I Still Have You

Best (Boy)friend

You still hug me like the old time and it’s more than enough for me’

Tidak terhitung sudah berapa lama Jongin tertidur di pangkuan Ga Eun. Begitu pula dengan Ga Eun, tidak terhitung sudah berapa lama pula ia menatap wajah Jongin yang sedang tertidur pulas. Jemari Ga Eun tidak pernah berhenti bermain di rambut Jongin, membiarkan lelaki tersebut tidur nyaman dengan usapannya itu. Ga Eun sadar bahwa ini pertama kalinya dia mengusap rambut lelaki lain selain sahabatnya, Chanyeol. Mengingat Chanyeol, Ga Eun tidak ingin terlalu peduli dengan perasaannya dengan Chanyeol. Ga Eun membiarkan semuanya lepas, apa yang akan terjadi nantinya, Ga Eun hanya membiarkan semuanya berlalu seperti air yang mengalir.

Jemari Ga Eun berhenti mengusap rambut Jongin saat ponselnya berdering. Melihat panggilan masuk tersebut dari Chanyeol, dengan malas Ga Eun menjawab telepon tersebut.

“Halo, Ga Eun-ah!” sapa Chanyeol terlebih dahulu. Ga Eun menghela napasnya berat lalu menjawab Chanyeol. “Hallo Chanyeol, ada apa?”

“Tidak ada, hanya saja ingin memeriksa keadaan mu? Kau sudah makan? Apa semuanya baik-baik saja?” tanya Chanyeol.

“Aku sudah makan, semuanya baik-baik saja Chanyeol-ah,” jawab Ga Eun dengan malas. Chanyeol sedikit cemas saat mendengar suara Ga Eun yang terdengar lemas.

“Baiklah kalau begitu, tetapi aku dengar kau sangat lemas sekali dan—“

“Ga Eun-ah kau yakin—“

“Chanyeol oppa, habiskan ini untukku,” kalimat Chanyeol terpotong saat Ji Eun memintanya untuk menghabiskan es krimnya. Ga Eun kembali menghela napasnya yang berat saat mendengar suara Ji Eun dari telepon genggam Chanyeol.

“Aku baik-baik saja, sudah dulu ya,” Ga Eun memutuskan panggilan terlebih dahulu.

“Ga Eun—“ kalimat Chanyeol kembali terpotong saat Chanyeol menutup telepon darinya. Di dalam hatinya, Chanyeol merasa heran dengan sikap Ga Eun yang dari pagi hingga sekarang tidak bisa ditebak.

“Chanyeol oppa. Kau terlihat sedikit murung. Ada apa? Bagaimana dengan Ga Eun?” tanya Ji Eun saat melihat raut wajah Chanyeol yang berubah.

Chanyeol langsung menampakkan senyumnya saat Ji Eun menegurnya. “Aku tidak apa-apa, hanya saja Ga Eun terdengar tidak baik tadi—“

“Mungkin dia sedang tidak enak badan oppa. Mungkin juga dia sedang PMS dan itu mengapa sifatnya bisa seperti yang oppa bicarakan tadi,” Ji Eun mencoba menenangkan Chanyeol.

“Mungkin saja, terima kasih Ga Eun-ah,” Chanyeol kembali tersenyum melihat Ji Eun. Chanyeol merasa sedikit lega setelah kekasihnya tersebut menenangkannya. Ji Eun membalas senyum Chanyeol lalu menyandarkan kepalanya di bahu Chanyeol. Chanyeol memang merasa sedikit canggung dengan sikap manja Ji Eun tetapi bagaimanapun Chanyeol berusaha untuk menyeimbangi kekasihnya tersebut. Sebelah tangan Chanyeol membelai lembut rambut coklat Ji Eun dan menikmati kencan pertama bersama kekasih barunya tersebut.

***

Ga Eun membanting ponselnya pelan setelah menutup telepon dari Chanyeol. Di dalam hatinya, Ga Eun merutuk hebat. Kenapa Chanyeol harus berbasa-basi busuk dengannya saat lelaki itu sedang bersama gadis lain. Kedua telapak tangan Ga Eun menutup wajahnya. Kedua matanya juga panas, Ga Eun merasa dirinya akan menangis, tetapi Ga Eun mencoba menahan air matanya tersebut.

 Tidak sadar, suara ponsel Ga Eun yang terbanting tadi membangunkan Jongin dari tidurnya. Dengan perlahan Jongin membuka kedua matanya dan menemukan Ga Eun yang sedang menutup wajahnya. Bahu Ga Eun juga terlihat bergetar. Jongin langsung bangkit dari pangkuan Ga Eun lalu kedua tangan Jongin memegang bahu Ga Eun.

“Ga Eun, kau kenapa? Ada apa?” tanya Jongin terdengar sangat cemas. Tentu saja Jongin cemas karena dia tidak tahu penyebab kenapa gadis itu tiba-tiba menutup wajahnya. Kedua tangan Jongin kemudian berpindah dari bahu Ga Eun ke punggung tangan Ga Eun, perlahan menjauhkan jemari Ga Eun yang menutupi wajahnya. Sebelah tangan Jongin lalu memegang dagu Ga Eun agar wajah gadis itu tidak menghindar dari tatapan matanya. Jongin melihat kedua mata Ga Eun sudah basah. Jongin ingin bertanya apa yang menyebabkan gadis itu menangis tetapi Jongin menahan dirinya dulu dan membiarkan Ga Eun menenangkan dirinya untuk sebentar. Kedua mata Ga Eun masih mengeluarkan air mata, namun gadis itu tidak terisak seperti orang pada umumnya.

Jongin dapat melihat betapa sedih dan sakitnya Ga Eun hingga gadis itu menangis tidak bisa mengeluarkan suara. Hingga gadis itu menangis tetapi tidak terisak seolah dirinya sudah lelah untuk melakukan hal lebih. Bulir air mata Ga Eun yang terus berjatuhan mendorong jemari Jongin untuk menghapusnya. Kedua tangan Jongin lalu menangkup wajah Ga Eun, ibu jari Jongin mengusap air mata Ga Eun.

Ga Eun sendiri tidak melawan Jongin. Gadis itu hanya membiarkan Jongin menangkup wajahnya dan membiarkan ibu jarinya mengusap air mata yang terus berjatuhan dari kedua matanya. Kedua mata Ga Eun tidak lupa menatap lelaki ‘aneh’ nya itu bisa bersikap manis seperti sekarang saat ini, Ga Eun sedikit tidak percaya.

Jongin membiarkan Ga Eun menangis hingga gadis itu lelah, tetapi tetap saja Jongin tidak tahan melihat gadis itu menangis lama-lama. Dengan berani Jongin mendekap tubuh Ga Eun, membiarkan gadis itu menangis di pelukannya karena terlalu menyakitkan bagi Jongin melihat langsung Ga Eun menangis.

Ga Eun kembali membiarkan Jongin mendekapnya. Ga Eun hanya berpikir bahwa lelaki yang mendekapnya itu hanya mencari cara agar dirinya tenang. Hingga hidung Ga Eun menyentuh jakun Jongin, tangisan Ga Eun menjadi dan dirinya kembali menangis sampai ia lelah.

Jongin membiarkan lehernya basah karena air mata Ga Eun, tidak lupa setiap air mata yang keluar dari mata Ga Eun, Jongin merasakan kesedihan dari gadis itu. Hingga lehernya terasa kering dan bahu Ga Eun tidak bergetar, Jongin melepaskan dekapannya dari Ga Eun, tangannya kembali menangkup wajah Ga Eun dan ibu jarinya membersihkan air mata yang tersisa di mata Ga Eun.

“Aku tidak akan bertanya alasan kenapa kau menangis sekarang karena itu sama saja aku menyuruhmu untuk mengingat hal buruk tersebut,” ucap Jongin lalu tersenyum. Ga Eun merasa lega saat mendengar penjelasan Jongin lalu kembali membalas senyuman Jongin.

“Ah! Melelahkan juga mendiamkan gadis yang cengeng. Aku lapar! Jadi mau tidak mau kau harus menemaniku,” Jongin kemudian bangkit dari tempatnya lalu menarik lengan Ga Eun untuk ikut bangkit dari tempatnya.

“Jongin, aku masih lelah!” ucap Ga Eun seraya menahan badannya agar tidak bangkit dari tempatnya. Namun sia-sia Ga Eun menahan badannya saat kedua tangan Jongin segera mengangkat badannya. Dengan segera kedua lengan Ga Eun memeluk leher Jongin agar dirinya tidak terjatuh.

“Ya! Jongin! Lepaskan aku!”. Masih teringat di pikiran Ga Eun, adegan dirinya bersama Chanyeol saat sahabatnya terseebut menggendongnya dari tempat tidur untuk membuatkannya sarapan. Dengan cepat Ga Eun menggeleng kepalanya untuk membuang jauh pikirannya tersebut.

Jongin tertawa saat melihat Ga Eun menggeleng kepalanya. Bagi Jongin yang baru saja dia lihat dari Ga Eun adalah sesuatu yang lucu.

“Kau kenapa menggeleng seperti tadi? Apa kau terlalu menikmati momen aku menggendong mu? Atau kau merasa pusing?” Jongin berhenti kemudian mencecar Ga Eun dengan pertanyaan.

“Tidak, hanya saja lepaskan aku,” gumam Ga Eun.

“Aku tadinya sudah ingin  melepas mu tetapi lengan mu terlalu erat memelukku jadi aku terlalu malas untuk menurunkan mu,” goda Jongin.

“Lepaskan aku sekarang!” teriak Ga Eun tepat di telinga Jongin. Jongin dengan segera menurunkan Ga Eun lalu sebelah tangannya mengusap telinganya yang berdenyut karena teriakan Ga Eun tadi.

“Ya! Gadis aneh! Bisakah kau berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak?” ucap Jongin sembari tangannya masih menggosok telinganya.

Ga Eun hanya tertawa mendengar Jongin yang mulai mengomel. Langkah Ga Eun kemudian mendekati Jongin lalu tangan Ga Eun menjauhkan tangan Jongin yang masih menggosok telinganya.

“Yang mana yang sakit?” tanya Ga Eun dengan tangannya kini menggosok pelan telinga Jongin.

“Yang ini,” Jongin menunjuk telinga yang lebih mengarah ke pipinya. Wajah Ga Eun kemudian mendekat ke wajah Jongin. Jongin dapat melihat wajah Ga Eun lalu bibir Ga Eun yang tipis dari sudut matanya. “Lebih dekat lagi melihat ku,” ujar Jongin.

Ga Eun tahu kali ini Jongin menggunakan modus pasarannya tersebut tanpa menunggu lama tangan Ga Eun menampar pelan wajah Jongin.

“Aku tidak akan termakan modus pasaran mu itu,” bisik Ga Eun tepat di telinga Ga Eun. Ga Eun kembali melangkah jauh dari Jongin lalu berkata, “2 menit lagi jika kita tidak beranjak dari apartemen mu, aku tidak jadi menemanimu.”

“Apa salahnya kembali membalas kebaikan ku. Disaat gadis lain akan senang dengan modus ku, kau malah melangkah jauh, dasar gadis aneh!” ucap Jongin dengan suaranya yang pelan.

“Aku dapat mendengar mu lelaki aneh! Kita jadi tidak makan malam bersama—“

“Dengan segera gadis aneh,” Jongin berjalan ke ruang tengah lalu mengambil kunci mobil miliknya.

“Ayo, kita pergi.”

***

Mobil Jongin berhenti di salah satu kafe yang berada di Gangnam Road. Sebenarnya Jongin tidak ada memiliki alasan khusus mengapa ia mengajak Ga Eun malam itu jauh-jauh ke Gangnam Road. Hanya saja Jongin mengingat saat terakhir kali ia berkumpul di kafe tersebut bersama teman-temanna semasa SMA sebelum mereka melanjutkan studi masing-masing di perguruan tinggi. Sekaligus Jongin ingat tentang pecakapan terakhir Jongin bersama mereka bahwa jika nantinya mereka sudah memiliki kekasih nantinya, mereka akan membawa kekasih mereka kemari sebagai kencan pertama. Jongin tahu bahwa Ga Eun bukanlah kekasihnya, hanya saja Jongin ingin membuat Ga Eun takjub dengan tempat makan malam yang ia pilih hari itu.

Ga Eun heran mengapa Jongin mengajaknya jauh-jauh hanya untuk makan malam., lalu Ga Eun pun tidak tahan dengan penasarannya lalu bertanya. “Jongin. Kita hanya mencari makan malam, tetapi mengapa kau mengajak ku sejauh ini?”.

“Hanya saja aku ingat teman lama ku dan rindu dengan mereka sekaligus aku mengingat janji kami jika kami memiliki kekasih nantinya setelah lepas dari SMA kita akan membawa kekasih kita nantinya untuk kencan pertama di tempat yang indah ini,” jelas Jongin.

Kedua mata Ga Eun melebar setelah mendengar penjelasan Jongin lalu Ga Eun kembali bertanya “Tetapi aku bukan kekasihmu?”.

“Masa bodoh dengan perjanjian bahwa aku harus kembali kesini dengan kekasih ku. Yang aku tahu aku lapar dan aku ingin makan disini,” ucap Jongin kemudian keluar dari pintu mobil.

Ga Eun tidak terlalu memperdulikan ucapan Jongin pun membuka pintu mobil dan—

“Aw! Kepalaku!” teriak Jongin. Ga Eun segera keluar dari mobil dan menemukan Jongin sedang mengusap keningnya.

“Maafkan aku. Aku tidak tahu tadinya kau akan membukakan pintu untukku,” tangan Ga Eun ikut mengusap kening Jongin.

“Sudahlah. Tidak usah hiraukan kening ku dan cepat masuk ke kafe, aku sudah sangat lapar,” Jongin melanjutkan langkahnya masuk ke kafe. Namun langkahnya berhenti saat langkah Ga Eun yang mengikutinya ikut berhenti. Jongin mau tidak mau kembali mundur lalu menarik lengan Ga Eun, tetapi gadis itu kembali menahan badannya.

“Jongin, tadi kau bilang jika kau dan teman mu sudah memiliki kekasih nantinya maka salah satu dari mereka akan mengajak kekasihnya untuk kencan pertama disini, begitu bukan?” tanya Ga Eun.

“Benar, lalu kenapa?” Jongin kembal bertanya. Ga Eun tidak menjawab Jongin. Lalu mata Jongin mengikuti arah mata Ga Eun yang melihat sesuatu. Jongin melihat Chanyeol bersama seorang gadis sedang menikmati makan malam mereka.

“Oh! Kau melihat Chanyeol hyung rupanya, ayo kita bergabung dengan mereka,” Jongin kembali menarik Ga Eun yang sudah melemah.

“Chanyeol hyung! Kau disini. Kebetulan sekali. Dan kau bersama—“

“Aku Ji Eun, kekasih Chanyeol oppa, kau bersama Ga Eun rupanya! Kalian berdua duduklah,” Ji Eun mempersilahkan Jongin dan Ga Eun duduk di hadapan mereka.

“Oke! Aku akan bertanya nanti setelah aku memesan makanan, pelayan!” teriak Jongin memanggil pelayan. Dengan segera pelayan menghampiri meja dan memberikan Jongin buku menu.

“Aku akan memesan Lasagna dengan Vanilla Milkshake. Ga Eun kau ingin memesan apa?” tanya Jongin.

Ga Eun tidak menjawa pertanyaan Jongin dengan matanya yang menatap kosong meja makan tersebut. Tangan Jongin menyentuh pundak Ga Eun yang menyadarkan gadis itu dari lamunannya.

“Kau tidak apa-apa? Kau ingin memesan sesuatu? Atau tidak—“

“Sama kan pesanan ku dengan pesananmu,” balas Ga Eun singkat.

“Ga Eun-ah, kau kenapa? Kau tidak apa-apa?” tanya Chanyeol yang terlihat cemas. Ga Eun mengangakat kepalanya lalu melihat Chanyeol, dan menjawab pertanyaan Chanyeol, “aku tidak apa-apa.”

“Kau yakin kau tidak apa-apa?” Jongin kembali bertanya.

“Benar Ga Eun, kau terlihat ada apa-apanya,” Ji Eun ikut mencemaskan Ga Eun.

“Aku tidak apa-apa, aku tinggal sebentar aku rasa aku perlu ke toilet,” Ga Eun bangkit lalu meninggalkan meja.

“Jadi hyung! Kau mengajak gadis beruntung ini karena dia adalah kekasihmu,” tanya Jongin melirik Chanyeol dan Ji Eun bergantian.

“Kau masih mengingat perjanjian konyol itu? Benar. Aku mengajaknya kesini karena dia adalah kekasihku.” Chanyeol berbicara dengan mantapnya.

“Selamat kalau begitu hyung! Aku turut berbahagia. Jadi bagaimana pertemuan kalian?”

“Aku yang akan menjawab!” Ji Eun membuka suaranya kali ini. Namun melihat Ga Eun melangkah dekat ke arah meja, Ji Eun menunggu kehadiran gadis itu untuk mendengar ceritanya.

“Nah, ini malaikat cinta kami berdua,” ucap Ji Eun tepat saat Ga Eun duduk di kursi. Ji  Eun lalu melanjutkan kisah cintanya bersama Chanyeol yang dimulai oleh Chanyeol yang selalu penasaran dengannya hingga Chanyeol tahu bahwa Ji Eun adalah sahabat masa kecil Ga Eun, tanpa menunggu lama Chanyeol langsung meminta kontak Ji Eun melalu i Ga Eun.

“Benarkan, Ga Eun?” ucap Ji Eun mengakhiri dongeng singkatnya tersebut.

Ga Eun menggeleng pelan. Memaksakan senyumnya lalu menjawab Ji Eun dengan lemas. “Ya. Kau benar.”

Setelah menunggu lama makanan Jongin dan Ga Eun pun sampai. “Aku akan makan dengan baik,” teriak Jongin sebelum menyantap makanannya. Ga Eun dengan perlahan mengambil garpu dan ikut menyantap makanan miliknya.

Sedangkan Chanyeol dan Ji Eun sibuk berduaan, mereka mau tidak mau terganggu oleh telepon masuk yang berasal dari ponsel Ji Eun.

“Oh iya? Supir Kim sudah di depan? Baiklah aku akan segera kesana!” Ji Eun menutup telepon dari supirnya.

“Chanyeol oppa, supirku sudah menjemputku. Aku akan kembali duluan ya,” pamit Ji Eun.

“Baiklah, kau pulang saja dulu, hati-hati.” Chanyeol mengelus puncak rambut Ji Eun. Tanpa diduga Chanyeol, Ji Eun dengan cepat mencium sudut bibirnya.

“Aku akan menghubungi mu nanti. Ga Eun dan Jongin, aku pamit dulu ya.” Ji Eun kemudian bangkit dan meninggalkan Chanyeol, Jongin dan Ga Eun.

“Kalian terlihat serasi Chanyeol hyung dan—“ Jongin berhenti berbicara saat ponselnya juga berbunyi. Dengan cepat Jongin mengangkat panggilan masuk dari kakaknya.

“Ya! Kim Jongin! Kau dimana? Sudah hampir sebulan kau di Korea dan kau sama sekali tidak mengunjungiku? Apa kau tidak merindukan keponakan mu ini?” bentak kakak Jongin.

“Noona! Ralat, aku belum sebulan disini dan aku tadinya berniat akan mengunjungi mu, tetapi—“

“Tidak ada tetapi, sekarang ini juga kau harus berada di tempatku,” kakak Jongin kembali membentaknya sebelum menutup teleponnya. Dengan malas Jongin menyantap sendok terakhir Lasagna nya kemudian berpamitan dengan Ga Eun dan Chanyeol.

“Hyung, noona meminta ku untuk mengunjunginya malam ini juga. Tetapi, Ga Eun aku harus segera berada di rumah noona ku, kau pulang dengan Chanyeol—“

“Kau pergilah, aku akan mengantar Ga Eun nanti, makanan mu biar aku membayarnya, anggap saja karena aku sudah memiliki baru jadi aku ingin berbagi,” ujar Chanyeol.

“Baiklah kalau begitu, aku pergi hyung, sampai bertemu di apartemen Ga Eun!” pamit Jongin.

“Hm, hati-hati,” balas Ga Eun dengan singkat.

Ga Eun dengan malas menghabiskan makanannya. Dari tadi dirinya hanya terdiam mendengar cerita Ji Eun, hingga adegan saat Ji Eun mencium sudut bibir Chanyeol, Ga Eun sudah mati rasa. Dia terlalu lelah untuk menangis oleh sakit hatinya.

“Ga Eun-ah, kau yakin tidak apa-apa?” Chanyeol kembali bertanya melihat Ga Eun yang diam seribu bahasa.

“Aku akan pulang dengan taksi, kau pasti lelah telah pergi seharian ini,” balas Ga Eun singkat. Chanyeol tidak terlalu menghiraukan ucapan Ga Eun lalu memanggil pelayan dan membayar tagihan makan malam tersebut.

“Terima kasih, aku pamit dulu,” pamit Ga Eun kemudian bangkit dari kursinya. Ga Eun melangkah keluar lalu menunggu taksi yang akan mengantarnya pulang. Tepat saat tangan Ga Eun akan memanggil taksi lengan Chanyeol dengan cepat menahan lengan Ga Eun.

“Tidak ada alasan kau akan pulang sendiri. Aku akan mengantar mu,” Chanyeol menarik Ga Eun untuk masuk ke mobilnya. Ga Eun yang sudah merasa sangat lelah tidak tahan untuk melawan Chanyeol dan hanya mengikuti Chanyeol dari belakang.

Di dalam mobil tidak ada satupun dari mereka mengeluarkan suara, hingga Ga Eun tertidur di mobil Chanyeol karena perjalanan dari Gangnam Road menuju apartemen Ga Eun membutuhkan waktu yang lumayan lama.

Mobil Chanyeol berhenti di basemen apartemen Ga Eun. Chanyeol membuka sabuk pengaman lalu menoleh ke arah Ga Eun yang masih terlelap. Chanyeol keluar dari mobil lalu melepaskan sabuk pengaman Ga Eun. Punggung tangan Chanyeol menyentuh kening Ga Eun yang panas.

“Ya Tuhan, panas sekali,” ujar Chanyeol kemudian dengan cepat menggendong Ga Eun. Hingga mereka berada di dalam kamar apartemen Ga Eun, Chanyeol melepaskan jaket Ga Eun dan membenarkan posisi tidur Ga Eun. Tidak lupa Chanyeol memeriksa obat-obatan yang ada di apartemen Ga Eun dan menemukan plester penurun panas. Dengan perlahan dan hati-hati Chanyeol menempelkan plester penurun panas dan terakhir kali Chanyeol menyelimut Ga Eun. Chanyeol kemudian duduk di sebelah Ga Eun yang sedang tertidur, jemari Chanyeol kembali mengusap lembut rambut hitam sahabatnya tersebut.

“Chanyeol-ah,” Ga Eun membuka suaranya saat jemari Chanyeol mengusap kepalanya.

“Iya, Ga Eun-ah. Ada apa?” tanya Chanyeol.

“Sakit...” lirih Ga Eun.

“Aku tahu, kondisi kesehatan mu sedang tidak baik,” balas Chanyeol.

“A-apa kau ti-tidak keberatan menemaniku malam ini?” tanya Ga Eun terbata-bata.

“Mengapa tidak. Siapa lagi kalau bukan aku yang akan membantu mu?” balas Chanyeol kemudian bangkit dari tempatnya. Chanyeol membuka jaket yang dia kenakan tadi, melepas sendal rumah kemudian berbaring di sebelah Ga Eun. Dengan segera Chanyeol merengkuh badan Ga Eun yang terasa panas, begitupula dengan Ga Eun yang langsung membalas pelukan Chanyeol. Sebelah tangan Chanyeol memeluk pinggang Ga Eun lalu sebelah tangannya kembali mengelus lembut rambut ga Eun.

Ga Eun membiarkan dirinya larut dalam rengkuhan Chanyeol. Tidak memperdulikan status hubungan Chanyeol yang sudah berubah. Karena awalnya Ga Eun mengira akan ada perubahan antara dirinya dengan Chanyeol setelah Chanyeol memiliki kekasih. Atau mungkin saja perubahan itu nampak? Entahlah. Kedua mata Ga Eun kembali berair, tentu saja air mata tersebut bukanlah air mata kesedihan, melainkan air mata karena ia bersyukur masih memiliki Chanyeol seperti biasanya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
pikahbajet #1
Chapter 1: kesian ga eun