Good Bye

Best (Boy)friend

DON’T YOU EVER RUN AFTER ME, BECAUSE I WON’T LOOK AT YOU LIKE I USED TO

Senin adalah hari yang paling tidak disukai banyak orang, termasuk Ga Eun. Alarm ke-5 berhasil membangunkan Ga Eun dari tidurnya. Dengan malas Ga Eun bangkit lalu mengambil ponsel yang terletak di meja sebelah tempat tidurnya.

                From: Chanyeol

                Maaf, Ga Eun-ah. Aku tahu semalam aku sudah berjanji untuk sarapan bersamamu setelah beberapa hari kita tidak bertemu. Tetapi pagi ini supir Ji Eun sakit dan tidak bisa mengantarnya ke kampus jadi aku harus menjemputnya. Aku tahu kau paling malas menunggu, makanya terlebih dahulu aku memberitahu mu, jadi kau menunggu atau bagaimana?

Lagi dan lagi. Sudah tidak terhitung berapa kalinya Chanyeol mengingkari janjinya bersama Ga Eun. Setelah sibuk dengan belajar untuk evaluasi dan sibuk menghabiskan waktu untuk pergi kencan dengan kekasihnya tersebut, Ga Eun sangat jarang bertemu dengan Chanyeol. Chanyeol berusaha mencari waktu dan kesempatan untuk bertemu dengan Ga Eun tetapi selalu ada saja alasan yang menghalangi Chanyeol untuk bertemu dengan Ga Eun.

Ga Eun hanya menghela napasnya yang berat. Ga Eun merasa sudah lelah dengan perasaannya terhadap Chanyeol. Memang Ga Eun sudah tidak menangis lagi setelah berkali-kali dirinya bisa menahan diri. Ga Eun mulai menyibukkan diri dengan belajar karena evaluasi akhir yang sudah selesai ditambah minggu ini jadwal teater yang padat sudah menunggunya. Ga Eun merasa beruntung dengan kesibukannya karena dengan itu dia bisa fokus dengan segala kegiatannya dan tidak terlalu memperdulikan perasaannya terhadap Chanyeol. Tidak kah Ga Eun sedih mengingat Chanyeol selalu menghabiskan waktu bersama Ji Eun? Tentu saja Ga Eun merasa akan menangis saat mengetahui hal tersebut, tetapi Ga Eun memiliki caranya sendiri untuk melupaknnya dengan cara bermain dengan temannya yang lain, tetangganya yang paling menyebalkan, siapa lagi kalau bukan Kim Jongin.

Mengingat Jongin, Ga Eun membalas pesan singkat Chanyeol yang berisi “tidak apa-apa” lalu menekan tombol home dan mencari nomor Jongin. Ga Eun menunggu jawaban dari Jongin tetapi tidak ada satupun yang mengangkat telepon Jongin. Ga Eun tidak memperdulikan Jongin yang tidak mengangkat teleponnya kemudian berdiri dari tempat tidurnya lalu berjalan ke kamar mandi. Setelah selesai bersiap-siap, Ga Eun keluar dari apartemen, berjalan ke apartemen sebelah dimana Jongin tinggal, tangan Ga Eun sibuk memasukkan password apartemen Jongin. Memang antara Jongin dan Ga Eun hanya sebatas “teman”. Tetapi Jongin sejak ia menemani Ga Eun sakit dan semenjak gadis itu mulai menyusahkan hidupnya, Jongin dengan mudah memberi Ga Eun akses untuk berkunjung ke apartemennya.

Setelah Ga Eun memasuki apartemen Jongin, Ga Eun melanjutkan langkahnya ke kamar Jongin tetapi ia tidak menemukan Jongin di kasurnya.

“Jongin-ah! Kau dimana?” teriak Ga Eun mencari Jongin. Ga Eun sampai membuka lemari untuk mencari keberadaan Jongin. Hingga pendengaran Ga Eun menangkap suara dari pintu kamar mandi Jongin, Ga Eun segera menoleh ke arah Jongin dan menemukan Jongin bertelanjang dada dan handuk yang melingkar di pinggangnya. Kedua tangan Ga Eun dengan cepat menutup kedua matanya.

“Ya! Cowok aneh! Cowok mesum! Pakai baju mu!” teriak Ga Eun masih dengan menutup kedua matanya.

“Ya! Gadis aneh! Kau ini melihat lelaki tampan, bukannya hantu. Kenapa harus berlebihan dengan menutup wajahmu. Kau yakin tidak ingin melihat ku seperti ini?” goda Jongin lalu membuka handuk yang melilit pinggangnya

“Ouch! Jangan buka itu disini!” teriak Ga Eun. Ga Eun memang tidak sepenuhnya menutup kedua matanya.

Jongin tertawa mendengar teriakan yang keluar dari mulut Ga Eun. Tentunya Jongin berani karena dia sudah mengenakan boxer. Jongin kemudian berjalan menuju lemari pakaian, mengambil celana jeans, lalu memakai jeans yang ia pilih tadi. Jongin kemudian mengambil beberapa kemeja yang akan ia pakai. Jongin terlihat bingung harus memakai kemeja yang mana. Jongin sadar dengan kehadiran Ga Eun ingin minta pendapat Ga Eun. Jongin menoleh ke arah Ga Eun dan menemukan Ga Eun masih menutup wajahnya. Jongin tersenyum sebelum berjalan mendekati Ga Eun. Kedua tangan Jongin memjauhkan tangan Ga Eun yang menutup wajahnya lalu mengalungkan lengan Ga Eun di lehernya. Ga Eun memicingkan kedua matanya saat tangan Jongin mengarahkan lengannya hingga merangkul leher Jongin. Dengan perlahan Ga Eun membuka kedua matanya, lalu menatap Jongin yang sedang menatapnya dalam. Ga Eun sadar dengan keadaan Jongin yang masih bertelanjang dada. Ga Eun terdiam dan terpaku ditempatnya.

“Kau itu memang aneh, kau tahu, disaat gadis lain sangat menginginkan ku, kau malah menghindari ku,” bisik Jongin. Ga Eun mengedipkan kedua matanya, perlaha kedua matanya menjelajah wajah Jongin lalu menjalar ke leher Jongin hingga pandangan Ga Eun jatuh di badan Jongin. Sebagai wanita yang normal, Ga Eun meneguk ludahnya, lalu Ga Eun menggigit bibir bawahnya untuk menahan dirinya agar tidak terlihat gugup. Ga Eun tidak bisa berpikir dengan benar, perasaannya kacau saat melihat Jongin seperti sekarang ini, Ga Eun mencari cara agar lelaki ini berhenti untuk menggodanya.

“Jongin-ah, apa kau tidak kedinginan bertelanjang dada dengan waktu yang lama?” tanya Ga Eun berusaha tidak gugup. Jongin tertawa mendengar pertanyaan Ga Eun lalu melepaskan tangannya yang merangkul pinggang Ga Eun. Ga Eun dengan cepat kembali melepaskan rangkulannya dari leher Jongin hingga kedua telapak tangan Ga Eun menyentuh dada Jongin. Kedua mata Ga Eun melebar saat menatap Jongin lalu segera menjauhkan telapak tangannya dari dada Jongin.

“Cepat pakai baju mu!” teriak Ga Eun kemudian berlalu meninggalkan kamar Jongin. Jongin kembali tertawa saat Ga Eun keluar dari kamarnya. Namun dengan cepat Jongin mengambil bajunya tergeletak di tempat atas kasurnya kemudian berlari keluar untum menanyakan pendapat Ga Eun.

“Ga Eun-ah! Lebih aku pakai kemeja kotak-kotak ini atau kemeja hitam polos ini?” tanya Jongin.

“Pakai kemeja kotak-kotak. Kau akan kemana dengan kemeja hitam tersebut? Pergi ke pemakaman buyut mu? Oh ya, jangan lupa pakai kaus putih yang biasa kau pakai,” jawab Ga Eun.

“Baiklah, aku mengerti,” jawab Jongin kemudian berlalu ke kamar untuk bersiap-siap.

***

Baik Jongin dan Ga Eun hari Senin itu tidak memiliki kelas apapun karena mereka telah selesai menjalani evaluasi terakhir. Kedatangan mereka bukan lain karena harus menghadiri latihan pertama teater mereka. Setela memarkirkan mobil, Jongin dan Ga Eun memasuki gedung kampus. Namun langkah Jongin tidak berjalan menuju aula teater.

“Jongin-ah, kau mau kemana?” tanya Ga Eun heran. Ga Eun mau tidak mau mengikuti Jongin dari belakang.

“Kau pikir aku akan kemana? Tentu saja aku akan ke kantin. Aku sangat lapar. Apa kau sangat begitu bersemangatnya untuk latihan sampai kau lupa kau belum makan apa pun pagi ini?” ujar Jongin.

“Semangat apanya. Aku hanya ingin urusan di teater cepat selesai, itu saja,” ucap Ga Eun terlihat sangat malas untuk menghadiri latihan teater tersebut.

“Ayolah, kau harus bersemangat, karena pendampingmu kali ini adalah lelaki yang sangat tampan,” balas Jongin kemudian sebelah tangan Jongin merangkul leher Ga Eun dari samping.

“Cih malas sekali,” ejek Ga Eun. Kemudian Ga Eun dan Jongin melanjutkan pertengkaran kecil mereka yang terdengar seperti gurauan hingga langkah mereka berada di kantin kampus. Baik Jongin dan Ga Eun tertawa lepas bersama seolah tidak ada orang di sekitar mereka.

Chanyeol yang mendengar tawa Ga Eun samar-samar pun menoleh pandangannya mencari keberadaan sahabat yang sudah lama tidak ia jumpai itu. Sampai pandangan Chanyeol jatuh melihat Jongin merangkul pundak Ga Eun, dan dibalas Ga Eun dengan merangkul pinggang Jongin, dan mereka tertawa sangat lepas, berdua. Chanyeol terdiam melihat apa yang baru saja dia lihat.

“Jadi oppa, kau akan menemaniku hingga acara teater selesai, kan?” tanya Ji Eun setelah berbicara panjang lebar tentang jadwalnya hari itu. Tidak mendengar jawaban apapun dari mulut Chanyeol, Ji Eun menoleh ke arah Chanyeol dan melihat kekasihnya tersebut memakukan pandangannya terhadap suatu objek yang dia lihat. Ji Eun mengikuti pandang Chanyeol dan melihat Chanyeol sedang memerhatikan Jongin dan Ga Eun.

“Ga Eun-ah! Bergabunglah disini bersama ku,” teriak Ji Eun saat melihat Ga Eun dan Jongin mencari tempat untuk duduk.

Ga Eun mendengar seseorang meneriaki namanya dan melihat Ji Eun, sedang bersama sahabatnya, Chanyeol.

“Hai! Baiklah kami akan kesana,” Jongin membalas Ji Eun lalu menarik lengan Ga Eun untuk bergabung bersama Chanyeol dan Ji Eun.

“Biar aku tebak! Kalian kesini untuk latihan drama, bukan?” Ji Eun membuka percakapan saat Jongin dan Ga Eun duduk di depannya.

“Benar. Kau tahu darimana?” Jongin kembali bertanya.

“Tentu saja, aku akan bermain biola dengan klub musik lainnya untuk mengiringi kalian selama teater berlangsung,” jawab Ji Eun.

Baik Chanyeol dan Ga Eun tidak bersuara sama sekali. Banyak hal yang mereka pikirkan. Chanyeol dan Ga Eun sudah tidak tahu harus mulai dari mana lagi pembicaraan mereka setelah sekian lama tidak bertemu. Hingga makanan Jongin dan Ga Eun datang, mereka kembali sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Namun Chanyeol heran saat makanan yang datang hanya satu menu dan itu terletak di depan Jongin.

“Ga Eun-ah! Kau tidak makan? Bagaimana kau akan berlatih jika—“

“Aku memang akan makan sepirin berdua dengan Jongin,” balas Ga Eun singkat kemudian menyibukkan dirinya dengan menyantap makanan bersama Jongin. Chanyeol menutup kedua mulutnya dan kembali menyibukkan dirinya dengan note kecil berisi susunan lagu yang dia buat.

Ga Eun hanya memakan sedikit makanannya lalu minum dan meletakkan sendok di meja.

“Ga Eun-ah, makan mu hanya sedikit? Kenapa? Kau itu akan mendampingi ku dan kita adalah pemeran utama, kau harus makan banyak karena kau akan memiliki banyak peran,” tegur Jongin.

“Tapi Jongin-ah, aku—“

Ga Eun tidak melanjutkan kalimatnya saat Jongin menyuapinya nasi dengan sendok yang penuh.

“Aku kenyang,” lanjut Ga Eun masih mengunyah makanannya.

“Habiskan dulu makanan di mulut mu, lalu lanjut berbicara,” Jongin kembali menegur Ga Eun.

“Aku kenyang Jongin dan—“

Suapan kedua berhasil masuk ke mulut Ga Eun. Sebelah tangan Ga Eun memukul lengan Jongin.

“Aw! Sakit! Tega sekali kau, satu suap lagi dan aku tidak akan mengganggu mu,” balas Jongin bersiap dengan satu sendok penuh nasi lagi.

Setelah mengunyah, Ga Eun menghela napasnya yang berat kemudian menerima suapan terakhir dari Jongin. Jongin senang melihat Ga Eun yang menurut dengannya.

“Gadis yang baik,” ucap Jongin sembari sebelah tangannya membelai puncak rambut Ga Eun.

Chanyeol meskipun sibuk dengan note nya, tetapi sudut mata Chanyeol melihat Jongin dan Ga Eun yang sibuk dengan makanan mereka. Chanyeol melihat Ga Eun menurut dengan ucapan Jongin. Bagi Chanyeol, melihat kedekatan Jongin dan Ga Eun adalah suatu hal yang biasa mengingat hubungan mereka hanyalah sebatas ‘teman’. Tetapi Chanyeol tidak bisa menyangkal perasaan janggal yang ada di hatinya, Chanyeol tidak tahu maksud dari perasaan janggal yang muncul tersebut.

Telepon genggam Ga Eun berbunyi dan Ga Eun langsung mengangkat telepon masuk dari teman di teaternya, Hye Mi.

“Halo. Hye Mi-ya. Aku sedang berada di kantin. Benar aku bersama Jongin. Oh akan ada briefing sebelum latihan, baiklah aku akan segera kesana,” Ga Eun menutup panggilan singkat tersebut.

“Jongin-ah, kau sudah selesai? Latihan akan dimulai,”

“Benarkah? Baiklah kalau begitu, kita harus segera ke aula, Chanyeol hyung, Ji Eun, kita pamit—“

“Tunggu dulu, kita akan berangkat bersama,” Ji Eun menahan Jongin dan Ga Eun yang akan berangkat ke aula.

“Kenapa Ji Eun-ah?” tanya Chanyeol penasaran.

“Kenapa? Aku akan bermain biola untuk mengiringi mereka. Aku sudah memberitahu kalian, bukan? Oppa, kau akan menemaniku, kan?” tanya Ji Eun.

“Baiklah, aku akan menemani mu,” balas Chanyeol.

***

Setelah sampai di aula teater, semua yang ikut serta dalam teater mendengar beberapa penjelasan dari pembimbing mereka.

“Jadi ada sedikit perubahan bahwa kontes drama teater kali ini yang akan diadakan beberapa bulan lagi mengambil tema dari animasi terkenal di dunia lagi yaitu “Disney”. Kita mendapat tugas untuk memerankan dongeng Cinderella. Skenario untuk hari ini sudah disiapkan mungkin kita akan berlatih dari awal sampai ke bagian akhir. Untuk saat ini kita masih menggunakan teks skenario. Kalian sangat dibolehkan melakukan improvisasi selama itu tidak keluar dari alur cerita.” Pembimbing teater memberi penjelasan.

“Bagi musik yang mengiringi, kalian silahkan mengambil posisi, tetapi sebelumnya silahkan mengambil beberapa kumpulan lagu. Saya harap semuanya berjalan dengan lancar.” Lanjut pembimbing musik.

Oppa, aku akan ke pentas dulu. Kau tunggu disini ya,” Ji Eun mengecup pipi Chanyeol sebelum meninggalkannya di kursi penonton.

“Hm, bekerjalah dengan baik,” ucap Chanyeol lalu membiarkan Ji Eun berlalu ke pentas.

Semua komposisi teater dan musik melakukan latihan dari awal cerita. Beberapa dari mereka masih menggunakan skenario untuk melakukan percakapan, beberapa dari mereka melakukan improvisasi. Begitu pula yang dilakukan oleh Jongin dan Ga Eun. Mereka berdua tampak menikmati latihan teater pertama mereka. Hingga mereka sampai pada puncak adegan, dimana sang pangeran menemukan putrinya, sang pangeran meminta sang putrinya untuk menjadi istrinya lalu sang pangeran mencium sang putri tersebut.

Jongin tentunya sangat menunggu momen ini. Sejak pertama Jongin mendengar nama Ga Eun, hingga pertemuan konyol mereka hingga mereka bisa sedekat ini, Jongin sudah menunggunya untuk waktu yang cukup lama. Sudah berapa lama Jongin menahan emosinya untuk tidak egois terhadap Ga Eun, hingga hari ini Jongin akan semakin dekat secara emosional dengan Ga Eun, melalui sebuah ciuman. Jongin sangat yakin dengan hal itu.

Ella, finally I found you, my queen,” Jongin mengucapkan baris terakhir percakapan drama tersebut.

Finally, I found you too, my king,” Ga Eun membalas percakapan Jongin. Setelah percakapan mereka tersebutlah dimana sang raja mengecup bibir sang ratu. Semua pandangan tertuju pada Jongin dan Ga Eun. Menantikan adegan paling penting dan yang paling ditunggu oleh semua orang. Sebelah tangan Jongin meraih pinggang Ga Eun, lalu sebelah tangan Jongin membelai wajah Ga Eun sebelum tangan Jongin berhenti di dagu Ga Eun. Jongin menatap wajah Ga Eun, mulai dari mata, hidung hingga tatapan Jongin jatuh di bibir Ga  Eun. Ga Eun membiarkan Jongin menatapnya, Ga Eun sempat menggigit bibir bawahnya sebelum Jongin benar-benar menghabiskan jarak diantara mereka berdua.

“I’ve been died for waiting this moment,” bisik Jongin yang hanya terdengar oleh Ga Eun. Ga Eun dapat merasakan napas Jongin yang membelai wajahnya. Detik berikutpun merubah segalanya saat bibir Jongin menempel di bibir Ga Eun. Dengan perlahan dan pasti, Jongin mulai mengulum bibir Ga Eun, ibu jari Jongin menekan pipi Ga Eun, seolah dirinya memberitahu Ga Eun untuk memperdalam ciuman mereka.

Disisi lain, Ga Eun memang membalas ciuman Jongin, disaat Jongin memintanya untuk memperdalam ciuman mereka, Ga Eun hanya mengimbangi permainan Jongin. Hingga Jongin melepaskan ciuman dari Ga Eun, gadis itu langsung memberikan Jongin senyum termanisnya. Jongin merasa lega, saat ciuman mereka berakhir, Ga Eun masih tersenyum manis seperti biasanya.

Chanyeol dari kursi penonton hanya bisa melihat adegan yang terjadi antara Jongin dan Ga Eun. Selama drama berjalan, Chanyeol acuh tak acuh hingga adegan dimana Jongin harus mencium Ga Eun. Chanyeol merasakan kembali perasaan janggal tersebut. Seolah sebagian dirinya tidak rela Jongin harus mencium bibir Ga Eun, disaat Chanyeol hanya bisa menyentuh bibir merah Ga Eun saat gadis itu tertidur.

“Oke, cut! Semuanya berjalan dengan lancar dan sempurna meskipun masih kurang improvisasi. Tenang saja masih ada 2 kali latihan lagi sebelum pertunjukkan. Semangat untuk kalian semua.” Pembimbing segera meninggalkan aula teater saat latihan usai.

Semua personil teater maupun musik beristirahat sebelum meninggalkan aula teater. Jongin meraih tangan Ga Eun yang akan keluar dari teater.

“Kau akan kemana?” tanya Jongin menahan Ga Eun keluar.

“Aku akan ke toilet sebentar, kau mau ikut?” balas Ga Eun.

“Boleh kah aku ikut?” goda Jongin.

“Ya! Tentu saja tidak! Tunggu aku disini, kita akan pulang bersama,” balas Ga Eun kemudian berlalu meninggalkan Jongin.

Chanyeol melihat Ga Eun keluar dari teater. Dengan cepat Chanyeol mengambil langkah keluar dan mengikuti Ga Eun dari belakang. Hingga Ga Eun masuk ke toilet perempuan, Chanyeol menunggu Ga Eun diluar. Saat Ga Eun keluar dari toilet, dengan segera Chanyeol menarik lengan Ga Eun kemudian membawa Ga Eun bersamanya.

“Chanyeol-ah, kenapa kau menarik ku kuat begini. Ada apa Chanyeol-ah!” teriak Ga Eun. Chanyeol tidak memperdulikan apa yang diucapkan Ga Eun dan tetap menarik Ga Eun untuk ikut bersamanya.

“Ya! Chanyeol! Kau akan membawa ku kemana?” tanya Ga Eun saat langkah mereka sampai di mobil Chanyeol.

“Bisakah kau berhenti bertanya dan menurut dengan ku.” Chanyeol tidak bisa menahan emosinya kemudian membentak Ga Eun.

Ga Eun pertama kalinya mendengar Chanyeol membentaknya. Ga Eun dengan pasrah menuruti Chanyeol lalu masuk ke dalam mobil Chanyeol. Tepat saat mobil melaju, ponsel Ga Eun dan Chanyeol sama-sama berbunyi.

“Jongin-ah. Aku tergesa-gesa sekali tadi dan memutuskan untuk pulang. Kita bicara nanti ya, sampai bertemu,” Ga Eun memutuskan panggilan dengan Jongin.

“Ji Eun-ah! Aku harus segera pulang karena noona ku meminta ku untuk menemaninya ke dokter. Kau tidak apa-apa kan? Baiklah. Aku juga mencintai mu,” Chanyeol memutuskan panggilan dengan Ji Eun.

‘Kau mencintainya? Tetapi kau berbohong? Apa maksudmu, Chanyeol?’ umpat Ga Eun dalam hati.

Mobil Chanyeol berhenti di salah satu taman yang terlihat sepi. Selama di perjalanan tidak satupun dari mereka yang bersuara. Chanyeol dapat melihat raut marah tidak meniinggalkan wajah Ga Eun. Chanyeol menghela napasnya berat sebelum memulai pembicaraan.

“Ga Eun-ah, maafkan aku membentak mu tadi, aku tidak bermaksud—“

“Jika tidak ada hal yang penting yang ingin kau bicarakan, aku akan pergi,” ucap Ga Eun kemudian keluar dari mobil Chanyeol. Dengan cepat Chanyeol keluar dari mobil untuk menahan Ga Eun. Lalu kedua tangan Chanyeol menahan bahu Ga Eun hingga badan Ga Eun bersandar di mobil Chanyeol.

“Ada apa dengan dirimu Ga Eun? Ada apa dengan persahabatan kita? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau menghindar dari ku? Kenapa kau tidak peduli dengan ku? Kenapa kau harus menjauhiku perlahan tapi pasti dan  membuatku tersiksa karena harus merindukan mu? Kenapa Ga Eun-ah? Apa salah ku?” ucap Chanyeol dengan suaranya yang bergetar seolah lelaki itu sedang menahan dirinya agar tidak menangis. Benar bahwa Chanyeol merindukan waktu indah bersama Ga Eun. Disisi Chanyeol, memang dirinya selalu ada halangan untuk menemui Ga Eun, tetapi tidak sedikit pun Ga Eun peduli bahkan menahannya seperti dulu. Itu yang membuat Chanyeol pasrah dengan sikap Ga Eun.

“Kau berbicara seolah dirimu yang tersiksa. Hanya dirimu yang tersiksa, tetapi aku tidak. kenapa Chanyeol? Kenapa kau harus egois disaat aku tidak bisa egois terhadap mu? Apa yang salah diantara kita? Bukan hanya aku yang dihantui oleh pertanyaan bodoh itu!” balas Ga Eun dengan air mata yang ia tahan di matanya.

“Aku egois? Bagi mu aku egois?” tanya Chanyeol tidak percaya.

“Benar. Kau egois, sangat egois, kau—“

Chanyeol menarik dagu Ga Eun lalu mencium bibir Ga Eun membuat gadis itu tidak melanjutkan kalimatnya. Chanyeol mengulum bibir Ga Eun, meluapkan segala perasaannya terhadap Ga Eun. Ga Eun terdiam, tidak membalas ciuman Chanyeol, hingga Chanyeol menggigit bibir bawah Ga Eun, seolah memberitahu Ga Eun untuk membalas ciumannya. Ga Eun membalas ciuman Chanyeol dan membiarkan Chanyeol tahu bahwa dirinya juga bisa egois diantara hubungan persahabatan mereka. Air mata Ga Eun jatuh disela-sela ciuman mereka, membuat Chanyeol melepaskan ciumannya.

“Ga Eun-ah,” bisik Chanyeol.

“Baik kau dan aku. Kita salah sudah melakukan ini. Baik aku dan kau, kita adalah dua orang asing. Mulai hari ini, aku hanya akan mengenal mu sebagai seorang Park Chanyeol, orang asing yang baru aku temui. Selamat tinggal, Chanyeol-ssi.” Ga Eun berlalu meninggalkan Chanyeol.

“Ga Eun-ah—“

“Kau! Kau boleh mengejarku, tetapi percuma jika kau menangkap ku, aku tidak akan melihat mu seperti dulu, tidak akan. Jadi, jangan mengejar ku, aku mohon.” Ga Eun berjalan meninggalkan Chanyeol. Air mata mengalir di pipi Chanyeol saat melihat langkah Ga Eun menjauh dan meninggalkannya. Begitu pula dengan Ga Eun, tangisnya pecah saat langkahnya menjauh, meninggalkan Chanyeol, mantan sahabatnya.

 

FIN

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
pikahbajet #1
Chapter 1: kesian ga eun