang menjalankan usaha keluarga mereka di luar negeri. Jongin tertawa sebelum kembali menjawab telepon, “saya Jongin, teman Ga Eun, kau siapa? Apa kau bersama Ga Eun?” 

“Jongin? Tunggu dulu! Kau Jongin maksudmu adalah Kim Jongin?” Chanyeol penasaran dengan nama lengkap orang asing tersebut.

“Benar. Aku adalah Kim Jongin, kau siapa? Apa kau peramal? Bukan—apa kau penculik? Tidak mungkin—“

“Ya bodoh! Kau tidak mengenali suaraku? Aku ini hyung terfavoritmu, Park Chanyeol.” ucap Chanyeol terlihat sangat heboh.

“Ya Tuhan! Hyung! Apa kabar mu? Lama tidak bertemu,” Jongin menjawab Chanyeol tidak kalah hebohnya.

Ga Eun menatap heran Chanyeol yang masih sibuk dengan ponsel miliknya. Ditambah mereka melanjutkan silaturahmi di ponsel orang lain. Lalu, siapa orang asing yang menelepon dirinya dan kenapa sahabatnya tersebut terdengar asing dengan orang asing yang baru saja dia ancam. Tidak ingin pusing dengan percakapan Chanyeol antara orang asing itu, tangan Ga Eun kembali sibuk mencari i-Pod lalu dirinya sibuk dengan permainan Tap Tap Revenge.

Baik Chanyeol dan Jongin sama-sama melepas rindu melalui ponsel Ga Eun. Mereka berdua saling bercanda dan saling menyusun rencana untuk reuni dan berkumpul bersama-sama lagi.

“Ya sudah kalau begitu, aku akan menyimpan nomor ponselmu nanti dari ponsel gadis ini, sampai bertemu—“

“Tunggu Hyung! Kenapa ponsel gadis ini bisa dengan mu?” tanya Jongin sebelum memutuskan panggilan.

“Ah itu! Cerita yang sangat panjang, nanti akan aku perkenalkan gadis ini saat kita semua berkumpul nanti, dan tidak lupa aku akan membawa kekasih ku nantinya, tunggu saja.” Chanyeol terlalu malas bercerita lama dengan Jongin melihat Ga Eun sudah menunggunya dengan bosan.

“Tapi hyung—“ Jongin berhenti berbicara saat mendengar panggilan terputus.

Chanyeol dapat melihat wajah Ga Eun yang cemberut karena dirinya tidak mengacuhkan gadis itu. Tangan Chanyeol kembali menyentuh dahi sahabatnya tersebut, “Dahi mu tidak sepanas tadi,” lalu tangan Chanyeol berpindah ke leher Ga Eun, “leher mu juga sudah mulai dingin, berarti kau tidak sakit?” tanya Chanyeol.

“Siapa yang sakit—“

Ga Eun berhenti berbicara saat telunjuk Chanyeol mendarat di bibirnya.

“Psssttt, tetap saja kau harus beristirahat karena wajahmu terlihat pucat.” Chanyeol mengambil i-Pod yang ada di tangan Ga Eun. Kedua tangan Chanyeol memegang bahu Ga Eun lalu mendorong pelan bahu Ga Eun hingga badan gadis tersebut kembali bersandar diatas kasur. Sebelah tangan Chanyeol sibuk mengusap kepala Ga Eun, jemari lelaki tersebut menyisir dan bermain kecil di rambut hitam Ga Eun.

“Chanyeol-ah, kau berhutang banyak cerita terhadapku,” ucap Ga Eun singkat karena matanya sudah mulai mengantuk. Ga Eun tentunya merasa dilangit ke-9 saat jemari Chanyeol membelai lembut rambutnya.

“Aku tahu, matamu sudah sangat layu, jadi tidurlah,” ucap Chanyeol dengan tangannya masih sibuk membelai rambut Ga Eun.

Ga Eun memberikan Chanyeol senyumnya sebelum menutup kedua matanya. Chanyeol merasa lega karena tangan dan jemarinya tersebut selalu berhasil membuat Ga Eun tertidur. Jemari Chanyeol berhenti bermain di rambut Ga Eun saat melihat gadis tersebut sudah benar-benar tenggelam di mimpinya. Chanyeol berdiri dari kasur Ga Eun lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Ga Eun, hingga bibir Chanyeol mendarat sempurna di kening Ga Eun.

“Selamat tidur Ga Eun, mimpi indah,” ucap Chanyeol kemudian berlalu meninggalkan apartemen Ga Eun.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
pikahbajet #1
Chapter 1: kesian ga eun